Read More

Slide 1 Title Here

Slide 1 Description Here
Read More

Slide 2 Title Here

Slide 2 Description Here
Read More

Slide 3 Title Here

Slide 3 Description Here
Read More

Slide 4 Title Here

Slide 4 Description Here
Read More

Slide 5 Title Here

Slide 5 Description Here

Rabu, 03 September 2014

Paket Alternatif menuju Cita-cita

Paket Alternatif menuju Cita-cita
Oleh Noor Salamah

Hari masih pagi ketika Umar bersama sepeda ontel tua milik Bapaknya berjalan menyusuri jalan-jalan kecil menuju sekolah. Sebuah sekolah yang berbeda dengan sekolah kebanyakan, sebuah sekolah yang banyak orang memandang rendah derajatnya tak terkecuali murid yang belajar disana. Tapi Umar tidak peduli. Umar mengabaikan omongan orang tentang sekolahnya. Bagi Umar, sekolahnya sangat berharga. Ada pelajaran yang tentu tak akan ia dapatkan ketika belajar di sekolah biasa. Lebih dari itu, sekolah seperti inilah yang memang sesuai dengan kondisi ekonomi keluarganya.
Umar memasuki ruang kelas. Sepuluh menit lagi pelajaran akan dimulai. Teman-teman Umar sudah banyak yang datang. Tak lama, Pak Mul datang dengan baju dinas dan tas hitam kesayangannya serta sebuah map berwarna merah di tangan kirinya.
Assalamualaikum. Selamat pagi, anak-anak!”
Waalaikum salam. Selamat pagi, Pak Guru!” Jawab anak-anak kompak.
“Siapa Kalian?” Pak Mul membuka pelajaran pagi itu dengan teriakan seperti yang biasa ia ucapkan setap harinya.
“Aku anak Indonesia!” Jawab anak-anak serempak dan bersemangat.
“Apa bahasa persatuan kalian?”
“Bahasa Indonesia dan Aku cinta Bahasa Indonesia.” Jawab anak-anak lebih keras dan lebih bersemangat. Pak Mul tersenyum, sebuah pemanasan yang bagus. Pikirnya.
Ok. Anak-anak, pelajaran pagi ini adalah pembahasan mengenani cerita-cerita yang telah kalian tulis minggu lalu. Mungkin ada di antara kalian yang mengajukan diri untuk tampil ke depan menceritakan kembali tulisannya?”
Anak-anak saling pandang, melirik teman mereka. Tidak ada yang mengacungkan tangan. Sepi, semua saling lirik, saling bisik.
Pak Mul terus menunggu. Menanti hingga ada salah seorang diantara muridnya bersedia mengacungkan jari. Penantiannya membuahkan hasil. Umar salah seorang muridnya mengacungkan jari.
 “Ya Umar silahkan maju. Ceritakan kembali apa yang kamu tulis minggu lalu.” Umar beranjak dari tempat duduknya berdiri di depan, tangan kirinya memegang teks yang ia tulis. Umar menarik napas dalam.
“Selamat pagi teman-teman. Namaku Umar, tapi bukan Umar Bakri seperti di lagunya Iwan Fals. Teman-teman, aku di sini hanya ingin bercerita tentang sekolah dan cita-citaku. Sekolah kita, banyak orang mencibir tentang sekolah kita. Katanya sekolah kita sekolah murahan, tidak berkualitas. Katanya, kita murid-murid di sini anak pinggiran, miskin, terbelakang, dan urakan. Kata mereka juga guru-guru kita di sini tidak berkualitas, tidak punya dedikasi dan tidak punya integritas. Mereka salah. Mereka keliru. Aku, kamu, dan semua murid di sini boleh jadi memang miskin tak punya uang. Tapi kami tidak bodoh, tidak juga terbelakang apalagi urakan.”
“Huu!” terdengar sorak dari teman-teman sekelas Umar.
Cerita terus mengalir dari sepasang bibirnya. Kertas di tangannya ia abaikan. Ia telah leluasa menyampaikan semua gagasan dan idenya.
“Sebenarnya kami sama seperti anak yang lain selalu condong pada hal baik. Kami di sini belajar, belajar pada guru-guru kami yang berkualitas, pada guru-guru kami yang penuh dedikasi dan integritas. Di sekolah kami yang apa adanya, murah, namun tetap berkualitas. Kami belajar. Kami belajar seperti yang di ajarkan murid murid di sekolah biasa. Ada matematika, Bahasa Inggris, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan mata pelajaran umum lainnya. Lebih dari itu, kami disini juga belajar pelajaran yang berbeda dari sekolah pada umumnya. Kami belajar mengukir, menjahit, dan membatik. Sebuah keterampilan yang tidak mungkin di dapatkan jika belajar di SMP biasa."
“Setuju! Mereka saja yang sombong, selalu anggap diri kita rendah martabatnya. Padahal semua manusia di mata Allah sama. Juga di mata hukum, setiap warga negara itu sama.” Yunus yang duduk di bangku belakang menimpali.  
“Aku memilih sekolah di sini karena biayanya murah, jadi aku tak begitu memberatkan orang tuaku, aku juga masih bisa membantu Bapak di sawah selepas atau sebelum ke sekolah. Dengan biaya lebih murah daripada sekolah biasa, aku justru bisa memperoleh keterampilan yang pasti akan bermanfaat bagiku. Siapa tau jika aku tidak bisa melanjutkan sekolah. Aku masih bisa bekerja, aku punya keterampilan mengukir. Aku pasti bisa mandiri. Tapi tidak teman, aku tak ingin putus sekolah. Apalagi berhenti belajar. Belajar itu seumur hidup. Belajar itu dimana saja, kapan saja, dan dengan apa saja. Meski begitu aku tetap ingin melanjutkan sekolahku. Aku ingin menjadi seorang guru. Seorang guru yang mendedikasikan dirinya bagi masyarakat. Bukan seorang guru yang hanya mengejar jabatan PNS, memperoleh gaji dan tunjangan pensiunan, serta dikenal dan disegani orang. Aku ingin bermanfaat bagi orang banyak. Itulah tujuanku. Itulah cita-citaku. Dan aku memulai meniti jalan cita-citaku di sini di sekolahku, di kejar paket B.”
Riuh tepuk tangan terdengar dari penjuru kelas.
Umar, anak dari keluarga miskin yang memiliki tujuan mulia serta tekad yang kuat. Belajar di sekolah yang banyak dicibir orang tidak lantas menyurutkan semangat untuk mewujudkan cita-citanya.
“Itulah teman, sepenggal cerita tentang sekolah dan cita-citaku. Terima kasih.”
Umar berjalan kembali ke bangkunya.
“Ada lagi yang ingin menceritakan tentang cita-citanya?” serentak anak-anak itu mengacungkan tangan.
Pak Mul, guru Bahasa Indonesia di SKB Jepara itu tersenyum. Ia bangga memiliki murid seperi Umar dan murid-muridnya yang lain. Ia bangga dapat mengajar di sini sebuah sekolah yang memberikan ruang dan kesempatan bagi anak kurang mampu untuk berprestasi dan untuk mewujudkan mimpinya.
***



