Senin, 22 Mei 2017

Si Putih dari Bebek Hijau



Simpanlah sebagian dari harta kamu untuk kebaikan masa depan kamu, karena itu jauh lebih baik bagimu. (Hadis Riwayat Bukhari)

Menabung adalah investasi masa depan. Investasi itu sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti, penanaman uang atau modal dl suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Maksudnya dengan kita menabung kita telah menanam modal yang selanjutnya keuntungan dari modal itu akan kita petik di masa depan. Dalam pepatah arab sering dikatakan, barang siapa menaman maka ia akan memanen. Islam sebagai agama yang rahmatal lil alamin, mengatur umatnya untuk tidak hidup boros juga tidak hidup pelit. Islam mengatur umatnya agar hidup sederhana, Islam juga menganjurkan umatnya untuk menabung. Anjuran ini tertuang dalam Al Qur’an dan hadis berikut ini:
1.      "Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (pelit) dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (boros) karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” QS. Al Isra' (17) ayat 29
2.       “...Rasulullah saw pernah membeli kurma dari Bani Nadhir dan menyimpannya untuk perbekalan setahun buat keluarga...” Hadis Riwayat Bukhari
3.      “Simpanlah sebagian dari harta kamu untuk kebaikan masa depan kamu, karena itu jauh lebih baik bagimu.” Hadis Riwayat Bukhari
Al Qur’an surat Al Isra’ diatas secara tersurat meminta umat untuk tidak berlsaya pelit dan tidak pula berlsaya boros, secara tersirat dapat dipahami bahwa umat diminta berada ditengah-tengah diantara kedunya, atau dalam artian sederhana. Kesederhanaan ini bisa terbentuk apabila umat mencukupi kebutuhannya bukan memuaskan hawa nafsunya. Salah satu bentuk perilsaya hidup sederhana itu adalah dengan cara menabung seperti yang sudah dicontohkan oleh Rosulullah dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari tersebut.
Apakah benar menabung itu investasi masa depan? Saya jawab dengan yakin iya. Karena saya sudah membuktikannya sendiri, kisah ini tentang laptop putih pertama yang saya beli, sebut ia Si Putih. Sebagian uang pembelian ini saya dapatkan dari hasil menabung sejak SD, sebuah proses menabung yang penuh lika-liku dan Ia bermula dari sebuah celengan bebek berwarna hijau. Berikut kisahnya.
Hidup dalam keluarga sederhana, membuat saya terbiasa hidup prihatin. Bapak hanya buruh mebel tukang amplas dan plitur, Ibu dagang warung kecil-kecilan. Memiliki anak banyak yang masih kecil-kecil membuat Bapak dan Ibu tidak terbiasa memanjakan kami. Saya sendiri adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara, dan saya adalah anak perempuan satu-satunya. Meski boleh dibilang rasa sayang mereka kapada saya lebih besar, tidak lantas membuat saya dimanja.
Saya masih ingat ketika dulu masih kecil sekali, saya menginginkan sebuah mainan boneka barbie dan pasar-pasaran. Saat itu ibu tidak punya uang, dan hanya menjawab, “Engko ya Nduk Ibu tumbaske nek wes ana duit.” Mendengar itu saya hanya diam, berjalan kembali mengikuti Ibu disisinya. Sejak itu saya ingin memiliki sebuah celengan, ya celengan untuk tempat saya menyimpan sisa uang jajan. Saat itu saya pergi kepasar bersama ibu, sedikit berbisik pada ibu bahwa saya ingin dibelikan celengan. Langkah kami pun menuju blok penjual plastik-plastik, saya melihat sebuah celengan berbentuk bebek berwarna hijau toska. Ukurannya tidak kecil juga tidak terlalu besar. Saya lupa harga pastinya berapa, mungkin sekitar Rp. 2.500,- dengan hati riang gembira saya meneteng celengan baru menuju rumah. Sepanjang perjalanan dalam becak, saya membayangkan betapa asyiknya melihat perut si bebek hijau penuh dengan uang receh. Suaranya yang nyaring dan berat ketika di goyang membuat semangat untuk menabung saya semakin tinggi.
