Prularisme dalam Novel Dua Ordo Karya Hermes Dione adalah karya risensi pertama saya. Sebelumnya saya belum pernah merisensi buku. Iseng mencari pengalaman saya mengirimkan karya saya ini pada even sayembara risensi buku oleh pamerbuku.com. Dan saya begitu terkejut ketika saya membuka twitter pagi ini karya saya menjadi juara kategori resensi fiksi, Alhamdulillah. Semoga berkah :)
Oh ya, bagi yang sudah baca karya saya, saya juga mohon kritik dan sarannya ya :)
Pluralisme dalam Novel Dua Ordo Karya Hermes Dione
Oleh Noor Salamah
Ketika kebanyakan dari penulis fiksi dalam negeri gemar menulis
novel bergenre roman, Hermes Dione memilih genre yang berbeda yaitu spiritual
futuristik. Melalui karyanya yang berjudul Dua Ordo yang diterbitkan oleh
penerbit Laksana pertama kali pada bulan Januari tahun 2011, Hermes menyadarkan
kita akan pentingnya kesatuan dan persatuan bangsa. Dua Ordo, dalam konsep ceritanya sedikit
banyak dipengaruhi oleh film box
office dan novel-novel laris tingkat dunia yang bertema spiritual, magic,
dan dunia ruh seperti The Lord of The Rings, Underworld, Angel & Demon, film
Matrix, Gabriel, Constantine, dan sebagainya. Novel ini memikili tebal 1, 5
cm berisi 320 halaman dikemas dalam ukuran kertas B5 (JIS) 18,2 cm x 25,7 cm berwarna
putih, font times new roman ukuran 14, tidak terlalu tebal mudah dibaca. Novel
ini mengangkat tema peperangan abadi
ordo cahaya dan ordo kegelapan.
Cerita Dua Ordi dirangkai menggunakan alur maju, sehingga
memudahkan pembaca dalam mengikuti jalan ceritanya. Bahasa yang digunakan santai,
mudah dipahami, dan cukup ringan. Memang terdapat beberapa penggunaan bahasa
asing yang digunkan untuk menunjukkan nama suatu tempat, status dalam ordo,
jurus, dan sebagainya. Sudut pandang yang digunakan oleh penulis adalah sudut
pandang orang ketiga serba tahu. Zedekia Lim sebagai tokoh utama digambarkan
memiliki watak yang teguh pada pendirian,pekerja keras, pantang menyerah, taat
pada guru, dan taat pada agama. Zedekia Lim merupakan penganut agama kristen,
namun menghargai perbedaan. Karakter tersebut dijelaskan secara tidak langsung
dalam novel.
Dalam novel ini Tuhan lebih sering diungkapkan dengan sebutan Sang
Cahaya. Tugas utama Zedekia adalah mengawal perjalanan The Golden Boy. Penggambaran
The Golden Boy merupakan gambaran
harapan khas masyarakat Jawa yang sudah meng-Indonesia akan munculnya Satrio
Piningit dan Ratu Adil. Apalagi dalam novel ini kondisi politik, bencana alam,
ekonomi, kriminalitas dan budaya yang digambarkan relevan dengan kondisi nyata bangsa
Indonesia.
Aksi peperangan yang dideskripsikan oleh Hermes dalam novelnya,
saya rasa masih kurang detail. Dua Ordo sebagai novel bergenre spiritual
futuristik, maka sistem peperangannya pun berbau spiritual, yaitu melalui doa
sesuai dengan agama yang dianut tohoh cerita. Novel ini begitu mudah masuk
dalam imajinasi kita, penggambaran situasi peperangan yang mengaiktkan berbagai
bencana yang terjadi di tanah air seperti letusan gunung merapi, gempa bumi, angin
topan, tsunami, dan kecelakaan lainnya. Munculnya tokoh-tokoh yang tak asing
seperti ruh sunan Kudus, ruh sunan Gunungjati semakin membuat pembaca
berimajinasi dan membuat dekat dengan cerita. Mencapai puncak pertempuran,
manakala ordo cahaya dalam keadaan kritis dan terdesak selalu saja ada
pertolongan yang datang. Deskripsi pertempuran ini mirip dengan setting cerita Harry
Potter. Kemiripan juga terjadi dalam gambaran awan gelap yang menebar hawa
kematian dan ketakutan. Penggambaran peperangan akan menjadi semakin seru jika
diilustrasikan melalui spesial effect yang mendukung, seperti dalam film-film
box office dunia.
