Hidup itu pilihan. Kita boleh
memilih A juga boleh memlih B, tapi bagaimana jika aku memutuskan bahwa aku
memilih A juga memilih B? Sulit memang, banyak konsekuensi-konsekuensi yang
harus di hadapi. Kuliah dan mondok.
Itulah pilihanku.
“Hidup itu pilihan. Kamu pilih
kuliah saja atau mondok saja. Tidak mungkin kamu bisa melakukan dua-duanya
sekaligus, salah satu pasti ada yang dikorbankan. Kalau pengen mondok, nanti
setelah lulus kuliah mondok 50 tahun lalu jadi pendakwah wanita. Daripada kamu
kuliah malah ngantuk tidur terus sedangkan di pondok kepikiran kuliah. Enggak
lulus-lulus 14 semester, kalau luluspun karena dapet kasihan dari dosen. Enggak
mungkin mbak kamu bisa dapat dua-duanya, kamu mesti h pilih salah satu. Kuliah
saja atau mondok saja. Kalau kamu memang pengen belajar agama, kamu seharsnya
di IAIN aja bukannya di kampus ini. Saya tidak bilang kalau kamu mondok itu
buruk, tidak itu adalah hal baik. Tapi hidup adalah pilihan mbak.”
Dadaku terasa sesak mendengar
pernyataan itu keluar dari salah satu dosenku. Tak terasa air mata mulai
merembes dari kedua mataku. Ingin aku menyanggah. Tapi urung kulakukan,
nyatanya aku memang suka tidur di kelas dan itu tidak terbantahkan. Aku pun tak
ingin masalah ini menjadi runyam,
apalagi aku dikira mahasiswa yang tidak sopan. Biarlah beliau dengan prinsipnya
seperti itu dan aku dengan prinsipku seperti ini.
Ya hidup itu memang pilihan, dan
salah satu dari pilihan hidupku adalah kuliah dan mondok. Memang tidak mudah,
ini penuh dengan tantangan. Bagaimana aku dituntut untuk dapat membagi waktu
antara tugas kuliah dan tugas pondok, bagaimana aku dituntut untuk prihatin
dengan keadaan pondok, bagaimana aku dituntut untuk tetap amanah dalam
mengemban tugas-tugas di pondok. Semunya penuh dengan tantangan dan
pengorbanan.
Aku bahagia dapat merasakan
nikmatnya di pondok pesantren. Alasan pertama karena mata pelajaran yang aku
pelajari di pondok adalah tentang agama. Dimana ilmu agamalah yang wajib
pertama kali di pelajari oleh setiap mu’min dan mu’minah. Terlebih ilmu fikih
yang berkaitan dengan ibadah kita kepada Allah, selain ada ilmu bermuamalah
juga. Pondok sebagai miniatur masyarakat yang memiliki beragam kompleksitas,
disanalah aku belajar praktiknya langsung tidak secara teori seperti banyak
yang di ajarkan di kampus. Entah dengan materi teori humanistik, pendidikan multikultural,
pendidikan orang dewasa, dll. Aku bersyukur meski aku terhitung kurang cepat
dalam belajar, meski ini kali pertama aku mondok tak apa setidaknya Allah masih
mengijinkanku mondok. Alasan kedua, aku percaya pada keberkahan yang Allah
berikan kepadaku ketika aku di pondok. Sesuatu yang membuat apa yang aku miliki
menjadi lebih baik dzahir maupun batin yang kadang sulit untuk di logika.
Dengan kita mendapat barokah, hidup akan terasa aman, nyaman, semua di mudahkan
Allah. Alasan ketiga, dengan aku mondok aku lebih dekat dengan kiai. Kiai tidak seperti
dosen yang hanya menolong ketika bimbingan skripsi, menolong dalam memahami
materi perkuliahan. Lebih dari itu kiai dengan ilmunya dengan keberkahannya,
InsyaAllah beliau bisa menolong kita dari panasnya api neraka, menolong kita
yang tersesat kebingungan di pada mahsyar, menolong kita ketika di hisab,
menolong kita fitnah dunia dan fitnah kubur.
Hidup di dunia itu sementara,
hanya mampir minum. Buat apa kita membanggakan kesuksesan kita dunia, apa kah
sukses kita dunia akan menjamin sukses di akhirat nanti? Memangnya apa definisi
sukses? Apakah dikatakan sukses jika kita bergelimang harta? Nyatanya manusia
tidak pernah puas dengan apa yang telah dimilikinya. Sukses tidak selalu apa
yang terlihat oleh mata. Sukses itu letaknya di hati, ketika kita bersyukur
atas apa yang dimiliki saat itulah kita merasa sukses. Itu menurut saya.
Siang itu A3 206 menjadi saksi
keteguhan hatiku. Aku ingin membuktikan bahwa meskipun aku mondok dan kuliah
itu tidak akan menjadi penghalang bagiku untuk lulus tepat waktu dan lulus di
waktu yang tepat, atas izin Allah atas Rahmat Allah bukan karena rasa iba dari
dosen. Ilmu itu miliki Allah bukan milik dosen, dosen hanya salah satu
penyampai ilmunya Allah.
Maka aku berdoa, “Ya Allah,
Engkau tuhan yang maha mengetahui. Engkau Tuhan yang maha berkehendak. Ya Allah
tiada Tuhan selain Engkau, hanya Engkaulah tempatku meminta. Ya Allah,
berikanlah kepadaku ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat, luluskanlah aku
tepat waktu dan di waktu yang tepat. Ya Allah berkahilah ilmuku, rizky ku,
hartaku, dan hidupku. Ya Allah sesungguhnya Engkaulah Dzat yang maha melihat
lagi maha mendengar. Hanya kepada-Mu lah hamba berpasrah diri, hamba hanya
memohon rahmat, rahim serta ridhomu. Aamiin.”
Semarang, 23 April 2014
pada bagian akhir sy sempat meneteskan air mata. saya meresapi kata per kata tanpa terlewat. semoga istiqomah dengan segala pilihan mba ya.. mba kuliah dimana? dan mondok dimana?
BalasHapussaya kuliah di Unnes jurusan PNF dan mondok di PP. Durrotu Aswaja Banaran, letaknya enggak jauh dari kampus.
Hapussemoga bisa istiqomah, amin :)
mbk saya kan kuliah diunesa dan saya juga akan pondokan.saya ambil jurusan fisika bidik misi yang hrus 4thn lulus.saran positifnya gimna mbk.makasih
Hapusterus belajar, aktif dikelas, aktif organisasi, dan perbanya doa serta tirakat bisa puasa senin kamis, puasa daus, puasa manakib, banyak baca sholawat dsbg :)
HapusKak mau tanya2 tentang kuliah di unnes sambil mondok, insyaallah tahun ini saya mau kuliah sambil mondok juha
Hapus