Tentang Penulis
Nama Lengkap              : Noor Salamah
Tempat, tanggal lahir     : Jepara, 23 Juni 1994
Alamat Lengkap            : Jalan HM. Syahid No. 11 rt 03 rw 05 Panggang Jepara Kode Pos 59411
Akun Twitter                 : @salma_skylight
Akun Facebook             : salma van licht
E-mail                            : salamah_chan@yahoo.com / pls2.12046@gmail.com
Status                             : Mahasiswa di Universitas Negeri Semarang Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Harapan untuk pendidikan di Indonesia

Sebagai seorang mahasiswa jurusan pendidikan luar sekolah, saya merasa prihatin dengan kondisi pendidikan saat ini. Terutama perhatian yang diberikan pemerintah terhadap pendidikan nonformal. Meskipun dalam UU No 20 tahun 2003 sudah dijelaskan bahwa Indonesia mengakui tiga jalur pendidikan. Yaitu pendidikan formal, nonformal dan informal. Namun kenyataanya perhatian pemerintah baik pusat maupun daerah lebih condong pada pendidikan formal daripada dua jalur pendidikan lainnya. Banyak dari pegiat PNF mengeluhkan hal ini, meski begitu mereka tak menyerah untuk tetap mengabdikan dirinya. Saya berharap dengan pemberian perhatian yang sama dari pemerintah kepada ketiga jalur pendidikan tersebut akan mampu menyeimbangkan dan memajukan Indonesia. Indonesia dengan karakter Pancasila yang dimilikinya. Semoga pendidikan Indonesia lebih baik lagi.
Read More