Cerita dalam novel Dua Ordo dimulai dari kota Solo. Diceritakan ada
seorang pembunuh sadis bernama Algojo Tuhan yang telah membunuh 65 korban
berhasil di tangkap oleh AKBP Yusuf Daeng. Dari hasil interogasi di Mabes Porli
Jakarta, terungkap bahwa Algojo Tuhan hanya membunuh pria hidung belang, bandar
narkoba, atau koruptor yang umurnya di atas 50 tahun. Algojo Tuhan merasa
dirinya diperintahkan Tuhan untuk menghabisi orang-orang yang dinilai telah
melanggar aturan Tuhan. Pengadilan memutuskan hukuman mati terhadap Algojo
Tuhan. Dalam masa tahanannya menunggu hari ekseskusi, Algojo Tuhan sering
ditemui oleh seorang pastor bernama Andreas. Dari pertemuan dan perbincangan
singkat itulah Algojo Tuhan memperoleh hidayah sehingga ia bertaubat. Namun
pertaubatannya tidak mampu membatalkan hukuman mati atas dirinya. Ajaib, Algojo
Tuhan bangkit dan hidup kembali. Zedekia Lim, itulah dia sekarang. Sebuah nama
sebelum dia menjuluki dirinya sendiri Algojo Tuhan dan setelah dia bertaubat
dari perannya sebagai Algojo Tuhan. Zedekia diberi kesempatan kedua oleh Sang
Cahaya untuk suatu misi khusus. Demi memenuhi misi tersebut, Zedekia kemudian
dibawa ke Jogja guna menjalani serangkaian latihan spiritual yang dilatih oleh
pendeta Yonathan.
Tugas demi tugas dituntaskan Zedekia dengan baik. Hingga pada tahun 2029,
setelah tiga tahun Zedekia masuk dalam ordo cahaya, Zedekia mendapat misi utama
yaitu The Golden Boy. The Golden Boy adalah seseorang yang
diurapi cahaya untuk menjadi pemimpin. Dalam pemilu tahun 2029, hadir empat
kandidat calon presiden, salah satunya adalah The Golden Boy. Dua
kandidat yang lain merupakan murid dari ordo kegelapan. Tugas Zedekia adalah
mengawal perjalanan The Golden Boy dari Jakarta menuju Tabanan.. The Golden
Boy dikawal oleh Zedekia penganut agama Kristen dari Jogja, Petrus penganut
agama Katolik dari Jakarta, Yogi Sakya penganut agama Hindu dari Ubud, Ustadz
Bukhori penganut agama Islam dari Cirebon dan yang terakhir adalah Biku Yamca
penganut agama Budha dari Surabaya. Bersama mereka bersatu melindungi The
Golden Boy dari serangan ordo kegelapan. Sebelum The Golden Boy
genap berumur 36 tahun dia harus sudah sampai di Tabanan.
Setelah The Golden Boy menjalani masa pelatihan di Tabanan,
dia harus kembali lagi ke Jakarta menjalankan tugsnya sebagai ketua partai.
Menjelang masa pemilu tahun 2034, peperangan dua ordo menjadi semakin berat dan
hebat. Masing-masing berjuang sekuat tenaga. Zedekia harus meninggalkan
jasadnya setelah menuntaskan misinya mengawal kampanye The Golden Boy.
Zedekia kemudian diangkat kelangit dan dijadikan Guardian of Light.
Menurut saya akhir dari novel ini terasa menggantung. Zedekia masih
hidup sebagai Guardian of Light dan lagi The Golden Boy belum
diangkat menjadi pemimpin negara. Novel ini belum tamat dan sebagaimana
peperangan dua ordo belum berakhir.
Kelebihan dari novel ini adalah penulis mampu meracik isu-isu dan
kondisi nyata bangsa dalam sebuah sajian fiksi. Dimana kita akan sadar
perbedaan agama tidak menghalangi kita untuk mencapai kebenaran yang hakiki
melalui jalannya masing-masing, perbedaan agama tidak membuat kita saling
bermusuhan. Namun menurut saya ada konsep yang kurang sepaham, dijelaskan dalam
novel ini bahwa kesetimbangan dinamis adalah Sang Cahaya. Dijelaskan dalam
novel ini Sang Cahaya merupakan susunan berbagai macam unsur di alam semesta
yang senantiasa bergerak dinamis. Ini rancu bagi saya, karena munurut saya,
agama saya dan kitab suci saya yaitu kitab suci Al Qur’an. Tuhan adalah Esa,
tidak beranak, tidak diperanakkan, tidak terbagi-bagi.
Demikianlah resensi novel Duo Ordo yang saya tulis. Semoga
bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar