Pernah terpikirakan bahwa saya berharap cerpen saya tidak lolos dalam even perlombaan Keajaiban yang diadakan oleh Penerbit Pena Indhis. Mengapa? karena saya merasa ada kesalahan dalam cerita ini. Setelah saya teliti bayi baru lahir memiliki bobot 2,32 Kg dengan tinggi 60, 89 cm tidak lazim. Memang terlahir prematur, tapi rata-rata bayi Indonesia lahir dengan tinggi 50cm. Keponakan saya yang baru lahir pun lahir setinggi 49 cm. Dalam bayangan saya bayi Hana dalam cerita ini terlalu panjang dan kurus. Ahh, namun Allah tahu yang terbaik. Ini adalah pelajaran bagi saya untuk lebih cermat lagi :)
Oh ya cerita ini adalah berdasarkan kisah nyata. Saya membaca cerita ini sudah cukup lama kalau tidak di situs apakabardunia.com ya di suatu berita pada surat kabar harian. Entahlah agak lupa saya, hehe ..
Oh ya cerita ini adalah berdasarkan kisah nyata. Saya membaca cerita ini sudah cukup lama kalau tidak di situs apakabardunia.com ya di suatu berita pada surat kabar harian. Entahlah agak lupa saya, hehe ..
HANA
Sebuah
ambulans berhenti di depan pintu rumah sakit. Segera beberapa orang perawat
membawa masuk seorang wanita yang tengah hamil.
“Bertahanlah
istriku, kuatkan dirimu.” Nasrul menggenggam tanggan istrinya mengikuti hingga
depan pintu ruang IGD.
Seorang
petugas rumah sakit menemuinya. Mengarahkannya untuk mengikuti serangkaian
prosedur administrasi.
Berjam-jam
Nasrul menunggu hasil pemeriksaan dokter dengan penuh gelisah. Seorang dokter
keluar dari ruangan.
“Apakah
anda suami dari pasien bernama Oppy?”
“Ya
Dok.”
“Pasien
bernama Oppy dalam keadaan mengkhawatirkan. Pasien mengalami anemia berat yang
kemudian berdampak pada bayi yang dikandungnya. Bisa jadi pasien akan mengalami
keguguran.”
Mendengar
kabar tersebut. Nasrul jatuh lemas. Ini adalah bayi keempat yang dikandung oleh
istrinya. Tiga bayi sebelumnya mengalami keguguran.
“Kami
akan memeriksa golongan darah pasien dan akan terus memantau kondisi pasien.
Semoga ada persediaan darah bagi pasien.”
Bayang-bayang
peristiwa beberapa tahun lalu ketika Oppy mengandung anak pertama melekat jelas
di benaknya. Ketika itu umur kandungan Oppy baru lima bulan. Demi membantu
kondisi ekonomi Oppy tetap bekerja seperti biasa. Akibatnya karena kelelahan
Oppy mengalami keguguran. Diwaktu Oppy mengandung anak keempat, Nasrul sama
sekali tidak mengijinkan Oppy melakukan pekerjaan apapun entah itu pekerjaan
rumah tangga ataupun pekerjaan lainnya. Nasrul tidak ingin peristiwa pada anak
pertama, kedua dan ketiga terulang kembali. Pada anak keempatnya Nasrul
benar-benar menaruh perhatian penuh. Hingga kemarin malam, tiba-tiba Nasrul
masuk angin tubuhnya panas. Ia memutuskan untuk istirahat. Pagi harinya, Nasrul
belum sanggup memasak. Maka ia putuskan untuk membeli sarapan di warung dekat
rumah. Sekembalinya Nasrul dari warung, ia mendapati Oppy sedang memasak. Cepat
Nasrul mengahampiri Oppy. Wajah Oppy sudah pucat pasi. Seketika itu Oppy
pingsan. Beruntung tidak sampai terjadi pendarahan. Namun dengan cepat Nasrul
menelpon Ambulans.
◌◌◌
“Pak
Nasrul.”
Seorang
dokter menghampiri Nasrul. Nasrul bangkit berdiri.
“Hasil
uji lab mengungkapkan pasien memiliki golongan darah yang langka yaitu A+ Para
Bombay. Kami sudah menghubungi satu-satunya pemilik darah A+ Para Bombay di
Indonesia. Namun sayang, ketika kami hubungi. Ternyata ia berada di Singapura
dan tidak bisa kembali ke Indonesia dalam waktu dekat. Kami akan mengecek darah bapak untuk melihat kesesuaiaan
golongan darah pasien.”
