Minggu, 27 April 2014

Kuliah dan Mondok itulah Pilihan Hidupku ..

Hidup itu pilihan. Kita boleh memilih A juga boleh memlih B, tapi bagaimana jika aku memutuskan bahwa aku memilih A juga memilih B? Sulit memang, banyak konsekuensi-konsekuensi yang harus di hadapi.  Kuliah dan mondok. Itulah pilihanku.
“Hidup itu pilihan. Kamu pilih kuliah saja atau mondok saja. Tidak mungkin kamu bisa melakukan dua-duanya sekaligus, salah satu pasti ada yang dikorbankan. Kalau pengen mondok, nanti setelah lulus kuliah mondok 50 tahun lalu jadi pendakwah wanita. Daripada kamu kuliah malah ngantuk tidur terus sedangkan di pondok kepikiran kuliah. Enggak lulus-lulus 14 semester, kalau luluspun karena dapet kasihan dari dosen. Enggak mungkin mbak kamu bisa dapat dua-duanya, kamu mesti h pilih salah satu. Kuliah saja atau mondok saja. Kalau kamu memang pengen belajar agama, kamu seharsnya di IAIN aja bukannya di kampus ini. Saya tidak bilang kalau kamu mondok itu buruk, tidak itu adalah hal baik. Tapi hidup adalah pilihan mbak.”
Dadaku terasa sesak mendengar pernyataan itu keluar dari salah satu dosenku. Tak terasa air mata mulai merembes dari kedua mataku. Ingin aku menyanggah. Tapi urung kulakukan, nyatanya aku memang suka tidur di kelas dan itu tidak terbantahkan. Aku pun tak ingin masalah ini  menjadi runyam, apalagi aku dikira mahasiswa yang tidak sopan. Biarlah beliau dengan prinsipnya seperti itu dan aku dengan prinsipku seperti ini.
Ya hidup itu memang pilihan, dan salah satu dari pilihan hidupku adalah kuliah dan mondok. Memang tidak mudah, ini penuh dengan tantangan. Bagaimana aku dituntut untuk dapat membagi waktu antara tugas kuliah dan tugas pondok, bagaimana aku dituntut untuk prihatin dengan keadaan pondok, bagaimana aku dituntut untuk tetap amanah dalam mengemban tugas-tugas di pondok. Semunya penuh dengan tantangan dan pengorbanan.
Aku bahagia dapat merasakan nikmatnya di pondok pesantren. Alasan pertama karena mata pelajaran yang aku pelajari di pondok adalah tentang agama. Dimana ilmu agamalah yang wajib pertama kali di pelajari oleh setiap mu’min dan mu’minah. Terlebih ilmu fikih yang berkaitan dengan ibadah kita kepada Allah, selain ada ilmu bermuamalah juga. Pondok sebagai miniatur masyarakat yang memiliki beragam kompleksitas, disanalah aku belajar praktiknya langsung tidak secara teori seperti banyak yang di ajarkan di kampus. Entah dengan materi  teori humanistik, pendidikan multikultural, pendidikan orang dewasa, dll. Aku bersyukur meski aku terhitung kurang cepat dalam belajar, meski ini kali pertama aku mondok tak apa setidaknya Allah masih mengijinkanku mondok. Alasan kedua, aku percaya pada keberkahan yang Allah berikan kepadaku ketika aku di pondok. Sesuatu yang membuat apa yang aku miliki menjadi lebih baik dzahir maupun batin yang kadang sulit untuk di logika. Dengan kita mendapat barokah, hidup akan terasa aman, nyaman, semua di mudahkan Allah. Alasan ketiga, dengan aku mondok aku lebih dekat dengan kiai. Kiai tidak seperti dosen yang hanya menolong ketika bimbingan skripsi, menolong dalam memahami materi perkuliahan. Lebih dari itu kiai dengan ilmunya dengan keberkahannya, InsyaAllah beliau bisa menolong kita dari panasnya api neraka, menolong kita yang tersesat kebingungan di pada mahsyar, menolong kita ketika di hisab, menolong kita fitnah dunia dan fitnah kubur.
Hidup di dunia itu sementara, hanya mampir minum. Buat apa kita membanggakan kesuksesan kita dunia, apa kah sukses kita dunia akan menjamin sukses di akhirat nanti? Memangnya apa definisi sukses? Apakah dikatakan sukses jika kita bergelimang harta? Nyatanya manusia tidak pernah puas dengan apa yang telah dimilikinya. Sukses tidak selalu apa yang terlihat oleh mata. Sukses itu letaknya di hati, ketika kita bersyukur atas apa yang dimiliki saat itulah kita merasa sukses. Itu menurut saya.
Siang itu A3 206 menjadi saksi keteguhan hatiku. Aku ingin membuktikan bahwa meskipun aku mondok dan kuliah itu tidak akan menjadi penghalang bagiku untuk lulus tepat waktu dan lulus di waktu yang tepat, atas izin Allah atas Rahmat Allah bukan karena rasa iba dari dosen. Ilmu itu miliki Allah bukan milik dosen, dosen hanya salah satu penyampai ilmunya Allah.
Maka aku berdoa, “Ya Allah, Engkau tuhan yang maha mengetahui. Engkau Tuhan yang maha berkehendak. Ya Allah tiada Tuhan selain Engkau, hanya Engkaulah tempatku meminta. Ya Allah, berikanlah kepadaku ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat, luluskanlah aku tepat waktu dan di waktu yang tepat. Ya Allah berkahilah ilmuku, rizky ku, hartaku, dan hidupku. Ya Allah sesungguhnya Engkaulah Dzat yang maha melihat lagi maha mendengar. Hanya kepada-Mu lah hamba berpasrah diri, hamba hanya memohon rahmat, rahim serta ridhomu. Aamiin.”
Semarang, 23 April 2014


5 komentar:

  1. pada bagian akhir sy sempat meneteskan air mata. saya meresapi kata per kata tanpa terlewat. semoga istiqomah dengan segala pilihan mba ya.. mba kuliah dimana? dan mondok dimana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya kuliah di Unnes jurusan PNF dan mondok di PP. Durrotu Aswaja Banaran, letaknya enggak jauh dari kampus.
      semoga bisa istiqomah, amin :)

      Hapus
    2. mbk saya kan kuliah diunesa dan saya juga akan pondokan.saya ambil jurusan fisika bidik misi yang hrus 4thn lulus.saran positifnya gimna mbk.makasih

      Hapus
    3. terus belajar, aktif dikelas, aktif organisasi, dan perbanya doa serta tirakat bisa puasa senin kamis, puasa daus, puasa manakib, banyak baca sholawat dsbg :)

      Hapus
    4. Kak mau tanya2 tentang kuliah di unnes sambil mondok, insyaallah tahun ini saya mau kuliah sambil mondok juha

      Hapus

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Follow

Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Jejak Sajak Salamah | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com