Read More

Slide 1 Title Here

Slide 1 Description Here
Read More

Slide 2 Title Here

Slide 2 Description Here
Read More

Slide 3 Title Here

Slide 3 Description Here
Read More

Slide 4 Title Here

Slide 4 Description Here
Read More

Slide 5 Title Here

Slide 5 Description Here

Jumat, 27 Februari 2015

Bukti Kekuasaan Allah Melalui Situs-situs dalam Al Qur’an

Bukti Kekuasaan Allah Melalui Situs-situs dalam Al Qur’an

Judul                   : Situs-situs dalam Alqur’an: Dari Hebron Hingga Borobudur
Penulis               : Syahruddin El-Fikri
ISBN                     : 978-602-8997-68-3
Penerbit            : Republika
Tebal                    : x, 192 hal: 15x23 cm
Cetakan             : I, Maret 2013

Al Qur’an merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad Saw. Selain itu Al Qur’an juga sebagi pembeda, dan penjelas. Al Qur’an begitu istimewa hingga Allah sendiri telah berjanji untuk menjaga kemurnianya sampai akhir zaman. Al Qur’an tidak saja merupakan kalam yang indah, berisi petunjuk, kewajiban untuk taat dan larangan untuk maksiat. Di dalamnya juga terdapat berbagai cerita-cerita yang dapat kita ambil hikmahnya. Banyak cerita-cerita nabi terdahulu dan peristiwa-peristiwa masa depan yang diceritakan di dalam Al Qur’an.
Buku Situs-situs dalam Alqur’an: Dari Hebron Hingga Borobudur ini, penulis yaitu  Syahruddin El-Fikri berusaha menguraikan beberapa situs yang yang ada di Al Qur’an. Buku Situs-situs dalam Alqur’an: Dari Hebron Hingga Borobudur, merupakan buku seri ketiga dan  merupakan seri terakhir. Dua seri sebelumnya berjudul Situs-situs dalam Alqur’an : Dari Banjir Nuh Hingga Bukit Tursina dan Situs-situs dalam Alqur’an : Dari Peperangan Daud Melawan Jalut Hingga Gua Ashabul Kahfi. Buku seri ketiga meyoritas berisi tulisan tentang tempat yang masih berkaitan dengan masa-masa kenabian. Seperti Masjid Kubah batu, Masjid Jum’at, Masjid Jin, Masjid Sa’bah, khaibar dll.
Sebagai referensi dari tulisannya penulis banyak menggunakan : terjemah tafsir Ibnu Katsir, As-Sirah an-Nabawiyah Ash-Shahihah, Terjemah Hiyatu Muhammad, Pustaka Sains Populer Islami: Jejak-jejak Bangsa Terdahulu, Ensiklopedia islam, Ensiklopedia Islam pelajar dll. Injil dan Taurat juga digunakannya sebagai pembanding.
Buku ini menjadi menarik karena ketika membaca buku ini pembaca diajak untuk kembali ke masa lalu. Menelusuri jejak perjuangan dan kisah Nabi terdahulu. Adanya situs-situs tersebut menjadi bukti kebenaran Al Qur’an dan kekuasaan Allah.   (Salamah)



Read More

Kritik Pendidikan Dalam Novel Rindu

Kritik Pendidikan Dalam Novel Rindu

Judul Buku          : Rindu
Karya                     : Tere Liye
Penerbit              : Republika
Cetakan               : 1
Tahun                   : Oktober, 2014
Tebal                     : ii+544 hal, 13.5 x 20,5 cm
ISBN                      : 978-602-8997-90-4