Saya masih ingat saat SD uang saku saya hanya Rp. 500,- biasanya seratus untuk beli minum es teh satu plastik kecil dan Rp. 250 untuk makan kecil ketika istirahat. Jarang uang saku saya itu kurang, seringnya lebih. Jajan di rumahpun saya tidak perlu mengambil dari uang saku, cukup ambil jajan di warung atau minta uang ke Ibu. Dari sisa-sisa uang saku itulah saya kemudian menabung, sedikit demi sedikit uang koin saya masukkan ke lubang si bebek hijau. Seringkali saya intip lubang si bebek atau saya kocok-kocok perutnya hanya untuk mendengarkan bunyinya yang berat. Momen yang paling saya suka adalah ketika lebaran, rasanya ketika lebaran rejeki saya begitu banyak. Maklum saya anak paling kecil, perempuan satu-satunya, dan memiliki saudara banyak tak jarang mereka begitu dermawan dengan sedikit membagi rizkinya kepad saya. Alhamdulillah. Mulai dari Rp. 2000, Rp. 5000, hingga Rp. 20000 saya masukkan ke perut si bebek hijau. Memang tak jarang pula, saya mecukil lubang si bebek hijau untuk mengambil uang ketika saya membutuhkan sesuatu, entah mainan, jajan atau baju. Saya merasa lebih aman ketika saya memiliki cadangan uang hasil tabungan saya itu. Tak jarang pula kakak dan ibu saya meminjam uang kepad saya. Hingga saya harus merelakan membedah perut si bebek hijau.
Memasuki SMP saya sempat tidak istiqomah menabung lagi. Namun Alhamdulillah, Allah masih menyadarkanku dan mengembalikanku ke jalan yang benar. Ketika saya SMP kelas 1 semester 2, ada sebuah bank kecil di dekat rumah yang baru berdiri, namanya BMT Artha Abadi. Maka saya putuskan kembali menabung, dengan target minimal perminggu saya menabung Rp. 5000. Bersama Ibu, kami menjadi nasabah di sana. Kadang pergi berdua, kadang saya berangkat sendiri entah dengan menaiki sepeda atau dengan jalan kaki. Jadwal rutin saya ke bank biasanya hari Kamis, pulau sekolah mampir ke bank. Kadang ketika ibu memint saya menabungkan uangnya sementara saya sedang tidak punya uang, ibu berbaik hati memberi uang untuk saya tabungkan di rekening saya sendiri. Saat SMP uang saku saya  Rp. 2000, biasanya hanya terpakai di Rp. 1000, untuk beli minum dan jajan.
Entah sudah berapa saldoku dulu tapi yang pasti saldo segitu bagiku sudah sangat banyak. Sepertinya pernah mencapai Rp. 500.000. rencananya uang itu akan saya pergunakan untuk membeli sepeda sebagai pengganti seped saya yang sudah butut dan berkarat, tapi saya harus merelakan uang itu untuk dipergunakan kakak saya yang lebih membutuhkan. Saat itu kakak saya yang kelima namanya Mas Syukron, sedang menempuh S1 Akutansi di Unnes semester tua, mungkin tujuh. Waktu itu ia sangat membutuhkan komputer dan printer. Keluarga pun bermusyawarah, dan memutuskan mengambil uang tabungan, meminjam uang kesana kemari termasuk tabungan saya. Alhamdulillah akhirnya bisa terbeli juga komputer dengan seperangkat alat pendukungnya. Saya turut bahagia. Mas Syukron wisuda bulan November 2008, satu bulan setelah Bapak meninggal dunia dan saya lulus SMP bulan Mei 2009.  Sedikit menyingung soal sepeda yang tidak jadi terbeli dengan uang tabungan saya, saya justru mendapatkan sepeda baru atas wasiat Bapak yang meminta keluarga segera membelikan saya sepeda dengan uang zakat. Saya ingat itu hanya beberapa hari sebelum Bapak meninggal, hari itu hari minggu hanya ada satu toko sepedadi kota yang buka kebetulan juga masih libur lebaran. Saya pun memilih sebuah sepeda polygon berwarna biru, dan sepeda itu pun menjadi kenang-kenangan terakhir dari bapak kepad saya sebelum ia pergi.
SMK saya justru kurang bisa mengistiqohkan menabung, meski uang sakuku bertambah menjadi Rp. 5000, tapi rasanya kebutuhan juga bertambah. Saya mulai mengenal pulsa, pembersih muka, handbody, dll. Perjalananku ke sekolah pun kini tidak lagi jalan kaki atau bersepeda, tapi naik bus otomatis kebutuhan juga bertambah. Kesibukan di sekolah maupun di luar sekolah juga semakin menyulitkanku untuk datang ke bank. Meski begitu saya berusaha masih menyempatkan untuk menabung di bank. Sedikit demi sedikit. Saldo pun bertambah.
