“Mengapa
beberapa ayat dalam Al-quran, kata ganti asma Allah sering menggunakan kata Nahnu (kami)? Bukankah kata “Nahnu” menunjukkan arti jamak? Apakah tidak terkesan bahwa
Allah itu berjumlah banyak?
Jawaban:
Tidak!
Itu merupakan suatu pengertian yang salah kaprah.
Menurut
Ustadzah Dzirwatul, Al-quran merupakan pusat dari sastranya bahasa Arab. Al-quran
merupakan firman-firman Allah yang banyak menggunakan kata-kata sastra di
dalamnya, dalam ilmu nahwu itu dinamakan “Ilmu Balaghoh”,
suatu ilmu yang menjelaskan tentang berbagai macam majas.
Domir
“Nahnu” di dalam Al-quran sendiri untuk
memaknainya bergantung pada konteks ayatnya. “Nahnu”
dalam Al-quran menunjukkan konsep Hablumminannas atau hubungan Allah kepada manusia.
Kata “Nahnu” merupakan Majas Mursal.
Contohnya
“rezeki”, Allah menurunkan rezeki kepada setiap manusia tidak langsung ke
manusia, tetapi melewati perantara yaitu satu orang ke orang lain. Misalnya
pedagang, dia mendapat rezeki dari siapa? Dari Allah swt tentunya, tetapi ada
perantaranya yaitu pembeli.
Disini
sudah jelas bahwa kata “Nahnu” dalam Al-qur’an
bukan semata-mata berarti “jamak” atau memiliki arti bahwa Allah itu lebih dari
satu, tetapi kata kami mempunyai arti bahwa Allah itu memiliki kuasa atas
segala sesuatu yang ada di dunia ini, bahwa Allah itu bersifat Qudroh
yaitu “kuasa”. Bukan berarti Allah lemah atau Allah membutuhkan bantuan orang
lain, tetapi Allah berkuasa untuk memberikan kesempatan kepada setiap manusia
agar melakukan perbuatan baik. Agar mereka saling berinteraksi antara satu
dengan yang lainnya. (Khamerer Nebti)
#Sumber Buletin Embun PP. Durrotu Ahlissunnah Waljamaah, situs resmi http://durrotuaswaja.com/
0 komentar:
Posting Komentar