Tere Liye, siapa tak kenal nama penulis berbakat ini? Ia telah mengahasilkan begitu banyak karya. Dan kali ini ia mengusung tema rindu dalam novelnya yang berjudul Rindu, tepat seperti namanya. Namun perlu diketuahi bahwa rindu ini bukan rindu kepada sesama manusia biasa. Novel ini tidak bercerita tentang romantisme rindu muda-mudi yang dimabuk cinta. Rindu ini lebih murni, datang dari hati tergerak oleh iman.
Novel ini bermula tentang kisah para jama’ah haji nusantara dengan setting tahun 1938 yang hendak memuaskan rasa rindu mereka. Melihat ka’bah dan masjidil haram. Menunaikan rukun iman terakhir. Ada banyak jama’ah yang berangkat haji tentu dari berbagai wilayah di Nusantara. Persinggahan kapal Blitar Holland, kapal pengangkut jama’ah haji dimulai dari Makassar, berlanjut ke Surabaya, Semarang, Batavia, Bengkulu, Padang, dan Aceh. Dikisahkan bahwa terdepat lima penumpang yang membawa berbagai pertanyaan tentang hidup ini. Pertanyaan yang sebenarnya begitu dekat dengan kita. Namun mungkin kita sendiri tak tau jawabannya atau barangkali lalai untuk melihat pembelajaran disekitar kita yang semestinya sudah menjawab pertanyaan tersebut.
Pertanyaan pertama datang dari seorang tokoh bernama Bonda Upe atau Ling-ling, ibu-ibu chainis dengan masa lalu kelam. “Aku seorang cabo (pelacur), Gurutta, Apakah Allah, apakah Allah akan menerimaku di tanah suci?” Seorang ulama’ masyhur dari Gowa, menjawab, “Berhenti lari dari kenyataan hidupmu. Berhenti cemas atas penilaian orang lain. Dan mulailah berbuat baik sebanyak mungkin. Pahami tiga hal itu Nak, semoga hati kau menjadi lebih tenang.”
Pertanyaan kedua muncul dari seorang berpendidikan, pedagang kaya, memiliki keluarga bahagia, orang selalu menyangka ia, Daeng Andipati hidup bahagia. Tapi apakah benar ia hidup bahagia? Padahal yang sesungguhnya ia menyimpan kebencian yang amat sangat terhadap ayahnya sendiri. Ayahnya seorang yang ringan tangan, pedagang culas yang suka menggunakan tukung pukul. “Bagaimana mungkin aku pergi naik haji membawa kebencian sebesar ini?” kembali ulama’ yang biasa dipanggil Gurutta itu yang menjawab. “Berhenti membenci ayahmu, karena kau sedang membenci dirimu sendiri. Berikanlah maaf karena kau berhak atas kedamaian dalam hati. Tutup lembaran lama yang penuh coretan keliru, buka lembaran baru. Semoga kau memiliki lampu kecil dihatimu.”
Pertanyaan ketiga muncul dari Mbah Kakung, ia begitu sedih mendapati kenyataan Mbah Putri Slamet telah mininggalkannya. Tak bisalagi mereka bergandeng tangan menyaksikan megahnya Masjidil Haram. Mereka pasangan suami istri yang terlihat selalu mesrameski di usia yang begitu sepuh. “Kenapa harus sekarang Mbah Putri pergi? Kenapa sekarang? Disaat mereka sedang dalam perjalanan haji? Menunaikan bukti cinta mereka?” lagi-lagi Gurutta yang menjawabnya. “Pertama, yakinlah kematian Mbah Putri adalah takdir Allah yang terbaik. Kedua, biarkan waktu mengobati semua kesedihan. Ketiga, lihatlahdari penjelasan ini dari kacamata berbeda.”
Pertanyaan keempat datang dari satu-satunya kelasi pribumi, Ambo Uleng yang bermakna pemuda yang bersinar bak purnama. Seorang pemuda usia dua puluhan yang sedang patah hati karena cinta. Pergi melamar menjadi kelasi kapal Blitar Holland hanya karena ingin lari sejauh-jauhnya dari masa lalu. Melupakan orang yang amat ia cintai. “Apa itu cinta sejati? Apakah esok lusa Ambo akan berjodoh dengan gadis itu? Apakah ia masih memiliki kesempatan?” “Cinta sejati adalah melepaskan. Jika ia cinta sejatimu, dia akan kembali dengan cara mengagumkan. Jika ia tidak kembali, maka sederhana jadinya itu bukan cinta sejatimu. Jika harapan dan keinginan memiliki itu belum tergapai, belum terwujud maka teruslah memperbaiki diri sendiri. Sibuklah dengan belajar teruslah berbuat baik. Sekali kau bisa mengendalikan harapan dan keinginan memiliki, maka sebesar apapun wujud kehilangan kau akan siap menghadapinya.”
Dan ini adalah pertanyaan terakhir, dari seseorang yang selama ini selalu mampu menjawab berbagai pertanyaan dari orang-orang. Namun pertanyaannya sendiri justru tak mampu ia jawab. “Apakah kemerdekaan harus dibayar dengan harga mahal? Dengan darah dan air mata? Tiadakah cara lain?” dan jawaban atas pertanyaanya ia dapat dari seseorang pelaut bugis paling tangguh, pemuda dengan sinar rembulan, Ambo Uleng. “Saat ini kemerdakaan memang hanya bisa didapat dengan pengorbanan air mata darah, tidak ada cara lain!.”
Begitu seiring berjalannya waktu, seirama kapal yang mengikuti gelombang lautan. Satu demi satu pertanyaan telah terjawab. Dengan latar belakang pra kemerdekaan, novel ini tidak saja menyajikan sebentuk pemahaman akan para perindu pemilik Cinta yang Hakiki. Namun ada sisi historisnya, sejarah para pejuang dan inilah salah satu bagian menarik dari serangkain cerita Rindu. Secara tidak langsung, penulis berusaha mengkritik model pembelajaran zaman sekarang. Sebuah pendidikan yang terlalu terpaku pada ruang kelas dan nilai-nilai raport. Diceritakan dalam novel ini bahwa Gurutta menggagas sebuah sekolah sementara untuk anak-anak penumpang kapal. Tidak ada sistem nilai, guru bekerja ikhlas tanpa memikirkan gaji, proses belajar bisa dimana saja di pantai, di dek kapal, di kantin, di ruang mesin, di pelabuhan dan dimana saja. Yang utama adalah bagaimana anak memiliki pemahaman yang baik tentang alam, tentang dunia, tentang negaranya, tentang kehidupan sosialnya. Bukankah ini salah satu bentuk kritik akan sistem pendidikan kita? Mari renungkan.

