Read More

Slide 1 Title Here

Slide 1 Description Here
Read More

Slide 2 Title Here

Slide 2 Description Here
Read More

Slide 3 Title Here

Slide 3 Description Here
Read More

Slide 4 Title Here

Slide 4 Description Here
Read More

Slide 5 Title Here

Slide 5 Description Here

Kamis, 17 Mei 2018

Kami Tidak Takut

Hai kalian calon-calon pengantin
Yang tukar nyawa mengharap surga
Renggut korban sebanyak mungkin
Sasar aparat yang kau anggap jadi penghambat
Benarkah surga itu untukmu?
Sementara jutaan orang merugi karenamu
Terluka, menangis, dan mengutuk dirimu
Tuhan apa yang kau sembah?
Agama apa yang kau imani?
Kitab apa yang kau pelajari?
Karena sungguh Allah, Rosul Muhammad dan Al Quran tak pernah sekalipun mengajarkan umatnya menjadi teroris
Jihad yang suci telah engkau kotori dengan kebencian dan kekerasan hatimu yang tertipu bujuk rayu iblis
Hai kalian sadarlah
Bahwa surga terlalu suci untukmu sebelum engkau bertaubat
Hai kalian, ketahuilah
Bahwa kami tidak akan takut pada kalian
Bangsa ini terlalu besar untuk kau hancurkan
Persatuan ini terlalu kuat untuk kau cerai-beraikan
Dan Islam yang murni terlalu suci untuk kau nodai
Kami tidak takut
Kami tidak gentar
Kami berani melawanmu
Read More

Selasa, 17 Oktober 2017

Si Penjudi dan Waktu

Kau tau apa yang spesial dari waktu?
Pada waktu kita bisa menyimpan rahasia
Menitipkan rasa
Namun waktu selalu tahu saat-saat terbaik untuk menguak rahasia mengutarakan rasa
Bagi para penjudi
Termasuk juga aku
Penting menjadikan waktu sebagai sekutu
Tapi waktu tetaplah waktu
Tak ingin terikat tak ingin terjerat
Justru  aku ini si penjudi
Yang mempertaruhkan segala
Yang menyimpan rahasia
Yang menitipkan rasa
Hanya bisa pasrah bukan menyerah
Pada waktu yang tak mau jadi sekutu