Buruh Migran Penerjemah Kitab

Buruh Migran Penerjemah Kitab

“Wamah?! Wamah?!”
“Iya Nyonya, sebentar.”
Secepat kilat ia lipat mukena yang tadi ia gunakan untuk salat magrib. Belum sempat mukena itu terlipat rapi, Nyonya besar datang masuk menerobos masuk kamar. Ia wanita berusia sekitar 40 tahun beramput pendek, berteriak marah karena Wamah tak kunjung datang memenuhi seruannya. Mukanya semakin merah padam demi melihat apa yang sudah Wamah lakukan.
“Sudah berapa kali aku bilang padamu. Jangan pernah sekalipun kau salat di rumahku. Kau tidak memenuhi seruanku hanya demi salatmu yang tak berguna ini?”
Nyonya Besar menendang sajadah yang masih tergelatak di lantai.
Astagfirullah.”
“Sebut saja Tuhanmu terus. Tuhanmu sama sekali tidak memberikan untung bagiku. Lihatlah aku justru rugi karena kau terusan menyembah Tuhamu, makan malamku jadi terlambat. Segera siapkan makan, aku lapar!”
***
Suara beep tanda seseorang diseberang sana telah membalas percakapan facebook telah membuyarkan lamunan Wamah.
Majikan tahu aktivitas Anda seperti itu? 
Pertanyaan sama, yang belum sempat Wamah jawab.
Mereka semua tahu karena buku atau kitab yang kubawa ke rumah dan ngaji malam. Majikan atau pemerintah tak melarang berorganisasi. Tapi majikan kadang tak suka pembantu salat seperti majikanku yang kedua. Akhirnya kucari gara-gara agar diterminate.
Diseberang sana seseorang yang mengaku bernama Alawi sedang mewawancarai Wamah. Ia mengaku sebagai wartawan situs online milik keorganisasian islam terbesar di Indonesia.
Maka Wamah pun mulai bercerita tentang kisahnya tentang pengalamannya di Hongkong sebagai buruh migram.
***
Namanya Umi Muawamah, seorang wanita buruh migran asal Indonesia berusia 40 tahun yang bekerja di Hongkong. Di negeri tirai bambu yang  sangat jarang ada mushola, perjuangannya baru saja di mulai. Berbekal ilmu ketika dulu nyantri  di Pesantren Darul Ulum, Selotumpuk Wlingi, Blitar. Wamah mulai menerjemahkan kitab-kitab kuning dalam bahasa Arab pegon ke dalam bahasa Indonesia. Banyak tenaga kerja wanita yang bekerja sebagai pembantu di negeri ini, tapi sangat jarang diantara mereka yang memahami berbagai hal tentang wanita sesuai yang diajarkan oleh agama. Sesuatu yang sebenarnya amat penting, seperti persoalan terkait haid, nifas, wiladah, hamil dan merawat bayi. Maka dari itu Wamah memilih memulai perjuangannya dengan menerjemahkan kitab Risalatul Mahidl karya Kiai Haji Masruhan Ihsan yang berisi tentang persoalan haid, nifas dll. Perjuangannya tidak berhenti di situ, selain menerjemahkan kitab ia juga aktif di organisasi Fatayat NU Imza, Al Fattah, Gabungan Migrant Muslim Indonesia,  Al Ikhlas Mujahidah Sabtu Hanghau,  Tahfidz Rintisan PCNU, mengajar ngaji online dan membantu anak yatim piatu.
Mudahkah perjuangan yang ia lakukan? Tidak juga. Meski pemerintah tidak melarang berorganisasi kesulitan itu justru hadir dari majikan, seperti yang ia alami di majikan keduanya. Alhamdulilah, di majikannya sekarang pekerjaan Wamah tidak cukup banyak dan lebih longgar karena ia hanya mengurusi nenek tua. Selain terjemahan kitab Risalatul Mahidl ada pula terjemahan dari kitab Mar’ah Sholikhah berisi panduan menjadi wanita sholihah. Dua kitab lainnya yaitu Washoya dan Adabul Mar'ati Sholihah masih dalam proses penerjemahan.
Muawamah merupakan sosok wanita inspiratif. Sosok santri yang berjuang dan mengamalkan ilmu bahkan sampai ke negeri orang. Di Hongkong, negeri yang jauh dari tanah kelahirannya Wamah justru merasakan berdakwah di Hongkong lebih mengena, cepat dirasakan, dan cepat diamalkan oleh para santrinya.
***
Biodata Penulis

Nama Noor Salamah. Lahir di Jepara tanggal 23 Juni 1994. Sekarang sedang menempuh pendidikan S1 Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Unnes. Ia juga sedang nyantri di Ponpes Durrotu Ahlissunnah Waljamaah yang letaknya tak jauh dari kampus Unnes. Bisa di hubungi melalui e-mail : salamah_chan@yahoo.com atau via Fb di Salma Van Licht.
Read More

