Alhamdulillah, cerpen ini lolos dalam ajang lomba "Sayembara,I will survive" yang diadakan oleh inspirasi.co dan agen bondan prakoso. Meski tidak masuk dalam karya terbaik dan banyak terkomentari, setidaknya masuk dalam kategori paling banyak di share di media sosial dengan hadiah kaset CD lagu I will survive dan ttd bondan asli. Alhamdulillah.
Namaku Jingga, kata Ibu mengapa namaku Jingga karena
aku lahir ketika langit fajar berwarna jingga. Duniaku adalah dunia yang sunyi
tanpa suara. Duniaku adalah dunia yang sepi dari keramaian kata. Duniaku
hanyalah pantomim.
Kondisiku yang seperti ini tak memberiku kesempatan
untuk sekolah di sekolah umum. Aku akhirnya dimasukkan ke SD LB Negeri
Semarang. Hari-hariku bersekolah di sana begitu indah. Teman yang senasib. Guru
yang peduli dan fasilitas sekolah yang lengkap semakin membuat hari-hariku kian
berwarna. Perkembanganku pun sudah cukup baik, meski aku tetap tinggal dalam
dunia pantomimku. Setidaknya aku sudah mampu berkomunikasi dengan orang lain.
Mereka pun paham keadaanku, sadar akan kebutuhanku yang memang khusus. Masa
pendidikanku sepenuhnya berada disana, dari SD LB hingga SMA LB.
Menatap gadis-gadis cantik berlenggak-lenggok di
atas catwalk dengan gemulai, berdesir hatiku melihatnya. Ingin aku seperti
mereka, andai aku tak dilahirkan masuk kedalam dunia pantomimku. Tinggiku
semampai dengan berat badan ideal, kumiliki bibir tipis yang kata orang
memiliki senyum yang manis, ku miliki pula hidung yang mancung bagai orang
arab, dengan mata belok serta bulu mata yang lentik, dan kumiliki pula kulit
langsat yang alami. Tapi sayang tak ku miliki kefasihan berbicara, tak kumiliki
pendengaran yang tajam. Aku ditakdirkan sebagai penyandang tuna rungu dan tuna
wicara semenjak lahir. Menyadari ini aku hanya diam membisu, rasanya ingin aku
protes pada Tuhan yang menciptkan aku dalam kondisi seperti ini. Semestinya
akau bisa seperti mereka, semestinya aku bisa menjadi model, berjalan di atas
catwalk dengan anggun, mengenakan pakaiaan yang indah-indah, wajahku yang
menghiasi banyak majalah dan tabloid. Semestinya aku bisa, tapi nyatanya aku
tak bisa.
Hingga suatu kabar gembira datang kepadaku, aku
diminta mewakili sekolah untuk mengikuti perlombaan Miss Candle. Sebuah ajang pemilihan putri dari golongan anak
berkebutuhan khusus. Layaknya Miss
Universe, kami peserta lomba akan tampil di atas catwalk, menunjukkan
kebolehan masing-masing, menjawab pertanyaan dari dewan juri. Ada sekitar 34
peserta waktu itu, penyaringan terus dilakukan hingga yang tersisa tiga orang
dan hanya akan di tetapkan satu pemenang. Dialah Miss Candle. Aku termasuk dari tiga kontestan yang masuk final.
Kami diminta menunjukkan kebolehan bakat minat kami masing-masing. Aku
terfikirkan untuk turut serta mengajak Ibu sebagai tim. Aku suka mendesain
baju, dan akan kuminta Ibu untuk menjahitkannya. Ibu bersedia membantuku. Kami
menjadi tim yang solid. Dari sini, banyak orang yang mulai mengenalku. Bagiku,
jalan ini semakin dekat menuju cita-citaku sebagai seorang model.
Tapi malang nasibku, cita tak dapat ku rengkuh.
Suatu kecelakaan memaksaku untuk memupuskan harapanku. Kakiku harus diamputasi.
Hatiku hancur. Jiwaku remuk redam. Pikiranku kacau. Tuhan, tak cukupkah Engkau
menyiksaku dengan membuat aku tuli lagi bisu. Aku hidup dalam dunia pantomimku.
Tanpa suara. Tanpa kata. Tuhan, Engkau tak adil padaku. Engkau berikan mereka
kesempurnaan sedang Engkau berikan aku kecacatan. Engkau tak adil, sungguh. Aku
meringkuh disudut kamar. Tah henti bertanya, tak henti mengutuk. Ibu
mendekatiku. Aku mengusirnya. Tapi ibu justru tidak beranjak pergi. Tak ada
suara. Ibu tak bergerak. Aku melongokkan kepala. Mata kami saling beradu. Lama
dan dalam. Kemudian ibu dengan bahasa isyarat dan dengan gerak bibirnya,
berucap
Hari ini aku disini
Berjuang untuk bertahan
Padamkan luka dan beban yang ada
Yang telah membakar seluruh jiwa
Ku coba resapi ku coba selami segala yang telah
terjadi
Ku ambil hikmahnya rasakan nikmatnya dan ku coba untuk
hadapi
I will survive, I will revive
I won't surrender and stay alive
Kau berikan kekuatan
Untuk lewati semua ini
Hari ini kan ku pastikan aku masih ada disini
Mencoba lepaskan coba bebaskan segala rasa perih di
hati
Ku coba resapi ku coba hayatisegala yang telah terjadi
Ku ambil hikmahnya rasakan nikmatnya dan ku coba untuk
hadapi
I will survive, I will revive
I won't surrender and stay alive
Kau berikan kekuatan
Untuk lewati semua ini
Engkau selalu ada di saat jiwaku rapuh dikala ku jatuh
And i want you to know there's always fine to alive
I won't give up, I won't giving
I stay alive for you for you
I will survive, I will revive
I won't surrender and stay alive
I will survive, I will revive
Getting stronger stay alive
Kau berikan aku kekuatan untuk lewati semua ini
“Kau pasti bisa
lalui ini nak, kau bisa. Masih ada ibu. Mari kita tata kembali masa depanmu.
Mungkin bukan jalanmu menjadi seorang model. Allah menakdirkan jalan yang lain.
Mungkin saja jalan itu melalui goresan-goresan tanganmu. Tanganmu yang bebas
berkreatifas mendesain busana. Jangan khawatir nak, Ibu akan membantumu. Ibu
akan mejahitkan baju-baju yang kau desain. Wujudkan cita-citamu, menjadi
seorang perancang busana. Bukankah kau bermimpi bisa menjadi Ardistia Dwiastri. Ayo nak bangkit, kau bisa.
Kau pasti bisa.”
Air mata mengalir deras dari mataku. Ibu benar. Aku tau Ibu selalu ada
untukku. Aku pun sadar Allah tak pernah menjauh dariku. Aku saja yang
berprasangkah buruk pada-Nya. Aku haris bangkit. Aku harus menata kembali,
mimpi dan masa depanku. Aku ingin menjadi perancang busana terkemuka layaknya Ardistia
Dwiastri yang aku idolakan. Tuhan beri aku kekuatan untuk mewujudkannya.
0 komentar:
Posting Komentar