Puisi ini merupakan salah satu diantara dua karya yang terpilih dalam event Pameran Sejuta Buku yang bertema Buku Sebagai Amunisi Peradaban, diadakan pada tanggal 06-12 November 2013 bertempat di gedung wanita semarang. Meski dibuat secara singkat, sangat singkat malah hanya berkisar kurang dari dua jam. Jadilah puisi seperti ini. Alhamdulillah, atas apresiasi dari dewan juri dan panitia, saya memperoleh tiga buku gratis. Ketiga buku tersebut adalh, Home (Novel), Pulpen (kumpulan cerpen anak SD istimewa) dan Emile Durkheim. Semoga barokah. Aamiin ..
PERANG TAMADUN
PERANG TAMADUN
Oleh Noor Salamah
Kata Ronggowarsito, sekarang zamannya
kaladita
Zaman edan dimana akal sehat diremehkan
Mungkin tak lama lagi zaman kalabendu
Segera membendung semua segi
Pajabat rebutan korupsi
Ulama rebutan fatwa
Guru rebutan gaji
Rebutan benar sudah dianggap benar
Adil tak adil tak jadi pikir
Indonesia sungguh rindukan kalasuba
Manalaka rakyat hidup makmur
sejahtera
Manakala Indonesia tampil menjadi
negara adi daya
Moral, adat, alam, semua terpelihara
Namun nampaknya Indonesia masih saja
tergerus perang tamadun
Dilempari meriam, granat, bazoka,
bom, peluru oleh negara asing
Bagaimana dengan senjata sendiri
Mesiunya saja dari tai benyai
kotamaranya terbuat dari triplek
Bandut meriamnya terbuat dari rotan
Tak ada yang manguasai balistik lawan
Yang lebih parah penguasalah yang
menyumbat corong senapan dengan kemunafikan
Ahh, bagaimana mungkin Indonesia
menang perang
0 komentar:
Posting Komentar