Memaknai Kartini di Era Globalisasi
“Habis gelap terbitlah terang,” quotes itu begitu terkenal
dan melekat erat dengan sosok Kartini. Namun tak banyak orang yang tau dengan quotes
Kartini yang lain yaitu, “Perempuan itu jadi soko guru peradaban.” Quotes
itu ditulis Kartini dalam sebuah suratnya yang dikirim kepada Abendanon pada
tanggal 21 Januari 1901. Pernyataan itu menjelaskan bahwa jauh dimasanya
Kartini telah berpikir tentang kemajuan bangsanya, Bangsa Indonesia, dan
kemajuan bangsa tidak akan lepas dari peran seorang wanita sebagai pendidik di
dalam keluarga.
Tugas utama Ibu adalah mendidik anak. Ia adalah guru pertama dan
yang utama. Ironis bila pendidikan anak yang nantinya akan jadi penentu
peradaban bangsa justru diserahkan kepada orang lain, baby sitter
misalnya hanya karena orang tua terutama Ibu sibuk dengan pekerjaannya.
Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi diketahui jumlah
wanita bekerja pada tahun 2006 sejumlah 33.312.775.000 orang. Berdasarkan hasil
penelitian Deni (2008), terkait dampak peran ganda pada ibu bekerja menunjukkan
bahwa 1) Bagi ibu yang berperan ganda, keluaga dan pekerjaan sama pentingnya,
meski begitu keluarga tetap menjadi prioritas utama. 2) Usia anak sangat
berpengaruh pada tingkat bersalah kecemasan dan kesedihan yang dialami ibu
bekerja. 3) Penyebab utama stres pada ibu bekerja adalah perannya sebagai
pekerja yang meliputi beban pekerkaan dan konflik rekan kerja namun keluarga
yang menjadi "kambing hitam". 4) Ketidakberdayaan muncul sebagai
akibat dari frustasi yang dialami ibu bekerja karena tidak mampu menjalankan
perannya dengan maksimal. 5) kondisi ekstrim yang sangat berpengaruh pada
kondisi ibu bekerja dalam menjalankan peran gandanya adalah ketika anak sedang
sakit. 6) Sekalipun lebih banyak dampak negatif dibandingkan dampak postif yang
muncul saat menjalankan peran gandanya namun tidak semua ibu bekerja bersedia
meninggalkan pekerjaannya.
Meskipun ibu bekerja tetap memprioritaskan keluarga namun padanya
kenyataanya ketika terdapat masalah seputar pekerjaan keluarga pulalah yang
menjadi kambing hitam. Dalam kondisi seperti ini siapakah yang mampu
menenangkan sang Ibu? Apakah ayah? Sangat riskan jika pada saat itu Ayah juga
mengalami masalah dengan pekerjaannya. Konflik bukannya mereda tapi justru
semakin memanas. Akibat terparah yang muncul adalah perceraian. Lagi keluarga
terutama anak menjadi korban.
Apakah Tenaga Kerja Wanita (TKW) penyumbang devisa terbesar negara
adakah sosok Kartini di era globalisasi?
Jika predikat Kartni dilekatkan dengan indikator pengabdian kepada
negara dan seberapa besar ia menyumbang uang untuk negara, barangkali TKW
termasuk sosok Kartini di era globalisasi. Namun, apakah kriteria itu
benar-benar mencerminkan Kartini? Jika dilihat dari pemikiran Kartini, betapa
Kartini begitu memperhatikan kaum perempuan terutama nasib dan pendidikannya
hal ini didasari bahwa Kartini percaya perempuan adalah soko guru peradaban.
Kartini sadar betul bahwa seorang Ibu secara kodrati adalah seorang pendidikan
yang pertama dan pertama. Keberhasilan pendidikan anak tidak akan lepas dari
seberapa terdidiknya sang Ibu. Keberhasilan pendidikan anak inilah yang
kemudian menjadi penentu maju tidaknya peradaban sebuah bangsa.
Apakah kondisi seperti ini dimana banyak ibu menjalani peran ganda,
menjadikan keluarga sebagai kambing hitam dikala ada masalah pekerjaan, rasa
frustasi yang seringkali muncul, serta dampak negatif lainnya merupakan bentuk
emansipasi yang diharapkan dari Kartini?