Nasrul
mengikuti dokter untuk mengikuti segala prosedur pengecekan darah.
“Pasien
tidak bisa menerima darah Bapak.”
Beberapa
saudara yang ikut mendengar perkataan dokter, menimpali.
“Bagaimana
dengan golongan darah saya Dok?”
Maka
semua saudara yang hadir kemudian mengikuti prosedur pemeriksaan golongan
darah. Namun hasilnya tidak ada yang cocok.
“Bapak,
perlu kami sampaikan bahwa jika pasien
tidak segera mendapatkan donor darah. Tidak saja kondisi pasien yang
terancam namun juga bayi yang dikandungnya. Kami menyarankan agar dilakukan operasi
demi menyelamatkan mereka, sebelum terlambat.”
“Kami
manut dokter saja.” Kata Nasrul
pasrah.
Selagi
operasi dilakukan terhadap Oppy dan bayinya. Informasi keluarga Nasrul yang
membutuhkan donor darah A+ Para Bombay disebarkan melalui berbagai media, facebook,
twitter, WA, sms, dan media-media lainnya.
Bayi
berhasil dikeluarkan dari rahim Oppy melalui operasi caesar. Ketika itu
kandungan Oppy berumur tujuh bulan. Bayi tersebut lahir dengan bobot 2,32 Kg
dengan tinggi 60, 89 cm. Kabar mengejutkan kembali datang. Saat ini kondisi
Hana, bayi kecil yang baru lahir dalam kondisi kritis. Hana membutuhkan darah
segera. Seperti ibunya, Hana mengalami anemia berat. Keadaan diperparah dengan
tidak adanya kabar pertolongan pendonor darah.
◌◌◌
Malam
sudah larut. Nasrul berjalan melihat kondisi istri dan anaknya yang sedang
kritis. Teramat sangat membutuhkan pertolongan. Menatap mereka membuat Nasrul
menangis. Hana adalah anaknya yang keempat. Anaknya satunya yang berhasil
lahir. Nasrul berharap Hana bisa melalui semua ini. Nasrul butuh pertolongan,
dan siapa sebaik-baiknya pemberi pertolongan selain Allah. Maka malam itu ia tenggelamkan
dirinya dalam doa-doa.
Cahaya
matahari menembus ruang perawatan melalui jendela-jendela yang telah terbuka.
Dokter sedang mengecek kondisi Oppy. Bangun dari tidur, Nasrul langsung
menanyakan kondisi Oppy dan Hana pada dokter. Dokter hanya menggeleng,
mengisyaratkan belum ada perkembangan.
“Pak
Nasrul, apakah pasien Oppy memiliki saudara kandung?”
“Ada
Dok, di kampug.”
“Bisakah
anda bawa dia kemari. Bisa jadi golongan darahnya cocok dengan Oppy dan Hana.”
Saat
itu juga Nasrul langsung menghubungi saudaranya di kampung. Adik Oppy, Nia,
diminta untuk datang segera.
Serangkaian
tes dilakukan. Hasilnya menunjukkan golongan darah mereka berbeda.
“Pak
Nasrul, meski golongan darah Nia dan Hana berbeda. Kami akan berusaha
memberikannya pada Hana. Ini adalah alternatif terakhir. Bisa jadi tubuh Hana
bersedia menerima darah Nia bisa jadi juga tidak. Kami akan tetap berusaha
lakukan yang terbaik. Jangan putus asa. Tetaplah berdoa dan serahkan semua
pada-Nya.”
Nasrul
pasrah ini adalah kesempatan terakhirnya. Apapun yang terjadi itu sudah jadi
kehendak-Nya.
“Alhamdulillah,
Pak Nasrul. Allah menolong Hana. Meskipun golongan darah Nia dan Hana berbeda.
Tapi tubuh Hana bersedia menerimanya. Saat ini kondisi Hana berangsur-angsur
membaik. Alhamdulilah.” Begitu ucap dokter ketika keluar dari ruang perawatan.
Kelegaan
menyelimuti seluruh ruangan. Tak henti ucapan syukur terucap dari bibir-bibir
mereka. Seperti harapan Nasrul dengan memberikan nama anaknya Hana yang berarti
pertolongan dari Allah. Pertolongan Allah benar-benar datang.
0 komentar:
Posting Komentar