Kamis, 30 April 2015

Memaknai Kartini di Era Globalisasi

Memaknai Kartini di Era Globalisasi

“Habis gelap terbitlah terang,” quotes itu begitu terkenal dan melekat erat dengan sosok Kartini. Namun tak banyak orang yang tau dengan quotes Kartini yang lain yaitu, “Perempuan itu jadi soko guru peradaban.” Quotes itu ditulis Kartini dalam sebuah suratnya yang dikirim kepada Abendanon pada tanggal 21 Januari 1901. Pernyataan itu menjelaskan bahwa jauh dimasanya Kartini telah berpikir tentang kemajuan bangsanya, Bangsa Indonesia, dan kemajuan bangsa tidak akan lepas dari peran seorang wanita sebagai pendidik di dalam keluarga.
Tugas utama Ibu adalah mendidik anak. Ia adalah guru pertama dan yang utama. Ironis bila pendidikan anak yang nantinya akan jadi penentu peradaban bangsa justru diserahkan kepada orang lain, baby sitter misalnya hanya karena orang tua terutama Ibu sibuk dengan pekerjaannya. Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi diketahui jumlah wanita bekerja pada tahun 2006 sejumlah 33.312.775.000 orang. Berdasarkan hasil penelitian Deni (2008), terkait dampak peran ganda pada ibu bekerja menunjukkan bahwa 1) Bagi ibu yang berperan ganda, keluaga dan pekerjaan sama pentingnya, meski begitu keluarga tetap menjadi prioritas utama. 2) Usia anak sangat berpengaruh pada tingkat bersalah kecemasan dan kesedihan yang dialami ibu bekerja. 3) Penyebab utama stres pada ibu bekerja adalah perannya sebagai pekerja yang meliputi beban pekerkaan dan konflik rekan kerja namun keluarga yang menjadi "kambing hitam". 4) Ketidakberdayaan muncul sebagai akibat dari frustasi yang dialami ibu bekerja karena tidak mampu menjalankan perannya dengan maksimal. 5) kondisi ekstrim yang sangat berpengaruh pada kondisi ibu bekerja dalam menjalankan peran gandanya adalah ketika anak sedang sakit. 6) Sekalipun lebih banyak dampak negatif dibandingkan dampak postif yang muncul saat menjalankan peran gandanya namun tidak semua ibu bekerja bersedia meninggalkan pekerjaannya.
Meskipun ibu bekerja tetap memprioritaskan keluarga namun padanya kenyataanya ketika terdapat masalah seputar pekerjaan keluarga pulalah yang menjadi kambing hitam. Dalam kondisi seperti ini siapakah yang mampu menenangkan sang Ibu? Apakah ayah? Sangat riskan jika pada saat itu Ayah juga mengalami masalah dengan pekerjaannya. Konflik bukannya mereda tapi justru semakin memanas. Akibat terparah yang muncul adalah perceraian. Lagi keluarga terutama anak menjadi korban.
Apakah Tenaga Kerja Wanita (TKW) penyumbang devisa terbesar negara adakah sosok Kartini di era globalisasi?
Jika predikat Kartni dilekatkan dengan indikator pengabdian kepada negara dan seberapa besar ia menyumbang uang untuk negara, barangkali TKW termasuk sosok Kartini di era globalisasi. Namun, apakah kriteria itu benar-benar mencerminkan Kartini? Jika dilihat dari pemikiran Kartini, betapa Kartini begitu memperhatikan kaum perempuan terutama nasib dan pendidikannya hal ini didasari bahwa Kartini percaya perempuan adalah soko guru peradaban. Kartini sadar betul bahwa seorang Ibu secara kodrati adalah seorang pendidikan yang pertama dan pertama. Keberhasilan pendidikan anak tidak akan lepas dari seberapa terdidiknya sang Ibu. Keberhasilan pendidikan anak inilah yang kemudian menjadi penentu maju tidaknya peradaban sebuah bangsa.
Apakah kondisi seperti ini dimana banyak ibu menjalani peran ganda, menjadikan keluarga sebagai kambing hitam dikala ada masalah pekerjaan, rasa frustasi yang seringkali muncul, serta dampak negatif lainnya merupakan bentuk emansipasi yang diharapkan dari Kartini?