Jepara,  15 Oktober 2017
Read More

Dari Jepara Ramah Literasi Untuk Indonesia Yang Berdikari


Taman Baca Masyarakat (TBM) tak ubahnya titik cahaya yang menerangi ruang tergelap masyarakat. Bagaikan lilin kecil yang menerangi setiap sudut, hingga teranglah bumi ini. Saya membayangkan masyarakat Indonesia tinggal di pulau tanpa cahaya, hingga mata menjadi buta dan langkah terseok-seok. Bukan cahaya dalam arti fisik, tapi cahaya hidup, cahaya ilmu. Bukankah ilmu adalah cahaya dan buku adalah sumber ilmu. Karena buku adalah jendela dunia. Sebaik apapun tayangan televisi yang katanya mendidik, tetap akan berbeda dengan buku. Buku memiliki kelebihan yang tak dimiliki oleh televisi maupun sumber informasi lain. Buku adalah cara tertua untuk mewariskan ilmu. Lalu bagaimana jika masyarakat kita jauh dari akses buku? Jauh dari suka terhadap buku? Jauh dari minat membaca? apalagi jauh dari minat menulis? Jauh dari aktivitas literasi?
Sudah banyak negara maju yang telah membuktikan bahwa kemajuan suatu bangsa tak lepas dari pendidikan, dari budaya baca dan literasi. Seperti Jepang, inggris, amerika, dll. Lalu bagaimana  kondisi Indonesia? Dilansir dari data Unesco pada tahun 2012, minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,001 % yang berarti hanya satu orang di antara 1000 orang yang memiliki minat baca. Bahkan literasi Indonesia berada di urutan kedua dari bawah diantara 65 negara yang diteliti dalam penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA). Dengan kondisi seperti ini, bagaimana Indonesia akan siap menghadapi bonus demografi yang disebut sebagai generasi emas? Yakin generasi 2045 bisa menjadi generasi emas melihat kondisinya masih seperti ini?
Saya kagum dan salut sekali, kepada teman-teman yang gigih berjuang lewat TBM demi mempersiapkan bonus demografi untuk Indonesia hebat. Seperti yang di lakukan oleh Bu Tirta (Warung Pasinaon), Den Hasan (RBI), Mbak Lizna (RBC), Mbak Desi (Imara), Mbak Anis (Tabaca) dll. Seringkali saya malu sendiri, kata hati berkata, “Lho Sal, dirimu yang lulusan PLS harusnya bisa lakukan kayak mereka juga dong.” Lalu di jawablah oleh saya sendiri, “Iya, semua ada masanya kok. Sekarang nabung buku dan pengalaman dulu. Besok bareng suami bakal berjuang bareng-bareng.” Diskusi dalam khayalan pun terputus, tersebab sesuatu yang masih rahasia. Hehehe. Ngerasa lebih adem ces pleng lagi ketika ditawari jadi ranger (relawan) untuk bantu kegiatan TBM. Intinya enggak usah nunggu punya TBM baru bergerak dan berjuang mewujudkan Jepara ramah literasi. Apapun sekecil apapun yang dilakukan asal bermanfaat, itu sudah lebih baik daripada hanya diam.
Saya ingin sedikit bercerita, tentang awal mula saya yang enggak punya TBM kok bisa gabung di komunitas TBM Jepara. Hari itu adalah hari buku. Kebetulan teman facebook saya Mas Redy Kuswanto sedang mengadakan give away dengan hadiah buku terbarunya “101 Dongeng Sebelum Tidur” yang berisi 80 dongeng Nusantara dan 21 dongeng mancanegara. Sejak lihat covernya jauh-jauh hari saya sudah naksir. Namun saya belum bisa beli, karena uang sedang dianggarkan untuk yang lain. Kebetulan pas ada GA iseng-iseng saya coba ikut, syaratnya menuliskan harapan tentang perbukuan di Indonesia. Dari tulisan itu saya kemudian update status tentang cita-cita saya mendirikan TBM. Bukan main beruntungnya saya ketika kemudian Den Hasan menawari mengajak acara diskusi TBM bersama Bu Tirta di Dewan Kerja Jepara.  Dan beruntung pula karena meski telat saya masih sempat ikut acara itu. Peserta yang hadir kemudian sepakat membuat grup WhatsApp sebagai ajang komunikasi. Diskusi berlanjut hingga visi untuk membentuk  Jepara ramah literasi.
Berdasarkan pertemanan yang sederhana itu, saya kemudian dapat menyimpulkan bahwa tidak penting kamu lulusan apa, dari sekolah mana, bagaimana status sosialmu, asal bisa menjadikan hidup yang amat singkat ini menjadi bermanfaat untuk sesama, bangsa dan agama. Itu baru hebat. Karena mereka yang hebat bukan mereka yang berdasi, berlabel PNS, atau memilki rekening gendut. Mereka yang hebat adalah mereka yang tak henti belajar dan mengabdi. Banyak belajar banyak berbagi. Dan semua itu kuncinya hanya mau, mampu dan menyempatkan. Sebagaimana apa yang di dawuhkan oleh Abah M. Masyrokhan (Pengasuh PP. Durrotu Aswaja Gunungpati Semarang) bahwa hidup adalah perjuangan. Perjuangan adalah pengorbanan. Pengorbanan adalah keihkhlasan. Keikhlasan adalah ruh penggerak kehidupan. Hidup itu indahnya menggarap PR surga.
Memiliki kemauan, niat, tekad, adalah awal membuka jalan. Banyak tokoh anime seperti Naruto dan Luffy (one piece) mampu melampaui batas kekuatan mereka karena tekad mereka kuat dan kokoh. Apalagi kemauan yang baik, niat yang sholih itu akan membuka 70 pintu hidayah Allah. Dan barang siapa yang mendapat hidayah tentulah mendapat kemuliaan dari Allah. Hal tersebut disampaikan oleh Al Habib Hasan Al Jufry (Semarang) dalam majlis selapanan Nurusholihin di Masjid Agung Jepara. Selanjutnya adalah kemampuan. Kemampuan bisa dimiliki dengan belajar. Namun yang tersulit dari semua itu adalah menyempatkan, istiqomah. Mempertahankan TBM tetap eksis, bermanfaat dan menarik minat warga. Karena kecenderungan setiap orang adalah mementingkan ego sendiri dan mudah bosan.
Saya berharap visi Jepara ramah literasi, dapat terwujud. Tentu hal tersebut membutuhkan bantuan dan kerjasama dari semua pihak tidak saja TBM di Jepara namun juga keluarga, sekolah, pemerintah dan masyarakat Jepara pada umumnya. Dari Jepara ramah literasi untuk Indonesia yang berdikari.
Jepara, 29 Juli 2017
Identitas Penulis
Noor Salamah, atau akrab juga disapa Salma. Saking lebih populer nama akun medsosnya Salma Van Licht daripada nama aslinya. Hanyalah manusia biasa yang ingin menjadikan hidup lebih bermaanfaat dan berguna. Lahir bulan Juni tahun 1994, berzodiak cancer. Bercita-cita sebagai penulis dan mendirikan TBM.
Read More