Pada bab bab awal membaca buku ini saya merasa cukup jenuh, saya pikir basa-basinya terlalu panjang. Kenapa konfliknya tidak mulai terlihat? Kenapa semuanya seolah datar? Kenapa semuanya seolah tidak saling terpaut. Tapi demi melihat bahwa penulisnya adalah Tere Liye, penulis terkenal favorit saya. Saya kembali meneruskan membaca, pasti ada sesuatu yang mengejutkan. Batin saya. Dan benar, di bab tengah hingga akhir semuanya mulai terang. Hingga akhirnya lengkap sudah rangkaian panjang ceritanya. Semuanya berakhir bahagia. Bahkan Ambo Uleng dapat menikah dengan kekasih idamannya. Tak terlalu banyak alur mundur atau flash back yang panjang dalam cerita ini. Seperti biasa Tere Liye selalu mempu mengemas pesan moral, tanpa harus terkesan menggurui. Bahasanya indah. Enak dibaca. (Salamah)
Read More

Kamis, 19 Februari 2015

Menonton Barongsai di Tahun Baru Imlek 2566

Menonton Barongsai di Tahun Baru Imlek 2566

Jalan disepanjang jembatan Kaligarang hari itu mendadak macet. Laju kendaraan yang biasanya normal kini merayap. Jalan baru mulai lenggang setelah melewati Sampokong.
Hari itu, kamis (19/02) bertepatan dengan Tahun Baru Imlek 2566 Kuil Sampokong mendadak ramai. Banyak peziarah yang datang untuk berdoa, namun banyak juga wisatawan yang datang untuk menikmati suasana tahun baru imlek.
Sekitar pukul setengah sebelas, saya dan tiga orang kawan saya berhasil masuk di kompleks kuil Sampokong. Setelah berhasil melewati antrian yang panjang tentu saja. Biaya masuk saat itu relatif tidak mahal, karena tidak ada kenaikan harga. Cukup dengan uang Rp. 3000, saya bisa masuk ke Kuil Sampokong. Ketikda berada di dalam, saya melihat nuansa warna merah yang dominan dimana-mana. Komplek Klenteng Sam po Kong terdiri atas sejumlah anjungan yaitu Klenteng Besar dan gua Sam Po Kong, Klenteng Tho Tee Kong, dan empat tempat pemujaan (Kyai Juru Mudi, Kayai Jangkar, Kyai Cundrik Bumi dan mbah Kyai Tumpeng).
Menurut cerita, pada awal abad ke-15 Laksamana Zheng He sedang mengadakan pelayaran menyusuri pantai laut Jawa dan sampai pada sebuah semenanjung. Karena ada awak kapal yang sakit, ia memerintahkan mendarat dengan menyusuri sebuah sungai yang sekarang dikenal dengan sungai Kaligarang. Ia mendarat disebuah desa bernama Simongan. Setelah sampai didaratan, ia menemukan sebuah gua batu dan dipergunakan untuk tempat bersemedi dan bersembahyang. Zeng He memutuskan menetap untuk sementara waktu ditempat tersebut. Sedangkan awak kapalnya yang sakit dirawat dan diberi obat dari ramuan dedaunan yang ada disekitar tempat itu.