Lulus dari SMK Islam Jurusan Multimedia, hanya ada dua keinginan saya, kuliah dan mondok atau mondok saja. Alhamdulillah, Allah mengijinkan saya kuliah dan mondok di Semarang. Tepatnya S1 Pendidikan Nonformal Universitas Negeri Semarang dan mondok di Pondok Pesantren Durrotu Ahlissunnah Waljama’ah. Alhamdulillah pula keluarga tidak harus memikirkan biaya pendidikan karena saya berkesempatan memperoleh Beasiswa Bidikmisi dari pemerintah. Sebuah anugrah dan kenikmatan tak terkira ketika saya dinyatakan diterima sebagai penerima beasiswa. Mengetahui itu, Mas Syukron langsung menyarankan saya untuk membeli laptop. Ya laptop memang sebuah kebutuhan dalam dunia kampus, banyak tugas-tugas kuliah yang harus diselesaikan dengan laptop. Saya sepakat dengan usulnya, saya pun melihat saldo di tabunganku tak banyak hanya ada sekitar Rp. 600.000,-an. Kesedihan datang menghinggapiku tiba-tiba, uangku tak cukup, batinku.
Saya teringat soal uang tabungan saya dulu yang katanya dipinjam Mas Syukron, meski berat dan sungkan untuk bertanya, toh saya beranikan bertanya pula soal uang itu. Barangkali uang itu bisa membantu menutupi kekurangan membeli laptop. Alhamdulillah, berkat pengertian Mas Syukron dibantu Ibu dan Mas Mansur (kakak pertama saya) akhirnya bisa terbeli juga laptop pertama saya. Warnanya putih, merknya Asus, ukuran 14 inchi, tepatnya Asus X401U. Sebuah slimbook, dengan processor AMD C-60 APU with Radeon(tm) HD Grapihics. RAM 2,00 GB, system type 32-bit operating system. Dengan tanpa dvd player karena ASUS X401U memang slimbook, harga belinya tak sampai tiga juta.
Sebenarnya ASUS X401U bukan incaran pertama, tapi dengan pertimbangan harga, stok barang dan kebutuhan desain grafis Mas Syukron kemudian membelikan saya ASUS X401U saja. Kenyatannya ASUS X401U cukup tangguh jika saya gunakan untuk desain grafis, meneruskan hobi saya yang suka mengutak atik corel, photoshop dan ulead. Si putih begitu panggilan romantisku kepada ASUS X401U, begitu setia menemani menggapai cita-cita saya. Bergadang malam-malam untuk merampungkan sebuah tulisan/naskah. Si putih yang sudah tiga terakhir menamaniku, selalu mengingatkanku bahwa menabung itu penting.
Kisah saya tentang Si Putih dari Bebek Hjau itu membuat semakin jelas bahwa menabung itu penting. Menabung sendiri adalah perbuatan yang sangat dianjurkan Islam. Maka jangan berpikir terlalu lama, mulailah menabung. Sedikit berbagi saya punya tips untuk memperoleh hasil yang maksimal ketika menabung laksanakanlah 3M ini:
1.      Mau: mau dalam artian kuatkan komiten dan tekad untuk menabung serta tau orientasi (tujuan) menabung. Tanamkan pada diri sendiri motivasi menabung, saperti dengan cara menulis dalam sebuah kertas tulisan. “SAYA AKAN ISTIQOMAH MENABUNG. Karena dengan menabung saya akan bisa membeli ..... (tulis apa saja yang diinginkan dari hasil tabungan) atau tidak perlu ditulispun asal sudah termindset di otak kita seperti itu tak masalah.
2.      Mampu: kemampuan keuangan tiap orang tentu berbeda-beda, maka kita harus punya target dalam kurun waktu tertentu minimal kita harus menabung berapa sesuaikan dengan kemampuan dan harus rasional.
3.      Menyempatkan: seringkali kita ada uang, ingin menabung dan malas keluar rumah untuk pergi ke bank. Dengan membuat jadwal rutin ke bank, kita akan terbiasa disiplin pergi ke bank untuk menabung. Atau bisa juga memanfaatkan jasa penjemputan uang bank, tentu kita akan sungkan jika petugas datang tapi kita tidak menabung.
Ingat menabung adalah investasi masa depan, jangan sia-siakan waktu dan uangmu kini secara tidak bijaksana jika kelak kau tidak ingin masuk dalam golongan orang yang menyesal. Maka mulailah menabung.
***
Nama               : Noor Salamah
Alamat                        : Jalan H.M Syahid No. 11 Rt 03 Rw V Panggang Jepara
Pendidikan      : Mahasiswa S1 Semester 6 Prodi Pendidikan Nonformal Universitas Negeri semarang, sekaligus santri di Pondok Pesantren Durrotu Ahlissunnah Waljama’ah.
Pekerjaan         : Mahasiswa dan santri
Contak Person: 089668214948
E-mail              : salamah_chan@yahoo.com / pls2.12046@gmail.com


0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Follow

Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Jejak Sajak Salamah | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com