AIR BOROBUDUR UNTUK INDONESIA MARITIM

AIR BOROBUDUR UNTUK INDONESIA MARITIM
Oleh Noor Salamah

Angin berhembus sepoi-sepoi. Dedaunan kering mahoni jatuh dengan gemulai bak peri yang mengepakkan sayapnya, menari, memutar dan jatuh dengan anggun. Suasana ini membuat Gina teringat akan sebuah novel berjudul Autumn in Paris karangan Ilana Tan yang pernah ia baca. Dimana tokoh utama dalam cerita tersebut sangat menyukai musim gugur.
Gina berjalan sendiri menyusuri kota. Bergerak tenang diantara orang yang berjalan tegang. Langkahnya terarahkan pada danau di pinggiran kota. Duduk diatas rumput yang menguning. Memandang hamparan danau yang luas disertai aktifitas disekitarnya. Orang memancing, capung berterbangan dan ikan-ikan kecil berloncatan.
Angin kembali berhembus sepoi-sepoi. Mengibarkan rambut coklat kemerahan alami potongan sasak sebahu Gina. Gina membuka tas dan mengeluarkan komik Detective Conan edisi terbaru yang baru ia beli. Sesekali alis mata Gina menegang tatkala kasus sedang dalam klimaksnya. Tak jarang pula senyum puas mengembang manakala kasus telah terpecahkan. Gina seolah masuk dalam dunia cerita Conan, terlibat dalam berbagai kasus dan memecahkannya. Sebuah daun kering jatuh tepat pada halaman komik yang ia baca. Daun kering berwarna coklat kemerahan serupa warna rambutnya. Gina menengadah, memandang pohon-pohon mahoni yang menjulang tinggi dengan sedikit daun yang menemaninya. Pandangan mata Gina kini beralih ke arah bawah. Begitu banyak sampah daun kering disana. Berbeda dari hari-hari sebelumnya. Kali ini sampahnya sangat banyak. Angin berhembus semakin kencang membawa hawa panas dan kegerahan. Tiga perempat daun yang tersisa di pohon segera gugur dengan cepat. Berserakan dimana-dimana.
Tiba-tiba Gina teringat bahwa Indonesia tidak memiliki musim gugur, yang ada hanya musim kemarau dan penghujan karena Indonesia berada dalam garis khatulistiwa dan musim dipengaruhi oleh angin muson. Ini adalah bulan Oktober, menurut perhitungan semestinya sudah masuk musim penghujan. Tapi nyatanya hujan belum juga turun. Kemarau panjang. Mungkin saat ini itulah yang sedang dialami Indonesia.
“Maaf menunggu lama.” Seorang pemuda duduk disebelah Gina.
“Tak apa, aku belum lama kok di sini.” Gina mengarahkan pandangannya kepada pemuda di hadapannya. Memandang sebentar, lalu fokus pada komik kembali.
“Kamu sudah nyari bahan untuk tugas akhir Pendidikan Lingkungan Hidup tentang air layak konsumsi di kota ini?”
“Baru sedikit. Baru mencari informasi dari internet. Lha kamu sendiri?”
“Sama. Menurutmu sendiri bagaimana kondisi air di danau ini?”
Gina meneliti danau dengan seksama.
“Setahuku dulu danau ini adalah danau yang memiliki air yang jernih dan bersih. Namun lambat laun kondisi air di danau semakin terlihat buruk. Semakin banyak sampah disekitarnya entah oleh pengunjung atau sampah kiriman dari warga sekitar. Dan juga semakin banyak ganggang hijau tumbuh. Danau ini selain menjadi aset pariwisata kota tapi juga menjadi sumber pengairan bagi sawah dan kebun di sekitarnya. Aku tak tau pasti apakah masih layak dikonsumsi atau tidak. Tapi airnya enggak kotor-kotor banget  kok meski sedikit ada warna hijaunya akibat ganggang.”
“Aku sependapat denganmu. Dan untuk mengetahui apakah masih layak konsumsi atau tidak kita harus melakukan uji Lab. terlebih dahulu. Berbicara tentang tugas kita lagi, aku sempat bertanya-tanya pada warga yang rumahnya sekitar 2 km dari sini. Di mengungkapkan bahwa sumur yang ia miliki sulit mengeluarkan air. Sehingga ia harus membeli air dari PDAM. Pria itu berprofesi sebagai nelayan di pantai dekat rumahnya yang hanya berjarak 500m. Tidakkah kau berpikir bahwa hal ini menandakan warga sekitar mengalami cukup kesulitan dalam pasokan air bersih yang layak konsumsi? kalau aku sempat terpikirkan seperti itu lalu bagaimana bisa negara kita kekurangan air bersih yang layak konsumsi padahal Indonesia adalah negara maritim yang memiliki banyak lautan. Mengapa masih kekurangan air ya? aku jadi ingin tertawa sendiri. Hahaha ..”
Pembicaraan mereka berhenti. Gina mencoba merenungkan kembali pendapat Rumi. Tak lama teman-teman yang lain sudah mulai berdatangan untuk mengerjakan tugas Pendidikan Lingkungan Hidup.
¤¤¤
Musim kemarau di sebagian wilayah Jambi kini mulai berdampak luas
Ya sebagian warga terutama di wilayah pedesaan terpaksa menggunakan air kotor.
Sepasang presenter tersebut mengawali berita yang akan ditayangkan. Terlihat dalam layar televisi segerombolan warga berkumpul disekitar kolam air yang airnya terlihat keruh dan berwarna kecoklatan. Banyak warga yang membawa serta drijen penampung air.
Air kotor yang menggenang dirawa ini setiap hari didatangi warga Selamun Jambi. Kolam air ini menjadi satu-satunya harapan mereka untuk memenuhi kebutuhan air seperti untuk keperluan mandi, mencuci bahkan minum. Warga terpaksa menggunakan air kotor tersebut karena sumur mereka sudah tidak lagi mengeluarkan air selama beberapa minggu terakhir.   
Seorang reporter menanyakan pada salah seorang warga. Seorang ibu rumah tangga yang turut menjadikan air kolam menjadi sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Tadi mandinya dimana?”
“Ya disinilah.”
“Kalau minum ?”
“Disini juga, waktu malam kan airnya bening jadi buat persediaan minum nah kalau siang buat mandi dan cuci.”
Untuk sampai ke kolam air tersebut warga harus berjalan sejauh 5 km. Warga berharap kekeringan segera berakhir.

Gina mendengarkan berita yang disiarkan di televisi dengan heran. Gina  teringat sebuah berita yang pernah ia baca beberapa waktu yang lalu.

VIVAnews - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengungkapkan adanya perubahan pola curah hujan di Indonesia. Salah satu dampaknya, curah hujan di Pulau Jawa semakin berkurang.

"Hal ini diperparah dengan penduduk yang terus bertambah di Pulau Jawa juga Nusa Tenggara dan Bali," kata Sutopo dihubungi VIVAnews, baru-baru ini.

Pertumbuhan jumlah penduduk ini sangat berpengaruh pada ketersediaan air tanah. "Semakin banyak orang kan semakin banyak pakai air. Untuk sawah, kebutuhan sehari-hari Jadinya, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara makin kekeringan," jelasnya.
Pertumbuhan industri di pulau Jawa pun menyumbang faktor kekeringan di pulau berpenghuni terpadat di Indonesia ini.

Fenomena kekeringan di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara ini, menurut Sutopo, sebenarnya sudah terlihat sejak 1995. "Setiap kali kemarau, sebagian di wilayah tersebut sudah defisit air."