Jumat, 23 Juni 2017

Kisah Kelahiran

Pukul 21.30  tepat 23 tahun lalu.  Tangis keras seorang bayi mungil terdengar keras memecah malam. Bayi perempuan yang begitu dinantikan kehadirannya. Putri yang menjadi menyempurna kebahagian keluarga sederhana tersebut. Sempurna sudah, karena kini pasangan itu telah memiliki anak perempuan setelah enam anak sebelumnya berjenis kelamin laki-laki.

Semua orang menyambut gembira kelahirannya. Bapak, Ibu, kakak dan semua kerabatnya. Kehamilan itu sendiri ditempuh penuh resiko, karena si ibu sudah berumur 40 tahun. Untunglah keduanya selamat, bayi lahir dalam keadaan sempurna lagi sehat.
Sejauh yang yang ibu hamil ini alami, bayi ini merupakan bayi yang lahir dengan bobot terberat. Dan pada saat kehamilan, ia telah tercurahi oleh limpahan kasih dan perhatian. Banyak yang mengatakan bahwa pada kehamilan kali ini ia nampak lebih cantik.
Hari itu, ketika ia mulai merasakan tanda-tanda kelahiran si cabang bayi, dukun bayi telah berada di sisinya. Bersiap-siap jika sewaktu-waktu ia akan melahirkan. Tapi rupanya bayi itu tidak mau lahir di tangan dukun. Lama dinanti bayi itu  tak jua mau keluar, padahal rasa nyeri terasa luar biasa.
“Bayinya kalungan usus.”
“Bayinya pasaran dulu.”
Itulah komentar si dukun bayi juga bidan, manakala tak berselang setelah ibu hamil disuntik dan lahirlah bayi yang menggemaskan. Oleh kedua orang tuanya, ia diberi nama “Nur Salamah” yang berarti Cahaya Keselamatan.
Tentu banyak harap serta doa untuk bayi yang berarti cahaya keselamatan itu.
Apakah orang tuanya berharap gadis kecilnya senantiasa dalam cahaya dan keselamatan Allah? Apakah orangtuanya berharap bungsungnya akan menjadi cahaya yang menerangi jalan menuju keselamatan dunia dan akhirat bagi dirinya sendiri juga bagi orang di sekitarnya?
Apapun harap dan doa orang tuanya, tentulah adalah doa yang baik.
23 Juni 2017,  bayi itu telah tumbuh dewasa berumur tepat 23 Tahun. Namun bapak yang gembira dengan kelahirannya tak sempat melihatnya dewasa begitu juga kedua kakaknya yang telah berpulang lebih dulu. Entah apa yang akan mereka katakan saat ini, saat gadis kecil mereka telah tumbuh dewasa.
Read More

Sabtu, 10 Juni 2017

Blenyik Dalam Toples


Tulisan ini awalnya saya buat ketika pada suatu diskusi Akademi Menulis Jepara (AMJ) Pak Kartika Catur Pelita menantang membuat cerpen dengan tema blenyik dan kebetulan saat itu sedang membahas POV. Jadilah saya terinspirasi dan semangat untuk membuat cerpen ini. Monggo di baca, di komentari juga boleh. Karena saya masih belajar dan tentu masih banyak kekurangan di sana sini. Jika ada nilai positif yang bisa di ambil, saya bersyukur karenanya. Karena tangan ini takkan mampu menulis bila tanpa bimbingan-Nya

