Jumat, 14 Februari 2014

Pluralisme dalam Novel Dua Ordo Karya Hermes Dione

Prularisme dalam Novel Dua Ordo Karya Hermes Dione adalah karya risensi pertama saya. Sebelumnya saya belum pernah merisensi buku. Iseng mencari pengalaman saya mengirimkan karya saya ini pada even sayembara risensi buku oleh pamerbuku.com. Dan saya begitu terkejut ketika saya membuka twitter pagi ini karya saya menjadi juara kategori resensi fiksi, Alhamdulillah. Semoga berkah :)
Oh ya, bagi yang sudah baca karya saya, saya juga mohon kritik dan sarannya ya :)

Pluralisme dalam Novel Dua Ordo Karya Hermes Dione
Oleh Noor Salamah

Ketika kebanyakan dari penulis fiksi dalam negeri gemar menulis novel bergenre roman, Hermes Dione memilih genre yang berbeda yaitu spiritual futuristik. Melalui karyanya yang berjudul Dua Ordo yang diterbitkan oleh penerbit Laksana pertama kali pada bulan Januari tahun 2011, Hermes menyadarkan kita akan pentingnya kesatuan dan persatuan bangsa.  Dua Ordo, dalam konsep ceritanya sedikit banyak dipengaruhi oleh  film box office dan novel-novel laris tingkat dunia yang bertema spiritual, magic, dan dunia ruh seperti The Lord of The Rings, Underworld, Angel & Demon, film Matrix, Gabriel, Constantine, dan sebagainya. Novel ini memikili tebal 1, 5 cm berisi 320 halaman dikemas dalam ukuran kertas B5 (JIS) 18,2 cm x 25,7 cm berwarna putih, font times new roman ukuran 14, tidak terlalu tebal mudah dibaca. Novel ini mengangkat tema  peperangan abadi ordo cahaya dan ordo kegelapan.
Cerita Dua Ordi dirangkai menggunakan alur maju, sehingga memudahkan pembaca dalam mengikuti jalan ceritanya. Bahasa yang digunakan santai, mudah dipahami, dan cukup ringan. Memang terdapat beberapa penggunaan bahasa asing yang digunkan untuk menunjukkan nama suatu tempat, status dalam ordo, jurus, dan sebagainya. Sudut pandang yang digunakan oleh penulis adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Zedekia Lim sebagai tokoh utama digambarkan memiliki watak yang teguh pada pendirian,pekerja keras, pantang menyerah, taat pada guru, dan taat pada agama. Zedekia Lim merupakan penganut agama kristen, namun menghargai perbedaan. Karakter tersebut dijelaskan secara tidak langsung dalam novel.
Dalam novel ini Tuhan lebih sering diungkapkan dengan sebutan Sang Cahaya. Tugas utama Zedekia adalah mengawal perjalanan The Golden Boy. Penggambaran The Golden Boy  merupakan gambaran harapan khas masyarakat Jawa yang sudah meng-Indonesia akan munculnya Satrio Piningit dan Ratu Adil. Apalagi dalam novel ini kondisi politik, bencana alam, ekonomi, kriminalitas dan budaya yang digambarkan relevan dengan kondisi nyata bangsa Indonesia.
Aksi peperangan yang dideskripsikan oleh Hermes dalam novelnya, saya rasa masih kurang detail. Dua Ordo sebagai novel bergenre spiritual futuristik, maka sistem peperangannya pun berbau spiritual, yaitu melalui doa sesuai dengan agama yang dianut tohoh cerita. Novel ini begitu mudah masuk dalam imajinasi kita, penggambaran situasi peperangan yang mengaiktkan berbagai bencana yang terjadi di tanah air seperti letusan gunung merapi, gempa bumi, angin topan, tsunami, dan kecelakaan lainnya. Munculnya tokoh-tokoh yang tak asing seperti ruh sunan Kudus, ruh sunan Gunungjati semakin membuat pembaca berimajinasi dan membuat dekat dengan cerita. Mencapai puncak pertempuran, manakala ordo cahaya dalam keadaan kritis dan terdesak selalu saja ada pertolongan yang datang. Deskripsi pertempuran ini mirip dengan setting cerita Harry Potter. Kemiripan juga terjadi dalam gambaran awan gelap yang menebar hawa kematian dan ketakutan. Penggambaran peperangan akan menjadi semakin seru jika diilustrasikan melalui spesial effect yang mendukung, seperti dalam film-film box office dunia.