Lebih lanjut dia menjelaskan, perubahan pola hujan di mana curah hujan di daerah di selatan equator semakin jarang, Sebaliknya, di utara ekuator semakin meningkat.
Berita lain yang pernah ia baca adalah.
MADIUN, KOMPAS — Sepuluh tahun lagi, Pulau Jawa terancam kekurangan pasokan air bersih. Akibatnya, impor air tidak bisa terelakkan lagi. Ancaman tersebut bakal terwujud jika tidak ada solusi konkret dan kuat untuk mencegahnya.
Direktur Bina Kehutanan dan Sosial Kementerian Kehutanan Hariyadi Himawan, Selasa (27/8), dalam seminar tentang penyelamatan hutan Pulau Jawa, menyatakan, ancaman defisit air di Jawa bukan isapan jempol. Alasannya, sebagian besar hutan yang berfungsi sebagai sumber air di daerah aliran sungai (DAS) dalam kondisi kritis dan agak kritis ... ”Luas hutan yang kritis dan agak kritis mencapai 1,6 juta hektar atau lebih dari 50 persen dibandingkan dengan luas total kawasan hutan yang luasnya 3,04 juta hektar. Kritis yang dimaksud terkait fungsi lahan sebagai pemasok air,” ujarnya. Hutan kritis itu tersebar di semua bagian hulu DAS, seperti Bengawan Solo, Serayu, dan Citarum. Di kawasan hulu DAS Bengawan Solo, misalnya, terdapat 247.000 hektar hutan kritis dari total hutan 400.000 hektar ... Hariyadi mencontohkan, fenomena kekeringan di sejumlah daerah menjadi salah satu indikator lahan kritis dan sumber mata air tertutup.
Wakil Dekan Fakultas Kehutanan UGM Lis Rahayu menambahkan, ancaman defisit air bisa menjadi kenyataan. Alasannya, ribuan juta tahun silam Pulau Jawa merupakan daerah padang pasir. ”Oleh karena itu, jika kita tidak bijaksana mengelola sumber air, kemungkinan kita akan kembali dalam kondisi zaman seperti itu,” katanya.
Penyebab kerusakan hutan, lanjut Lis, tidak lain adalah bencana dan ulah manusia. ”Faktor penyebab ulah manusia ada dua, yakni perbuatan yang tidak bertanggung jawab atau kebijakan yang kurang tepat,” ujarnya... (NIK/KOR/HEN).

Gina masih belum memahami, bagaimana semua ini dapat terjadi? di negeri yang permai dan kaya ini? Indonesia adalah negeri yang kaya. Memiliki kekayaan alam yang melimpah. Gina terus berpikir, mencoba mendalami masalah ini. Tanpa terasa  Gina telah berjalan cukup jauh dari rumah.
Gina adalah anak gadis satu-satunya disebuah keluarga cukup berada. Ayahnya seorang pegawai kantor DPD. Hidup dalam lingkungan keluarga yang serba cukup. Tinggal dalam hunian elit. Gina tidak pernah merasa ada yang kurang dari hidupnya.
Motor yang dikendarai Gina melaju membelah kota. Ia sudah membuat janji dengan Rumi dan kawan-kawannya. Hari ini sampel air dari danau kota akan di uji. Sudah pukul 07.57 WIB, Gina mempercepat laju motornya.  Sampai di depan Laboratorium Biologi Universitas Negeri Semarang, ternyata Rumi dan kawan-kawan sudah menunggu. Tepatnya menunggu dua orang, Gina dan seorang penjaga laboratorium yang akan memandu mereka. Gina dan penjaga laboratorium datang hampir di waktu yang bersamaan. Memasuki laboratorium serangkaian persiapan dan tahap uji coba dilaksanakan. Ternyata hasilnya cukup mencengangkan.  Air tersebut memiliki pH 9,2 padahal pH yang diperbolehkan berdasarkan Permenkes 492 tahun 2010 tentang kualitas air minum adalah pH 6,5-8,5. Temuan lainnya adalah bahwa dalam air tersebut terkandung Arsen sejumlah 0,17 mg/1 sedang yang diperbolehkan adalah 0,01 mg/1, fluorida 2,25 mg/1 sedangkan jumlah maksimal yang diperbolehkan adalah 1,5 mg/1, dan timbal sejumlah 1,33 mg/1 padahal jumlah maksimal yang diperbolehkan adalah 0,01 mg/1. Selain menjelaskan kandungan dari sampel air yang uji penjaga Lab. tersebut juga menjelaskan dampak dari zat-zat tersebut. Dari hasil temuan tersebut mengindikasikan bahwa sampel air yang diuji tidak layak untuk dikonsumsi.
“Wah bahaya ya ternyata, kita jadi harus waspada terhadap apa yang kita minum. Enggak boleh asal minum aja.” Rumi berkata semangat.
Gina teremenung. Ia memikirkan kejadian kemarin hingga hari ini. Ucapannya kemarin “Danau ini selain menjadi aset pariwisata kota tapi juga menjadi sumber pengairan bagi sawah dan kebun di sekitarnya. Juga kata-kata Rumi, Tidakkah kau berpikir bahwa hal ini menandakan warga sekitar mengalami cukup kesulitan dalam pasokan air bersih yang layak konsumsi? kalau aku sempat terpikirkan seperti itu lalu bagaimana bisa negara kita kekurangan air bersih yang layak konsumsi padahal Indonesia adalah negara maritim yang memiliki banyak lautan? tayangan di televisi dan berita yang kemarin Gina baca tak urung mengusik pikirannya.
“Bagaimana ya caranya agar Indonesia yang kaya akan air laut sebagai negara maritim dapat terbebas dari bencana kekeringan? Adakah cara untuk menjadikan air laut sebagai air layak konsumsi? ... Tentu saja pasti ada. Dan tugas kita menemukannya.”gumam Gina. Tak sepenuhnya sadar ia mengatakan kata-kata heroik penuh semangat nasionalisme semacam itu.
“Ahh, kau benar Gina. Pasti ada cara mewujudkannya. Dan itu adalah tugas kita. Ayo Gina kita berjuang. Kalian pada mau ikut gak?” Rumi menepuk pundak Gina penuh rasa syukur, melemparkan tangan ke udara meminta dukungan dan menggeret tangan Gina turut serta.
Gina yang baru sadar. Bingung Rumi mengajaknya berjuang apa? Memperjuangkan apa?. Tapi Gina urung bertanya lebih jauh. Gina asal ikut-ikutan saja. Kawan-kawan yang lain juga ikut dengan bersemangat. Mendukung terwujudnya misi tersebut.
Semangat mereka menggebu. Hingga menit berikutnya salah seorang teman bertanya.
“Lalu bagaimana cara kita melakukannya?” mereka semua terdiam. Memikirkan. Tak menemukan jawaban. Frustasi.
Rumi menanggapi dengan bijak.
“Okkelah. Sekarang kita belum menemukan jawabannya karena saat ini kita kekurangan data. Lebih baik kita pulang. Mengumpulkan bahan data. Besok sore kita ketemu lagi.”
¤¤¤
Hari-hari yang Gina lalui adalah untuk mengumpulkan informasi. Browsing di situs Google. Hunting buku di perpustakaan dan toko-toko buku. Visi mereka adalah menciptakan teknologi tepat guna sederhana dan praktis sebagai solusi tepat pemecahan masalah kekurangan sumber air bersih layak konsumsi di tengah Indonesia maritim. Selama sebulan penuh mereka habiskan untuk berdiskusi. Merancang alat yang sesuai dengan harapan. Minggu berikutnya yang mereka lakukan adalah uji alat. Dengan memanfaatkan teknologi Water Pyramid[1], sebuah teknologi sederhana yang dapat mengubah air laut menjadi air tawar menggunakan prinsip destilasi. Lebih jelas dapat dilihat dalam gambar berikut.
 