Read More

Senin, 05 Juni 2017

Menyingkap Rahasia Garis Tangan

Setiap manusia itu unik, pun dengan tiap guratan garis yang terbentuk di tangan seseorang. Ia sebenarnya menjadi kabar penanda kondisi si empunya tangan, tentu kabar ini hanya bisa dilihat oleh orang yang memiliki ilmu Palmistry (kajian ilmu tentang analisis garis tangan). Palmistry sendiri sebenarnya sudah dikenal sejak zaman yunani kuno, Hipocrates mampu melihat kondisi kesehatan seseorang berdasarkan tampilan tangannya. Sebagaian orang mungkin menganggap bahwa ilmu Palmistry adalah ilmu sesat, klenik, mistis, bid’ah, atau tidak logis. Fakta menunjukkan bahwa bangsa-bangsa kuno seperti Yunani, Mesir, Cina, Jepang, India atau Gipsi memiliki acuan analis yang serupa tiada saling bertentangan. Hal ini tentu menunjukkan bahwa ilmu palmistry bukanlah ilmu tanpa dasar tanpa acuan.

            Di dalam buku ini penulis mampu menjelaskan secara ringkas dan baik bagaimana analisis garis tangan. Penulis yang merupakan lulusan sarjana psikologi dan menggeluti dunia palmistry dari keluarganya menunjukkan kepiawaian dan pengalamannya. Terdapat lima bab dalam buku ini. Di bab pertama pembaca akan di arahkan agar memahami anatomi tangan, termasuk menentukan mana tangan pasif dan mana tangan dominan serta bagaimana bentuk tangan dan apa artinya. Di bab kedua, pembaca akan di arahkan agar memahami garis utama. Garis utama itu sendiri terdiri dari garis kehidupan, garis nasib, garis pikiran, di tambah garis cinta. Di bab ketiga pembaca akan di arahkan agar memahami tujuh garis minor, yang terdiri dari garis kesehatan, garis kesuksesan, garis pernikahan, garis keuangan, garis perjalanan, garis pergelangan tangan, dan garis korset venus. Di bab empat, secara lebih spesifik penulis mengajak pembaca untuk mengamati dan memahami garis tangan yang bermakna khusus. Seperti garis yang dimiliki oleh orang berbakat, pembawa kedamaian, popularitas, maupun dalam hal spiritual dan pemikiran. Apakah garis tangan yang tergurat itu bersifat mutlak tidak bisa bisa berubah? Tidak bukan seperti. Garis itu bisa berubah. Sebagaimana kita ketahui bahwa syaraf syarat otak banyak tersambung di tangan. Maka dari itu apa garis tangan yang tercipta sangat dipengaruhi oleh keadaan otak. Misalnya saja ketika otak mengalami banyak sekali kecemasan, hal ini akan di respon oleh tangan dengan banyak terbentuknya garis kecemasan di sekitar bukit bulan. Dalam mengalisis garis tangan ini pun kita seyogyaganya selalu berpikir positif. Ingatlah satu hal biasa tiada nasib bisa merubah selain kaum itu sendiri yang merubah nasibnya.
            Secara keselurhan buku ini bagus. Penjelasannya padat dan ringkas dan disertai gambar. Sangat cocok untuk pemula dan siapa pun penasaran dengan palmistry. Recomended deh buat dibaca, harganya juga tidak menguras kantong. Yah, waktu itu saya beli pas ada bazar di buku sekitar Rp. 20.000. Kebetulan pas ada bazar jadi lebih murah, hehehe..

Jepara, 22 Mei 2017
Identitas Buku
Judul               : Tips dan Trik Membaca Rahasia Garis Tangan
Penulis             : Deni Putra Herlambang
Penerbit           : Flash Books
Cetakan           : I, 2013
Halaman          : 150 halaman, 14x20cm
ISBN               : 978-602-0806-16-7

Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Follow

Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Jejak Sajak Salamah | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com