Bukan maksud penulis melarang wanita untuk bekerja. Namun sebagai wanita yang cerdas dan tau kodrat, seorang wanita harus pintar memilih pekerjaan. Mencari nafkah adalah tugas utama Ayah, Ibu hanya membantu sedangkan fungsi utama ibu dalam keluarga adalah mendidik anak, sebaliknya Ayah hanya membantu. Pernyataan ini juga tidak bermaksud mengesampingkan peran Ayah sebagai seorang pendidik, bagaimana pun keberhasilan pendidikan anak sangat dipengaruhi oleh kedua orang tua. Mengapa peran Ibu lebih dominan dalam usaha pendidikan anak? Karena sejak di dalam kandungan anak telah mendapatkan pendidikan dari sang Ibu. Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah jenis pekerjaan apakah yang bisa dijalankan seorang Ibu agar tetap mampu menjalankan perannya sebagai pendidik secara optimal? Ada banyak sekali jenis pekerjaan di dunia ini, setidaknya kriteria yang bisa digunakan untuk menjadi masukan bagi ibu bekerja adalah sebagai berikut ;
1.      Prosentase waktu bekerja lebih sedikit daripada prosentase waktu di rumah bersama keluarga
2.      Jenis pekerjaan tidak terlalu mengikat sang Ibu, akan lebih baik jika Ibu menjadi pengusaha home industry yang bebas dan bisa mengatur waktunya sendiri tanpa aturan dari siapapun
3.      Libatkan sang anak dalam pekerjaan sang Ibu, hal ini akan membuat anak paham kondisi Ibu di dalam keluarga selain itu menjadi sebuah pelajaran tersendiri bagi anak tentang nilai-nilai kerja keras dan berbakti pada orang tua
4.      Hindari pekerjaan yang menuntut waktu lebih lama di luar rumah seperti TKW, buruh yang seringkali lemburan
5.      Libatkan Ayah-suami dalam memutusakan pekerjaan, karena mau tidak mau jika nanti Ibu tidak mampu menjalankan perannya maka Ayahlah yang akan mengambil alih peran Ibu.
6.      Ibu yang mawas diri haruslah mampu bertindak profesional dengan tidak mencampur adukkan urusan/masalah pekerjaan dengan urusan rumah
7.      Jika memang sangat terpaksa delegasikankan anak kepada orang yang dipercaya, bisa orang tua, saudara, tetangga atau baby sitter.
Sekali lagi, yang diharapkan Kartini adalah seorang Ibu yang mampu menjalankan perannya sebagai pendidik secara optimal terlebih di era globalisasi yang seluruh informasi entah baik atau buruk membaur menjadi satu. Ironis ketika penulis membaca dalam sebuah artikel bahwa ada ibu baru yang lebih mempercayakan mekanisme perlakuan kepada anaknya yang masih kecil berdasarkan informasi di internet semata. Ironis pula bila predikat wanita hebat lebih dilekatkan pada sosok wanita yang hanya sukses karirnya di dunia saja. Wanita yang hebat adalah wanita yang sukses menghantarkan suami dan anak-anaknya menjadi pribadi yang hebat, membanggakan agama, bangsa dan negara, mewujudkan peradaban bangsa sesuai dengan yang dicita-citakan. Perempuan itu jadi soko guru peradaban.
***
Daftar Pustaka : Ratnawati, Deni. 2008. Dampak Peran Ganda Pada Ibu Bekerja. Semarang : Skripsi Universitas Katolik Sugiprajanoko.
***
Biodata Penulis
Noor Salamah, lahir di Kota Ukir Jepara. Putri pasangan Bapak M. Ma’ruf (Alm) dan Ibu S. Muzaronah yang berzodiak cancer ini sangat hobi menulis dan membaca. Ia bisa dihubungi melalui fb : salma van licht, twitter :@salma_skylight.

                                                                                                                           

0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Follow

Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Jejak Sajak Salamah | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com