 






Alat dan bahan yang digunkaan cukup sederhana. Hanya memerlukan, kaca bening, bak, dan pipa. Caranya, bentangkan kaca di atas air laut hingga berbentuk kerucut. Pasangkan bak pada kaca. Maka air laut akan menguap, mengembun di kaca, kemudian akan menetes di bak tadi. Sehingga air ini sudah tidak asin lagi dan siap untuk dikonsumsi.
Berkali-kali melakukan uji eksperimen. Masih dirasa belum sempurna. Hingga akhirnya Gina dan kawan-kawan merasa inilah yang terbaik yang mampu mereka lakukan. Inovasi teknologi yang mereka ciptakan diberi nama, “Air Borobudur untuk Indonesia Maritim.”
            “Alhamdulillah, Air Borobudur sudah jadi. Huh, capeknya.” Rumi bersandar pada sebatang pohon kresem. “Segarnya, enggak kalah sama air kemasan merek ternama.”
“Iya seger banget. Oh ya Rum, kupikir akan lebih meyakinkan kalau air ini kita uji Lab.” Usul Gina.
“Usul bagus itu Gin.”
“Hey, kalau hanya ada satu dan tak dikenal. Bagaimana ini dapat membantu masyarakat?”. Angga salah seorang tim bertanya. “Kita harus mencari cara agar alat ini dapat dikenal lalu dimanfaatkan bagi yang membutuhkan.”
“Bagaimana kalau kita browsing di Internet. Mungkin ada peluang bagi kita.” Gina membuka laptop menyambungkan dengan modem mengkoneksikan dengan internet. Gina mulai menelusuri dunia yang luas tersebut. Cukup lama Gina mencari. “Ahh, sepertinya ini bagus. Bagaimana kalau kita ikut ini?”. Rumi dan teman-teman lainnya mulai mendekati Gina. Membaca apa yang ada di layar.
Dalam situs milik AusAID Indonesian Social Innovator Award, Yayasan Kopernik bekerja sama dengan Australian Agency for International Development (AusAID)[2] dan Hubud[3] sedang mengadakan AusAID Indonesian Social Innovator Award, sebuah kompetisi bagi individu/kelompok yang berjiwa sosial yang tertarik untuk mengaplikasikan inovasi tersebut terhadap berbagai masalah di Indonesia terkait dengan kebutuhan dasar manusia, yang tercakup dalam bidang pertanian, pendidikan, energi dan lingkungan, kesehatan, teknologi informasi, serta air dan sanitasi. Mereka sedang melakukan pencarian ke seluruh negeri untuk menemukan ide yang berpotensial untuk memberikan dampak di Indonesia. Pemenang kompetisi akan mendapatkan kesempatan untuk dapat mengubah visinya menjadi kenyataan.
Mulailah Gina dan kawan-kawan sibuk. Mempersipakan berbagai hal yang disayaratkan  AusAID Indonesian Social Innovator. Apalagi waktu pendaftaran tinggal tiga hari lagi.
¤¤¤
Serangkaian acara AusAID Indonesian Social Innovator Award telah dilalui. Dari proses pendaftaran, pengiriman karya tulis, wawancara semi finalis, dan mempresentasikan ide. Semua merupakan proses panjang yang melelahkan namun sekaligus penuh harapan. Tibalah saat ini, detik-detik menjelang pengumuman pemenang. Setelah beberapa jam yang lalu mereka, Gina dan kawan-kawan mempresentasikan hasil karya mereka di depan tim juri AISIA. Dengan kemampuan semaksimal mungkin. Berharap mimpi mereka terwujud. Doapun selalu mereka panjatkan. Bagi mereka yang terpenting adalah kemanfaatan bagi masyarakat indonesia. 
“Dan Penghargaan AusAID Indonesian Social Innovator jatuh pada ...  Air Borobudur untuk Indonesia Maritim.”
Suasana membuncah, atmosfer kegembiraan menyeruak ke segala penjuru. Tangis haru tak dapat dibendung. Mereka langsung sujud syukur mensyukuri nikmat yang dikaruniakan kepada mereka. Mimpi mereka untuk Indonesia yang lebih baik akan terwujud. Benar-benar akan terwujud.
Penghargaan AusAID Indonesian Social Innovator merupakan ide terbaik dan memiliki potensi terbesar untuk menciptakan transformasi sosial di Indonesia. Hadiah utama termasuk Rp 30.000.000, ruang kerja untuk satu tahun dan mentoring agar pemenang dapat segera menciptakan perubahan.
Ide Air Borobudur untuk Indonesia Maritim dinilai juri adalah ide yang terbaik diantara ide yang hebat. Persaingan berjalan ketat. Penyaringan finalis tak sembarangan. Penilaian juri tak asal-asalan. Tapi Gina dan kawan-kawan dapat melakukannya. Mimpi mereka terwujud. Usaha mereka tak sia-sia. Mereka telah menuai apa yang mereka taburkan. Harapan Gina dan kawan-kawan semoga Indonesia terbebas dari kekeringan dengan pemanfatan air laut yang begitu melimpah di bumi pertiwi ini.
Semarang, 02 Oktober 2013




