Pertama
kali saya mengenal nama dektektif hebat Serlock Holmes ini justru ketika saya
menonton serial anime Detektif Conan karya Aoyama Gosho. Berkat Conan itulah
saya akhirnya tertarik dengan segala hal tentang misteri dan detektif. Mungkin
saya agak terlambat untuk kagum pada detektif London yang tinggal di Jalan
Beker ini, ketika sudah sejak lama sekali namanya terkenal bahkan Aoyama Gosho
sendiri termasuk fans beratnya, ya hal itu terlihat jelas dari penamaan tokoh
Conan yang sebenarnya diambil dari nama penulis buku Sherlock Holmes.
Kembali
pada tokoh Sherlock Holmes yang begitu memukau saya lewat deduksi, metode dan
keakuratannya dalam menelaah kasus, sangat sulit membayangkan bahwa di dunia
nyata ada orang yang mampu menyamai kemampuan Holmes. Novel setebal 740 yang
sebenarnya merupakan kumpulan novel dan cerita Holmes membuat orang yang telat
mengikuti Holmes seperti saya ini mampu mengikuti alur kehidupan Holmes. Cerita
bermula dari pertemuan Dr. Watson dengan Sherlock Holmes yang terjadi tahun
1878. Dr. Watson merupakan seorang dokter bedah militer yang akhirnya pensiun
akibat bahunya tertembak peluru yang menghancurkan tulang dan menyerempet
arteri sublavianya. Pergi ke London untuk sebagai usaha memulihkan dirinya.
Ketika ia bingung mencari penginapan murah ia akhirnya berkenalan dengan
Sherlock Holmes. Mereka pun menjadi teman satu penginapan dan sahabat setia.
Ada
empat cerita besar dan beberapa cerita pendek yang terangkum dalam buku tebal
ini. Beberapa diantaranya yaitu A Study in Scarlet, The Sign of Four, The
Hounds of Baskerville, The Valley of Fear, dan His Last Bow yang terdiri dari
beberapa cerita pendek yaitu Petualangan Wisteria Lodge, petualangan kotak
kardus, petualangan lingkaran merah, petualangan makala rahasia kapal selam
Bruce Pertington, Petualangan detektif sekarat, hilangnya Lady Frances Carfax,
petualangan kaki iblis, dan sebuah episode tentang Sherlock Holmes.
Setiap
cerita menyajikan petualangan luar biasa. Ada roman, balas dendam, dan
patriotisme. Di antara semua cerita itu yang paling berkesan bagi saya sendiri
adalah A Study in Scarlet dan The Valley of Fear. Di dalam cerita a study in
scarlet, saya dibuat terpukau oleh sosok Holmes yang eksentrik, metode
penyelidikannya, kejeliannya. Ia mampu melihat petunjuk besar dari hal remeh.
Mampu merekontruksi kejadian berdasarkan fakta secara akurat.
Kemampuan-kempuannya begitu unik.
Saya
sampai tak habis pikir, sebenarnya otak Holmes itu seperti apa sampai bisa
sluar biasa itu? yah, tapi ini ini fiksi bukan nyata. Dan seandainya sosok
seperti Holmes hadir di dunia nyata, saya akan menyatakan sebagai fansnya. Soal
otak sendiri, Holmes pernak mengungkapkan “Aku mempertimbangkan bahwa otak
manusia seperti loteng kecil yang kosong dan Anda mengisi dengan furnitur yang
Anda pilih. Orang bodoh memasukkan semua jenis kayu yang ia temukan ke dalam
loteng, sehingga pengetahuan yang mungkin berguna baginya menjadi kacau.
Sekarang seorang pekerja terampil akan sangat berhati-hati mengenai apa yang
harus ia masukkan dalam loteng otaknya. Ia tidak akan mempunyai apa-apa kecuali
alat-alat yang mungkin membantunya dalam mengerjakan pekerjaannya yang sangat
beragam...karena itu sangat penting untuk tidak mempunyai fakta-fakta tidak
berguna bukannya membuang fakta-fakta yang berguna,” (halaman 13). Itu adalah
jawaban Holmes ketika ditanya sahabatnya Dr. Watson terkait ketidaktahuan
Holmes tentang teori copernicus. Dan di sisi lain Holmes menyibukkan diri
dengan penelitian tentang berbagai macam abu rokok terkenal, jenis tulisan dan
kertas koran, maupuan penelitian kimia yang ia rasa akan berguna bagi
pekerjaannya sebagai detektif. Satu hal positif dari sosok Holmes, adalah
prinsip yang ia pegang dalam setiap penuntasan kasus. Bahwa ia tidak bekerja
agar ia terkenal, meski banyak polisi di Scotland Yard menjadikan Holmes
sebagai detektif konsultan. Ia bekerja demi dorongan hati, kebutuhan otaknya
dan kenikmatan pribadinya. Justru ketika Holmes tidak memiliki masalah untuk
dituntaskan otaknya akan memberontak, dan ia akan menyuntukkan kokain agar ia
tetap semangat dan berpikir jernih. Hal itu sangat kontras dengan prilaku orang
pada umumnya yang justru bersyukur hidupnya tak banyak masalah. Tapi itu
Holmes, detektif paling eksentrik sepanjang masa yang hingga akhir hidupnya
sepertinya ia tetap melajang.
Meski
petualangan Holmes begitu seru, dalam membaca novel ini ada beberapa kekurangan
yang perlu dikoreksi lagi. Banyaknya kesalahan tanda baca, membuat pembaca
kurang nyaman. Banyak sekali dialog tanpa penggunaan tanda petik, sampai saya
bingung ini dialog atau narasi dan siapa ini yang bicara. Dan karena ini adalah
novel terjemahan, maka tak mengherankan pula jika bahasa tidak bisa sehalus
novel non terjemahan. Ah ya, ada satu lagi yang cukup membuat saya kecewa.
Mengapa di dalam novel tebal ini tidak disertakan petualangan Holmes melawan
Profesor Moriaty, padahal petualangan itulah yang saya tunggu-tunggu. Meski
begitu, secara keseluruhan buku ini recomended buat dibaca. Apalagi untuk Anda
yang mengaku Sherlockian atau yang penasaran dengan Sherlock Holmes, detektif
hebat sepanjang masa ini.
Jepara, 21 Mei 2017
Identitas
Buku
Judul :
Sherlock Holmes : The Collector’s edition of complet best novel
Penulis :
Sir Arthur Conan Doyle
Penerjemah : Ismanto, Ahmadi Asnawi, Sutrisno dkk
Penerbit :
Indoliterasi, Yogyakarta
Tahun Terbit : Cetakan I, 2015
Halaman :
viii+740 halaman
Ukuran :
15x23 cm
ISBN :
978-602-1129-00-5
0 komentar:
Posting Komentar