Rabu, 12 Maret 2014

Pemahaman yang Salah tentang Agama dalam Novel Dua Ordo Karya Hermes Dione

Judul Resensi    : Pemahaman yang Salah tentang Agama dalam Novel Dua Ordo Karya Hermes Dione
Judul Buku       : Dua Ordo
Karya               : Hermes Dione
Genre               : Spiritual Futuristik
Penerbit            : Penerbit Laksana
Tahun Terbit     : 2011
Cetakan           : Pertama
Tebal, Halaman            : 1,5 cm, 320 halaman

Hermes memang berbeda dari penulis kebanyakan. Dalam karyanya yang berjudul Dua Ordo ia mengangkat genre spiritual futuristik, suatu genre yang jarang diambil oleh penulis Indonesia kebanyakan. Ia begitu lihai meramu cerita dari gejolak-gejolak yang nyata terjadi oleh bangsa ini. Misalnya saja ia mengangkat tentang ramalan Jayabaya yang begitu dengan orang jawa, ia juga mengangkat kondisi perpolitikan bangsa menjelang pemilu, ia juga mengangkat kondisi multikultural yang sepatutnya kita sikapi dengan sikap pluralisme yang bijak sesuai dengan pancasila dan agama.
Dalam novelnya, Hermes mengisahkan tentang seorang calon presiden. Seorang calon presiden yang memang ditakdirkan Tuhan untuk memimpin negeri ini. Dibalik proses pencalonannya itu, dua buah kekuatan, dua buah ordo saling bertarung untuk menjadikan calonnya sebagai presiden. Merekalah ordo cahaya dan ordo kegelapan. Dua ordo yang senantiasa bertarung.
Sisi positif dari novel ini adalah bahwa penulis dapat menunjukkan sikap pluralisme yaitu sikap menghargai dan menghormati antar umat beragama. Terlihat dari bagaima penulis menggambarkan karakter dan jalan cerita tokoh utama Zedekia Lim, seorang kristiani yang bersama-sama melindungi sang terpilih yang akan memimpin negeri ini. Selain sisi positif, novel ini pun perlu kita waspadai jangan serta merta kita menerima semua pesan dari penulis melalui novel ini. Ketika saya membaca novel ada dua pertanyaan besar dalam batin saya terkait beberapa pernyataan yang tertuang di dalam novel ini. Pertama, Hermes menjelaskan bahwa “Kesetimbangan dinamis adalah Sang Cahaya (sebutan Tuhan dalam novel ini)”. Dijelaskan dalam novel ini “Sang Cahaya merupakan susunan berbagai macam unsur di alam semesta yang senantiasa bergerak dinamis.” Ini rancu bagi saya, karena munurut saya, agama saya dan kitab suci saya yaitu kitab suci Al Qur’an itu berbeda. Tuhan adalah Esa, tidak beranak, tidak diperanakkan, tidak terbagi-bagi. Kedua adalah, pernyataan “Agama hanyalah cara Tuhan menyapa hambanya.” Menurut Kyai Saya, Abah Kyai Masyrokhan pengasuh PP. Durrotu Ahlissunnah Waljamaah, beliau mengatakan bahwa ini salah fatal. Agama itu bersifat dogmatis. Artinya menurut KBBI adalah bersifat mengikuti atau menjabarkan suatu ajaran tanpa kritik sama sekali. Doktrin di dalam agama bertujuan agar kehidupan penganut agama bersifat etis, baik etis terhadap Allah, Rosul, manusia maupun makhluk lainnya. Menjadikan manusia istimewa yang mengkayakan dunia dan akhirat.  Maka salah jika agama ditafsirkan sebatas sapaan dari Tuhan kepada hambanya.
Begitulah resensi yang saya buat, semoga bermanfaat. 




0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Follow

Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Jejak Sajak Salamah | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com