[1] Sebuah teknologi pengubah air laut menjadi air tawar yang dikembnagkan oleh Mangku Mirah di desa Ceningan Nusa Tenggara Timur. Dalam terbitan surat kabar Nusa Penida Post.
[2] The Australian Agency for International Development (AusAID) adalah agensi Pemerintah Australia yang bertanggung jawab untuk mengatur program bantuan Australia di luar negeri. AusAID adalah Agensi Eksekutif dalam Urusan Hubungan International dan Perdagangan di bawah Kementerian Luar Negeri.

[3] Hubud (Hub-in-Ubud) adalah sebuah community co-working space di Ubud, Bali. Misi dari Hubud adalah untuk memaksimalkan lingkungan yang unik dari Ubud dan Bali untuk memicu ide-ide inovatif yang berdampak lokal maupun global.
Read More

Lillah Maka Takkan Lelah

Lillah Maka Takkan Lelah

فَبِآَيِّ ءَالآءِ رَبِّكُماَ تُكَذِّباَنِ
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Rizqi menutup Al Qur’an. Sejenak ia terdiam, merenungi sebuah kalimat yang terus diulang-ulang dalam surat yang baru saja selesai ia baca, Surat Ar Rahman. Kurang lebih tiga puluh satu kali kalimat itu di ulang.
Rizqi merasa bahwa begitu banyak kenikmatan yang Allah berikan padanya, nikmat Islam, nikmat iman, nikmat sehat, dan kenikmatan lain yang tak mampu ia jabarkan satu persatu.Rizqi bersyukur, mimpinya sedari semester dua kini telah terwujud. Menjadi Mahasiswa Prestasi Universitas Negeri Semarang Tahun 2014. Baginya semua tidak lepas dari doa dan dukungan orang-orang di sekitarnya.
            “Kang Rizqi..”
“Nggih pripun Kang?” Rizqi menoleh, menatap Ryan.
Mangkeh dalu saged nderek tampil sareng Addurrota?”
            “Ngih Kang Insyaallah, saged.
            “Oh ya, selamat ya Kang atas prestasinya menjadi Mapres. Semoga mberkahi jangan lupa syukurannya.” Ryan tersenyum menjabat tangan Rizqi.
“Insyaallah Kang, semoga karunia ini dapat membawa berkah bagi kita semua. Aamiin.”
Hari sudah sore. Rizqi melihat jam di dinding aula, jam 15.35 WIB. Saatnya ia pergi, berbagi ilmu dengan teman-temannya di English Rehearsel Club (ERC).
Assalamualaikum, saya Wahyu dari Pendidikan Geografi. Mas, boleh dong dibagi pengalamannya sehingga bisa menjadi Mapres. Apa sih tips dan triknya?”
Adik tingkat Rizqi itu terlihat begitu antusias menunggu jawaban dari Rizqi.
“Tips pertama, harus tau kriteria penilaian. Adapun yang termasuk dalam poin penilaian adalah IPK di atas 3,5, karya ilmiah, prestasi yang diunggulkan dan kemampuan bahasa Inggris. Tips kedua, maksimalkan potensi yang kamu miliki. Jika kamu pandai dalam menulis karya ilmiah, maksimalkanlah. Ikuti berbagai even guna mengasah kemampuan menulismu. Tips ketiga, jika kamu lemah dalam satu poin kriteria penilaian sebisa mungkin unggulkanlah poin yang lain. Keempat, berdoa. Jangan lupa selalu minta doalah pada orang tua terlebih Ibu. Karena berkat doa dan restu Ibulah insyaallah segala urusan akan dipermudah oleh Allah. Kelima, pinter ngatur niat. Masalah urusan niat, guru saya Abah Kiai M. Masrokhan pernah berkata, ‘Segala yang kita lakukan hendaknya diniatkan untuk nyari sangu akhirat’ maka insyaallah akan diberi kemudahan. Berbeda hasilnya, jika niat kita adalah untuk pamer kesombongan. Ada saja hal yang mencegah kita untuk meraih apa yang kita inginkan.”
Sosok Wahyu yang tersenyum senang, membawa Rizqi bercermin pada masa lalu. Wahyu serupa dengan Rizqi dahulu. Antusias, enerjik, dan penuh semangat berprestasi.