Bukan maksud penulis melarang wanita untuk bekerja. Namun sebagai
wanita yang cerdas dan tau kodrat, seorang wanita harus pintar memilih
pekerjaan. Mencari nafkah adalah tugas utama Ayah, Ibu hanya membantu sedangkan
fungsi utama ibu dalam keluarga adalah mendidik anak, sebaliknya Ayah hanya
membantu. Pernyataan ini juga tidak bermaksud mengesampingkan peran Ayah
sebagai seorang pendidik, bagaimana pun keberhasilan pendidikan anak sangat
dipengaruhi oleh kedua orang tua. Mengapa peran Ibu lebih dominan dalam usaha
pendidikan anak? Karena sejak di dalam kandungan anak telah mendapatkan
pendidikan dari sang Ibu. Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah jenis
pekerjaan apakah yang bisa dijalankan seorang Ibu agar tetap mampu menjalankan
perannya sebagai pendidik secara optimal? Ada banyak sekali jenis pekerjaan di
dunia ini, setidaknya kriteria yang bisa digunakan untuk menjadi masukan bagi
ibu bekerja adalah sebagai berikut ;
1.
Prosentase
waktu bekerja lebih sedikit daripada prosentase waktu di rumah bersama keluarga
2.
Jenis
pekerjaan tidak terlalu mengikat sang Ibu, akan lebih baik jika Ibu menjadi
pengusaha home industry yang bebas dan bisa mengatur waktunya sendiri
tanpa aturan dari siapapun
3.
Libatkan
sang anak dalam pekerjaan sang Ibu, hal ini akan membuat anak paham kondisi Ibu
di dalam keluarga selain itu menjadi sebuah pelajaran tersendiri bagi anak
tentang nilai-nilai kerja keras dan berbakti pada orang tua
4.
Hindari
pekerjaan yang menuntut waktu lebih lama di luar rumah seperti TKW, buruh yang
seringkali lemburan
5.
Libatkan
Ayah-suami dalam memutusakan pekerjaan, karena mau tidak mau jika nanti Ibu
tidak mampu menjalankan perannya maka Ayahlah yang akan mengambil alih peran
Ibu.
6.
Ibu
yang mawas diri haruslah mampu bertindak profesional dengan tidak mencampur
adukkan urusan/masalah pekerjaan dengan urusan rumah
7.
Jika
memang sangat terpaksa delegasikankan anak kepada orang yang dipercaya, bisa
orang tua, saudara, tetangga atau baby sitter.
Sekali lagi, yang diharapkan Kartini adalah seorang Ibu yang mampu
menjalankan perannya sebagai pendidik secara optimal terlebih di era
globalisasi yang seluruh informasi entah baik atau buruk membaur menjadi satu.
Ironis ketika penulis membaca dalam sebuah artikel bahwa ada ibu baru yang
lebih mempercayakan mekanisme perlakuan kepada anaknya yang masih kecil
berdasarkan informasi di internet semata. Ironis pula bila predikat wanita
hebat lebih dilekatkan pada sosok wanita yang hanya sukses karirnya di dunia
saja. Wanita yang hebat adalah wanita yang sukses menghantarkan suami dan
anak-anaknya menjadi pribadi yang hebat, membanggakan agama, bangsa dan negara,
mewujudkan peradaban bangsa sesuai dengan yang dicita-citakan. Perempuan itu
jadi soko guru peradaban.
***
Daftar Pustaka : Ratnawati, Deni. 2008. Dampak Peran Ganda Pada Ibu
Bekerja. Semarang : Skripsi Universitas Katolik Sugiprajanoko.
***
Biodata Penulis
Noor Salamah, lahir di Kota Ukir Jepara. Putri pasangan Bapak M.
Ma’ruf (Alm) dan Ibu S. Muzaronah yang berzodiak cancer ini sangat hobi menulis
dan membaca. Ia bisa dihubungi melalui fb : salma van licht, twitter
:@salma_skylight.
0 komentar:
Posting Komentar