Senin, 30 Desember 2013

Semburat Jingga di Hatinya

Alhamdulillah, cerpen ini lolos dalam ajang lomba "Sayembara,I will survive" yang diadakan oleh inspirasi.co dan agen bondan prakoso. Meski tidak masuk dalam karya terbaik dan banyak terkomentari, setidaknya masuk dalam kategori paling banyak di share di media sosial dengan hadiah kaset CD lagu I will survive dan ttd bondan asli. Alhamdulillah.


Namaku Jingga, kata Ibu mengapa namaku Jingga karena aku lahir ketika langit fajar berwarna jingga. Duniaku adalah dunia yang sunyi tanpa suara. Duniaku adalah dunia yang sepi dari keramaian kata. Duniaku hanyalah pantomim.
Kondisiku yang seperti ini tak memberiku kesempatan untuk sekolah di sekolah umum. Aku akhirnya dimasukkan ke SD LB Negeri Semarang. Hari-hariku bersekolah di sana begitu indah. Teman yang senasib. Guru yang peduli dan fasilitas sekolah yang lengkap semakin membuat hari-hariku kian berwarna. Perkembanganku pun sudah cukup baik, meski aku tetap tinggal dalam dunia pantomimku. Setidaknya aku sudah mampu berkomunikasi dengan orang lain. Mereka pun paham keadaanku, sadar akan kebutuhanku yang memang khusus. Masa pendidikanku sepenuhnya berada disana, dari SD LB hingga SMA LB.
Menatap gadis-gadis cantik berlenggak-lenggok di atas catwalk dengan gemulai, berdesir hatiku melihatnya. Ingin aku seperti mereka, andai aku tak dilahirkan masuk kedalam dunia pantomimku. Tinggiku semampai dengan berat badan ideal, kumiliki bibir tipis yang kata orang memiliki senyum yang manis, ku miliki pula hidung yang mancung bagai orang arab, dengan mata belok serta bulu mata yang lentik, dan kumiliki pula kulit langsat yang alami. Tapi sayang tak ku miliki kefasihan berbicara, tak kumiliki pendengaran yang tajam. Aku ditakdirkan sebagai penyandang tuna rungu dan tuna wicara semenjak lahir. Menyadari ini aku hanya diam membisu, rasanya ingin aku protes pada Tuhan yang menciptkan aku dalam kondisi seperti ini. Semestinya akau bisa seperti mereka, semestinya aku bisa menjadi model, berjalan di atas catwalk dengan anggun, mengenakan pakaiaan yang indah-indah, wajahku yang menghiasi banyak majalah dan tabloid. Semestinya aku bisa, tapi nyatanya aku tak bisa.
Hingga suatu kabar gembira datang kepadaku, aku diminta mewakili sekolah untuk mengikuti perlombaan Miss Candle. Sebuah ajang pemilihan putri dari golongan anak berkebutuhan khusus. Layaknya Miss Universe, kami peserta lomba akan tampil di atas catwalk, menunjukkan kebolehan masing-masing, menjawab pertanyaan dari dewan juri. Ada sekitar 34 peserta waktu itu, penyaringan terus dilakukan hingga yang tersisa tiga orang dan hanya akan di tetapkan satu pemenang. Dialah Miss Candle. Aku termasuk dari tiga kontestan yang masuk final. Kami diminta menunjukkan kebolehan bakat minat kami masing-masing. Aku terfikirkan untuk turut serta mengajak Ibu sebagai tim. Aku suka mendesain baju, dan akan kuminta Ibu untuk menjahitkannya. Ibu bersedia membantuku. Kami menjadi tim yang solid. Dari sini, banyak orang yang mulai mengenalku. Bagiku, jalan ini semakin dekat menuju cita-citaku sebagai seorang model.
Tapi malang nasibku, cita tak dapat ku rengkuh. Suatu kecelakaan memaksaku untuk memupuskan harapanku. Kakiku harus diamputasi. Hatiku hancur. Jiwaku remuk redam. Pikiranku kacau. Tuhan, tak cukupkah Engkau menyiksaku dengan membuat aku tuli lagi bisu. Aku hidup dalam dunia pantomimku. Tanpa suara. Tanpa kata. Tuhan, Engkau tak adil padaku. Engkau berikan mereka kesempurnaan sedang Engkau berikan aku kecacatan. Engkau tak adil, sungguh. Aku meringkuh disudut kamar. Tah henti bertanya, tak henti mengutuk. Ibu mendekatiku. Aku mengusirnya. Tapi ibu justru tidak beranjak pergi. Tak ada suara. Ibu tak bergerak. Aku melongokkan kepala. Mata kami saling beradu. Lama dan dalam. Kemudian ibu dengan bahasa isyarat dan dengan gerak bibirnya, berucap
Hari ini aku disini
Berjuang untuk bertahan
Padamkan luka dan beban yang ada
Yang telah membakar seluruh jiwa
Ku coba resapi ku coba selami segala yang telah terjadi
Ku ambil hikmahnya rasakan nikmatnya dan ku coba untuk hadapi

I will survive, I will revive
I won't surrender and stay alive
Kau berikan kekuatan
Untuk lewati semua ini

Hari ini kan ku pastikan aku masih ada disini
Mencoba lepaskan coba bebaskan segala rasa perih di hati
Ku coba resapi ku coba hayatisegala yang telah terjadi
Ku ambil hikmahnya rasakan nikmatnya dan ku coba untuk hadapi

I will survive, I will revive
I won't surrender and stay alive
Kau berikan kekuatan
Untuk lewati semua ini

Engkau selalu ada di saat jiwaku rapuh dikala ku jatuh
And i want you to know there's always fine to alive
I won't give up, I won't giving
I stay alive for you for you

I will survive, I will revive
I won't surrender and stay alive
I will survive, I will revive
Getting stronger stay alive
Kau berikan aku kekuatan untuk lewati semua ini

“Kau pasti bisa lalui ini nak, kau bisa. Masih ada ibu. Mari kita tata kembali masa depanmu. Mungkin bukan jalanmu menjadi seorang model. Allah menakdirkan jalan yang lain. Mungkin saja jalan itu melalui goresan-goresan tanganmu. Tanganmu yang bebas berkreatifas mendesain busana. Jangan khawatir nak, Ibu akan membantumu. Ibu akan mejahitkan baju-baju yang kau desain. Wujudkan cita-citamu, menjadi seorang perancang busana. Bukankah kau bermimpi bisa menjadi Ardistia Dwiastri. Ayo nak bangkit, kau bisa. Kau pasti bisa.”
Air mata mengalir deras dari mataku. Ibu benar. Aku tau Ibu selalu ada untukku. Aku pun sadar Allah tak pernah menjauh dariku. Aku saja yang berprasangkah buruk pada-Nya. Aku haris bangkit. Aku harus menata kembali, mimpi dan masa depanku. Aku ingin menjadi perancang busana terkemuka layaknya Ardistia Dwiastri yang aku idolakan. Tuhan beri aku kekuatan untuk mewujudkannya.


0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Follow

Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Jejak Sajak Salamah | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com