Senin, 19 Mei 2014

Ada Mama di antara Kami

Cerpen ini merupakan cerpen yang lolos dalam event Sang Pengkhianat oleh AE Publishing. Semoga tulisan ini dapat menginspirasi Anda. Selamat membaca.

Ada Mama di antara Kami
Oleh Noor Salamah
                                                                               
Bagaimana mas kamu sanggup?
Mila terus memandang pesan terkirim di ponselnya.
Malam ini semuanya tiba-tiba menjadi begitu rumit. Baru pertama kali ini ia pacaran dengan seorang laki-laki namanya Agung. Mila mulai dekat dengan Agung dari sebuah komunitas yang sama-sama mereka ikuti yaitu komunitas film indie di kota mereka. Secara resmi mereka sudah berpacaran satu bulan, namun baru satu minggu yang lalu mereka jalan berdua. Satu bulan backstreet bukan hal yang mudah bagi Mila. Harus lirih ketika menelepon. Harus berbohong ketika ingin pergi berdua. Dan berbagai alasan lain demi menutupi hubungan mereka. Mila mulai bosan. Rasa bersalah itu pelan-pelan hadir di lubuk jiwanya. Maka malam itu, ketika Mila dan Mamanya berada berdua di dalam kamar, Mila pun menceritakan semuanya. Seolah ia sedang melakukan pengakuan dosa. Mama begitu marah dan kecewa mendengar putri satu-satunya yang begitu ia sayangi telah berani pacaran. Tangis Mama membuncah tanpa bisa dibendung.
“Oke, baiklah jika Mila memang suka dengan Agung. Tapi sudahkah Mila mengenal betul bagaimana bobot, bibit dan bebetnya? Maksud Mama tentang bagaimana nasab, kualitas agama, kemapanan. Apakah Mila yakin Agung dapat menjadi imammu yang baik? Apakah Agung selalu salat lima waktu?” Mila menggeleng. “Apakah Agung pandai mengaji?” Sekali lagi Mila menggeleng. “Ketahuilah Mila, sebaik-baiknya standar pengukuran baik-buruk sesorang adalah agama. Dimulai dari seberapa rajin dan taat ia salat. Pikirkanlah juga Mila, di dekatmu ada seseorang pria, seseorang pria yang juga menyukaimu. Mama tau betul tentang dia, tentang bobot, bibit, dan bebetnya. Mama harap kamu tidak serta merta mengabaikannya. Ia adalah calon imam yang baik juga calon mantu yang baik. Jangan terlalu gegabah memutuskan hal ini.”
“Tapi aku yakin Mas Agung pasti bisa berubah. Ia pasti mau berubah demi aku.” Mama hanya mengangkat bahu dan pergi. Meninggalkan Mila yang kebingungan dengan situasi ini.
Apapun yang Mas pikirkan saat ini. Aku harap besok sore, pukul 15.30 Mas Agung bisa datang ke rumah menemui Mama. Mas Agung sudah tau situasiku, ku harap Mas Agung bisa meyakinkan Mama. Love U.
Send to Mas Agung..
***
Makanan sudah tersaji di meja sedari tadi. Sudah pukul 16.00, tiga puluh menit dari waktu yang dijanjikan dan Mas Agung belum juga nampak batang hidungnya.
“Apakah ia akan datang Mila? dia sudah terlambat tiga puluh menit,” tanya Mama.
“Entahlah Ma, dia tidak membalas pesanku. Namun aku tetap berharap ia akan datang.”
Pukul 16.30, satu jam dari waktu yang sudah di janjikan.
“Mama, dia tidak datang.” Dengan lemas Mila mengabarkan ketidak datangan Mas Agung.
***
Semilir angin pantai utara yang segar serta ombak pantai yang tak terlalu tinggi nampaknya cukup menghibur hati Mila yang dirundung kecewa. Sesaat Mila dapat melupakan hal buruk tadi sore, namun itu tak lama.
“Mas Agung?!” Teriak Mila keras sekali. Orang yang diteriaki menoleh, sesaat kaget melihat Mila namun mukanya berubah menjadi santai kembali. “Mas Agung kenapa disini? Mas Agung tau tidak betapa aku mengharapkan kehadiranmu di rumah, menemui Mama. Menyakinkan Mama, bahwa kamu akan berubah demi aku demi cintamu padaku. Nyatanya kamu malah asyik berduan dengan cewek lain?! Keterlalauan!”
“Sudahlah Mila. Cukuplah sampai disini hubungan kita. Kau sebenarnya tau aku tidak bisa berubah, apalagi menjadi sesuai standar Mamamu. Apalah itu, sholat lima waktu? Mengaji dengan tartil? bah, terlalu berat untukku. Aku tak mau menjanjikanmu yang muluk-muluk. Dan satu lagi apa kau yakin cinta yang kau percayai mampu merubah diriku? ahh, aku bahkan tidak yakin masih ada cinta itu lagi setelah tahu standar Mamamu. Lebih baik kau pergi saja, turuti permintaan Mamamu menikahlah dengan pria pilihannya. Aku rasa itu lebih baik bagimu juga bagiku. Karena kini aku pun sudah punya pilihan baru.” Dengan tersenyum mesra Mas Agung merangkul wanita disampingnya.
 Betapa sakit hati Mila. Inikah balasan Mas Agung atas usaha Mila mempertahankannya? Mila berusaha matian-matian membelanya di hadapan Mama. Berusaha menyakini cinta Mas Agung untuk Mila adalah utuh dan sejati, tapi nyatanya tidak. Cinta Agung hanya semu dan terbagi. Sambil menitikkan air mata di sela suara debur ombak yang semakin kencang, perlahan Mila menyesali keputusannya.
“Maafkan Mila, Ma. Mama benar, hanya agama yang mampu menjadi standar pasti seseorang itu baik atau buruk, layak atau tidak jadi calon suami Mila. Terima kasih Mama telah ada di antara kami,” ucap Mila lirih.
***

Biodata Penulis

Noor Salamah, lahir di Jepara pada tanggal 23 Juni 1994. Merupakan putri pasangan M. Ma’ruf (Alm) dengan Ibu S. Muzaronah. Menyukai dunia tulis menulis semenjak SMP. Sekarang sedang menempuh S1 Jurusan Pendidikan Luar Sekolah di Unversitas Negeri Semarang. Pembaca bisa menghubunginya melalui Facebook : salma van licht, twitter : @salma_skylight atau e-mail : salamah_chan@yahoo.com

0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Follow

Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Jejak Sajak Salamah | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com