Sabtu, 22 Februari 2014

GAUN PENGANTIN EMAS

Alhamdulillah, ada  karyaku lagi yang lolos sebagai konstributor dalam even yang diadakan oleh Sindi Violinda temanya Size (ukuran). Saya merasa lebih bahagia lagi, karena kali ini karya saya dan karya mbak Eka Riantini akan berada dalam satu buku antologi. 
Mbak Eka merupakan salah satu orang yang membuat aku termotivasi menulis. Mbak Eka  teman sekamarku, Ar Rohman di pondok tercinta Durrotu Ahli Sunnah Waljamaah yang lebih dulu aktif dan produktif menulis. Selamat kepada mbak Eka Riantini :)

GAUN PENGANTIN EMAS

Aku memandang bayang diriku yang terpantul pada cermin besar di hadapanku. Ini adalah gaun ke dua puluh dua yang telah aku coba di butik ini. Namun tak satupun dari semua gaun yang aku coba sesuai dengan ukuran tubuhku. Aku lelah, aku merasa putus asa dengan keadaan ini.
Pernikahanku tinggal satu bulan lagi. Sebenarnya untuk mendapatkan gaun pengantin sewaan dalam jangka waktu seperti itu tidak sulit, bagi mereka yang memiliki tubuh normal dan uang banyak. Tapi bagi yang tidak memiliki uang banyak ditambah overweight seperti aku? Bahkan waktu satu tahunpun rasanya belum cukup.
Ku lihat lagi diriku  dalam pantulan cermin. Aku rasa, aku lebih mirip lepet. Tahu lepet? Lepet adalah jajan pasar terbuat dari ketan yang kemudian dibungkus rapat dengan janur. Ya seperti itulah penampilannku sekarang. Selain membuat diriku mirip lepet, gaun ini juga membuatku susah bernapas. Tak tahan memakainya, gaun itu kulepas juga.
Aku amati sekali lagi gaun tersebut. Sebuah gaun berwarna Putih. Dengan model rok klok panjang berlapis, lapis pertama adalah sifon berwarna emas sedangkan lapisan kedua adalah kain satin bridal berwarna putih. Berlengan panjang dengan model lengan licin berlapis dua, sama seperti pada rok, lapisan pertama adalah kain sifon berwarna emas sedangkan lapis kedua adalah kain satin bridal berwarna putih. Berkerah tegak, dan pada daerah dadanya dihiasi brokat bunga berwarna emas yang menyilang sampai kebawah, untuk mempercantik tampilan bunga, bunga itu pun dihias dengan payet-payet berwarna senada. Sebuah padu padan yang indah.
Aku terus mengagumi gaun yang aku bawa. Aku tak rela bila harus melepasnya. Aku teramat sangat ingin memakai gaun tersebut dalam upacara pernikahanku, yang hanya terjadi sekali seumur hidupku.
“Itu gaun model terbaru mbak, hanya ada di butik kami. Mbak enggak mungkin ketemu gaun pengantin model kayak begitu di butik-butik lain. Bahan nyaman dipakai, warna yang mewah, dengan desain kasual namun tetap terlihat elegan, ditambah harga sewaan cukup miring pula.”
Begitu ucap seorang petugas butik disampingku. Ia mungkin gemas atau tepatnya sebal melihatku bolak-balik mencobai gaun di butiknya dan belum satupun yang aku beli. Tapi apa yang dikatakan penjaga butik itupun benar adanya. Aku tidak akan menemukan model gaun yang mirip dengan harga sewaan cukup miring di butik lain. Karena kenyataanya aku sudah berkeliling ke hampir semua butik di kota ini, dan memang tidak menemukan yang seperti itu.
Tapi permasalahannya adalah badget yang aku anggarkan untuk sewa tiga gaun pengantin adalah satu setengah juta itu sudah plus make-up dan atribut kebusanaan lainnya. Budget ini sudah menjadi kesepakatanku dengan calon suami. Dengan anggaran tersebut aku harus mengaturnya agar konsep acara pernikahanku berjalan dengan baik, lancar dan sesuai dengan rencana. Aku ingin acara pernikahanku terkesan islami, modern dan tanpa meninggalkan kearifan budaya lokal.
Aku membayangkan diriku ketika dalam acara resepsi. Tamu-tamu memandang takjub pada diriku yang memakai gaun emas ini.  Ahh, sungguh sebuah khayalan yang indah.
“Sebenarnya aku udah jatuh cinta sama gaun ini Mbak, tapi ukuran tubuhku?”
Aku bertanya pada penjaga butik, lebih tepatnya aku mungkin mengeluh.
“Kenapa Mbak enggak coba diet aja? Waktu satu bulan aku rasa Mbak pasti bisalah untuk menurunkan berat badan. Nanti gaunnya bisa dibayar DP wes.”
“Diet. Iya diet. Kenapa aku enggak kepikiran diet ya Mbak? Ckckck. Apalagi kalau bisa dibayar DP tambah berminat aku Mbak. Jadi kalau dietku gagal aku enggak rugi-rugi amat. Hehehe.”
Khayalanku memakai gaun pengantin emas akan terwujud. Diet, itu yang harus aku lakukan. Tapi aku tidak  pernah diet sebelumnya, mana aku tahu cara berdiet. Tenang, kamu jangan jadi orang bodoh seperti itu. Mbah google kan ada tinggal search, dapat deh. (END)

0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Follow

Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Jejak Sajak Salamah | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com