Rizqi terheran-heran. Di pandangnya sosok yang tak asing lagi baginya. Sosok itu, laki-laki berkulit putih, berwajah cerah, cukup tinggi dan memiliki suara yang khas. Rizqi tidak menemukan sosok itu dalam bingkisan peci hitam seperti yang selalu ia lihat tiap selasa sore. Rizqi menemukan sosok itu dalam padanan celana hitam, kemeja putih dengan rambut tersisir rapi. Dalam suasana berbeda, Rizqi menemukan sosok itu menjadi berbeda. Sosok itu tidak sedang duduk di balik meja kecil menjelaskan kitab I’dhotun Nasii’n. Sosok itu sedang menerangkan tentang konsep diri, salah satu materi yang diberikan dalam acara pelatihan yang sedang ia ikuti. Dialah Eko Heriyanto, senior Rizqi yang dulu pernah menjadi Mapres dan sekarang bekerja di LP3 Pusat Bahasa Unnes.
“Acara selanjutnya adalah sesi tanya jawab. Kami membuka satu termin yang terdiri dari tiga penanya. Silahkan bagi peserta yang ingin bertanya.” Ucap moderator. Serentak tangan-tangan teracung. “Silahkan kepada peserta yang duduk paling depan mengenakan batik biru.”
“Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan. Perkenalkan saya Mochamad Rizqi Adhi Pratama, mahasiswa jurusan Bahasa Inggris semester dua. Bisakah kakak bagi kepada kami tips dan trik agar bisa menjadi Mapres?” bukan bermaksud bertanya tentang hal yang klise, tapi memang pertanyaan itulah yang terlintas pertama kali di benak Rizqi.
Semenjak saat itu, Rizqi mulai terlibat diskusi serius dengan Eko. Seorang ustad di pondok pesantren tempat dia belajar yang juga senior Rizqi di kampus. Sosok Eko begitu Rizqi kagumi, ialah yang kemudian menginspirasi untuk terus berprestasi dunia dan akhirat.
 “Kang, masih ingat dengan saya?”
Perhatiannya kini beralih dari standart motor ke asal  suara. Parkiran pondok cukup sepi kala itu. Tak banyak orang disana. Hanya ada Rizqi dan sosok yang berdiri di  hadapannya. Rizqi rasa, sosok tersebut  tidak asing dalam ingatannya. Namun Rizqi lupa siapa namanya dan dimana mereka pernah bertemu.
“Saya Wahyu, mahasiswa Pendidikan Geografi semester dua yang juga salah satu santri pondok pesantren Durrotu Ahlissunnah Waljamaah.”
“Ah iya saya ingat, kamu salah satu peserta ERC yang tadi nanya to?”
“Iya Kang, sebenarnya selain apa yang saya tanyakan tadi masih banyak ilmu yang pengen saya gali dari njenengan.
Monggo, tapi saya juga sedang menggali ilmu dari banyak orang.”
“Saya itu begitu heran dan terkagum-kagum sama njenengan. Dengan kesibukan kuliah dan kesibukan di pondok tapi njenengan tetap bisa terus berprestasi. Menjadi Kartono Terbaik FBS Unnes 2012, Papika, Mapres, Denok dan Kenang, Duta Wisata, Duta Bahasa, belum lagi njenengan juga pernah jadi santri berprestasi. Sungguh luar bisa. Lalu bagaimana njenengan ngatur waktunya? Dengan kesibukan yang tentu saja menyita banyak waktu dan tenaga. Tapi njenengan tetap bisa berprestasi dan berpartisipasi dalam kegiatan pondok. Sebenarnya apa sih kuncinya?”
“Kuncinya adalah lillah maka takkan lelah. Semuanya diniatkan untuk ibadah, mencari sangu di akhirat nanti. Insyaallah, jalan kita akan dimudahkan, fisik kita dikuatkan, mental kita di teguhkan. Bukankah Abah juga sering ngendika, tentang 3M : mau, mampu, dan menyempatkan.” Rizqi tersenyum, dalam hati ia berharap semoga apa yang ia capai saat ini, dapat  menginspirasi santri dan mahasiswa lain. Bahwa kuliah dan mondok tidak menjadi alasan untuk tidak bisa berprestasi. Lillah maka takkan lelah, itulah motto hidupnya.
***

Noor Salamah, lahir di Jepara. Sedang menempuh S1 Pendidikan Luar Sekolah Unnes dan nyantri di PP. Durrotu Ahlissunnah Waljamaah. Pernah meraih juara III even menulis surat untuk calon presidenku oleh Meta Kata.  Penulis dapat dihubungi melalui facebook: Salma van licht, e-mail di salamah_chan@yahoo.com, atau di 089668214948.
Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Follow

Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Jejak Sajak Salamah | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com