Jumat, 01 April 2016

The Chronicle of Kartini



Sebenarnya buku ini sudah sering aku lihat rak perpustakaan daerah Jepara. Namun entah mengapa aku belum tersentuh untuk membacanya, baru beberapa hari yang lalu aku akhirnya memilih buku ini menjadi salah satu buku yang aku pinjam. Buku berjudul “The Chronicle of Kartini” karya Wiwid Prasetyo. Sebuah novel tentang tokoh perempuan besar Jepara, yang namanya akan selalu harum dan akan selalu terpatri dalam ingatan, Kartini. Novel ini cetak pertama kali pada September 2010, diterbitkan oleh penerbit Laksana salah satu anak perusahaan Divapress.
Baru-baru ini saya memang sedang tertarik pada novel sejarah, mengenal pertama kali novel sejarah melalui karya Pramoedya Ananta Toer. Dan saat ini saya sedang terpikat oleh karya Krisna Langit Hariadi.
Kembali lagi ke novel The Chronicle of Kartini, novel ini bercerita tentang perjalanan hidup seorang gadis ningrat yang penuh gejolak pemberontakan. Ia berusaha keras membebaskan diri dari kungkungan adat Jawa yang membuatnya terperangkan dalam penjara istana, terhalang untuk menggapai cita-citanya bersekolah. Seorang gadis ningrat pengubah wajah wanita Jawa dan pencetus sekolah wanita pertama. Ialah Kartini anak dari seorang Bupati Jepara yang bernama Sosronigrat. Secara garis besar novel ini menarik, jalan ceritanya baik. Hanya sebagai seorang penulis novel berlatar belakang secara apalagi yang angkat ceritanya adalah tokoh penting, novel tersebut haruslah dapat dipertanggung jawabkan. Dari sisi sejarahnya, benarkah peristiwa-peristiwa itu, di tulisan dari sumber mana. Inilah satu kekurangan dari novel ini, tidak disertakannya sumber referensi, pun tidak ada ada biodata penulis sehingga bisa dijadikan penimbang tingkat kepercayaan atas isi novel, selain itu yang membuat saya kurang nyaman membaca novel ini adalah ketidak konsistenan penulis dalam memposisikan diri, apakah sebagai orang pertama, kedua, atau ketika semuanya serba tumpang tindih.

Menyajikan biografi tokoh hebat melalui novel memang sebuah cara jitu jika ingin memberikan pembelajaran pada pembaca dengan cara yang menyenangkan. Dengan mudah pemikiran-pemikiran sang tokoh, nilai-nilai moral dan pesan lainnya akan dapat dicerna oleh pembaca. Oleh karena itu amat riskan apabila pembaca yang terlalu polos secara gamblang menerima saja apa-apa yang tersaji sekalipun itu keliru.

0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Follow

Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Jejak Sajak Salamah | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com