Setelah ratusan tahun berlalu, pada bulan Oktober 1724 diadakan upacara besar-besaran sekaligus pembangunan kuil sebagai ungkapan terima kasih kepada Sam Po Tay Djien. Dua puluh tahun sebelumnya diberitakan bahwa gua yang dipercaya sebagai tempat semedi Sam Po runtuh disambar petir. Tak berselang lama gua tersebut dibangun kembali dan didalamnya ditempatkan patung Sam Po dengan empat anak buahnya yang didatangkan dari Tiongkok. Pada perayaan tahun 1724 tersebut telah ditambahkan bangunan emperan di depan gua.
Untuk masuk ke kuil utama tempat sembahyang bagi peziarah tidak dikenakan biaya. Namun bagi wisatawan, dikenakan tarif yang menurut saya cukup mahal. Maklum mahasiswa hidup hanya dengan beasiswa. Untuk wisatawan lokal dikenakan harga Rp. 20.000, sedangkan wisatawan mancanegara dikenakan harga Rp. 50.000. jadi, dengan mempertimbangan harga dan isi dompet saya urungkan untuk masuk L
Tak apa meski tak bisa masuk, acara cukup ramai dengan hiburan dari Kusuma Band. Kusuma Band menyanyikan beberapa lagu yang sebenarnya adalah dangdut namun di aransemen menjadi jazz. Lagu-lagu tersebut adalah Begadang, Darah Muda, Yuk, Kita Santai, dan Kedatanganmu Kutunggu. Dengan kostume ala chainis, cukuplah tiga biduan wanita plus satu pria itu menghibur hati. Dan inilah yang kami tunggu-tunggu, Pertunjukan Barongsai. Sekitar pukul 11.20, musik mengalun. Seekor naga kecil berwarna kuning maju ke atas panggung. Beratraksi, berjalan di atas tiang-tiang. Yang paling saya suka adalah ketika mata si Barongsai ini berkedip-kedip, ahh imutnya :D
Pertunjukan Barongsai ini dimainkan oleh anggota dari Perkumpulan Elang Terbang dari Timur. Kelompok ini telah show di berbagai daerah hingga mancanegara. Pernah mengikuti lomba tingkat internasional melawan India, China dll dan menjadi Juara. Hal tersebut merupakan prestasi yang patut dibanggakan. Hidup Pemuda Indonesia! J
Menurut MC yang sedang memandu acara, katanya sih pengunjung tahun ini lebih banyak daripada tahun kemarin. Dan masih menurut MC juga katanya kalau menonton pertunjukan Barongsai di Tahun Baru Imlek dipercaya dapat mendatangkan berkah. Terlepas dari benar atau tidaknya, saya hanya memohon kepada Allah, semoga Allah meridhoi kami, setiap langkah kami, dan mengbulkan hajat-hajat kami.




Semarang, 19 Februari 2015



Read More

Selasa, 17 Februari 2015

Kartu Kuzimang (Kartu Kuartet Gizi Seimbang)

Kartu kuzimang adalah singkatan dari Kartu Kuartet Gizi Seimbang yang merupakan salah satu modifikasi dari kartu kuartet. Pada kartu-kartu tersebut tertera keterangan berupa tulisan yang menerangkan berbagai gambar tentang gizi seimbang. Pengenalan jenis kartu kuartet ini merupakan salah satu inovasi pengembangan media pengetahuan tentang gizi seimbang. Tujuan jangka pendek dari jenis permainan ini yaitu mengedukasi anak anak tentang gizi seimbang dengan cara yang menyenangkan sedangkan jangka panjang diharapkan dapat mencegah adanya kekurangan dan kelebihan gizi.
Teman2, kami Salma Van Licht, Diyan Sitimawaddah, Apri Ningsih, Isti Khasanah, lagi ikut lomba cipta media gizi seimbang yang diselenggarakan PERGIZI PANGAN Indonesia
klik link ini https://t.co/mkC6MyiOdf, lalu bantu ngeshare, like & comment di link youtube-nya ya...
terimakasih :)
Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Follow

Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Jejak Sajak Salamah | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com