Cerita dalam novel Dua Ordo dimulai dari kota Solo. Diceritakan ada seorang pembunuh sadis bernama Algojo Tuhan yang telah membunuh 65 korban berhasil di tangkap oleh AKBP Yusuf Daeng. Dari hasil interogasi di Mabes Porli Jakarta, terungkap bahwa Algojo Tuhan hanya membunuh pria hidung belang, bandar narkoba, atau koruptor yang umurnya di atas 50 tahun. Algojo Tuhan merasa dirinya diperintahkan Tuhan untuk menghabisi orang-orang yang dinilai telah melanggar aturan Tuhan. Pengadilan memutuskan hukuman mati terhadap Algojo Tuhan. Dalam masa tahanannya menunggu hari ekseskusi, Algojo Tuhan sering ditemui oleh seorang pastor bernama Andreas. Dari pertemuan dan perbincangan singkat itulah Algojo Tuhan memperoleh hidayah sehingga ia bertaubat. Namun pertaubatannya tidak mampu membatalkan hukuman mati atas dirinya. Ajaib, Algojo Tuhan bangkit dan hidup kembali. Zedekia Lim, itulah dia sekarang. Sebuah nama sebelum dia menjuluki dirinya sendiri Algojo Tuhan dan setelah dia bertaubat dari perannya sebagai Algojo Tuhan. Zedekia diberi kesempatan kedua oleh Sang Cahaya untuk suatu misi khusus. Demi memenuhi misi tersebut, Zedekia kemudian dibawa ke Jogja guna menjalani serangkaian latihan spiritual yang dilatih oleh pendeta Yonathan.
Tugas demi tugas dituntaskan  Zedekia dengan baik. Hingga pada tahun 2029, setelah tiga tahun Zedekia masuk dalam ordo cahaya, Zedekia mendapat misi utama yaitu The Golden Boy. The Golden Boy adalah seseorang yang diurapi cahaya untuk menjadi pemimpin. Dalam pemilu tahun 2029, hadir empat kandidat calon presiden, salah satunya adalah The Golden Boy. Dua kandidat yang lain merupakan murid dari ordo kegelapan. Tugas Zedekia adalah mengawal perjalanan The Golden Boy  dari Jakarta menuju Tabanan.. The Golden Boy dikawal oleh Zedekia penganut agama Kristen dari Jogja, Petrus penganut agama Katolik dari Jakarta, Yogi Sakya penganut agama Hindu dari Ubud, Ustadz Bukhori penganut agama Islam dari Cirebon dan yang terakhir adalah Biku Yamca penganut agama Budha dari Surabaya. Bersama mereka bersatu melindungi The Golden Boy dari serangan ordo kegelapan. Sebelum The Golden Boy genap berumur 36 tahun dia harus sudah sampai di Tabanan.
Setelah The Golden Boy menjalani masa pelatihan di Tabanan, dia harus kembali lagi ke Jakarta menjalankan tugsnya sebagai ketua partai. Menjelang masa pemilu tahun 2034, peperangan dua ordo menjadi semakin berat dan hebat. Masing-masing berjuang sekuat tenaga. Zedekia harus meninggalkan jasadnya setelah menuntaskan misinya mengawal kampanye The Golden Boy. Zedekia kemudian diangkat kelangit dan dijadikan Guardian of Light.
Menurut saya akhir dari novel ini terasa menggantung. Zedekia masih hidup sebagai Guardian of Light dan lagi The Golden Boy belum diangkat menjadi pemimpin negara. Novel ini belum tamat dan sebagaimana peperangan dua ordo belum berakhir.
Kelebihan dari novel ini adalah penulis mampu meracik isu-isu dan kondisi nyata bangsa dalam sebuah sajian fiksi. Dimana kita akan sadar perbedaan agama tidak menghalangi kita untuk mencapai kebenaran yang hakiki melalui jalannya masing-masing, perbedaan agama tidak membuat kita saling bermusuhan. Namun menurut saya ada konsep yang kurang sepaham, dijelaskan dalam novel ini bahwa kesetimbangan dinamis adalah Sang Cahaya. Dijelaskan dalam novel ini Sang Cahaya merupakan susunan berbagai macam unsur di alam semesta yang senantiasa bergerak dinamis. Ini rancu bagi saya, karena munurut saya, agama saya dan kitab suci saya yaitu kitab suci Al Qur’an. Tuhan adalah Esa, tidak beranak, tidak diperanakkan, tidak terbagi-bagi.

Demikianlah resensi novel Duo Ordo yang saya tulis. Semoga bermanfaat. 

0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Follow

Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Jejak Sajak Salamah | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com