Read More

Slide 1 Title Here

Slide 1 Description Here
Read More

Slide 2 Title Here

Slide 2 Description Here
Read More

Slide 3 Title Here

Slide 3 Description Here
Read More

Slide 4 Title Here

Slide 4 Description Here
Read More

Slide 5 Title Here

Slide 5 Description Here

Selasa, 29 April 2014

Benarkah kita seorang mukmin?


اِنَّ صَلاَ تِى وَنُسُكِى وَمَحْيَايَ وَمَمَا تَى الِلهِ رَبِّ العَا لَمِيْنَ
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah semata

Kalimat itu selalu kita ucapkan ketika membaca doa iftitah dalam tiap sholat kita. Namun benarkah kita sudah melakukannya dengan sempurna? Shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah semata? Yakinkah kita bahwa tak pernah sedikitpun sholat atau ibadah kita karena selain Allah? Di anggap taat agama dengan calon mertua mungkin? Yakinkah kita bahwa setiap sholat yang kita kerjakan semata karena Allah? Entahlah, hanya hati kita sendiri yang tau.

Ustadazah Muna dalam ta’lim berkata, “Sesungguhnya mukmin (orang yang beriman) hakiki adalah ia yang tidak pernah berbohong.”

Pernahkah kita berbohong? Mungkin iya tanpa kita sadari. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, dan mengistiqohmahkan kita dalam jalan kebaikan. Aamiin.
Read More

Senin, 28 April 2014

Rufaidah, Teladan Juru Rawat Islam

Rufaidah, Teladan Juru Rawat Islam

Buku ini mengisahkan tentang sosok wanita bernama Rufaidah. Seorang perawat muslim pertama di zamannya. Nama lengkapnya adalah Rufaidah Binti Sa’ad al-Aslamiyah. Berasal dari bani (marga) Aslam, salah satu dari suku Khazraj di Madinah. Ia dilahirkan di Yastrib kota yang sekarang dikenal dengan Madinah al-Munawwarah. Tumbuh di sana sebelum Nabi Muhammad hijrah dengan membawa agama Islam Rahmatallil alamiin. Ia termasuk kelompok di antara para muslim pertama dari Bani Aslam. Ketika agama islam menyelimuti Madinah, Rufaidah berkonsentrasi pada pekerjaan paramedik (keperawatan) yang di warisinya dari para leluhurnya. Sebagai perawat muslim yang taat, ia kemudian merubah sistem keperawatan jahiliyah dengan sistem keperawatan islami. Tidak ada lagi dupa. Tidak ada lagi sesaji. Tidak ada khamar. Tidak ada lagi patung dewa. Tidak ada lagi ramal-meramal. Cara menengani pasien di sesuaikan dengan ajaran Islam. Ruangannya pun di buat selalu dalam keadaan suci. Ia melayani pasien dengan penuh cinta, kesabaran, dan keihklasan. Rufaidah, ialah teladan perawat muslim.
Rufaidah bukan sosok fiktif, ia adalah sosok nyata. Seorang sejarawan andal Ibnu Kasir dalam karyanya yang berjudul Usud al-Gabah jilid VIII halaman 110 mengungkapkan, “Ia mencurahkan seluruh jiwanya untuk memberikan pelayanan kepada orang yang kehilangan; yakni setiap orang yang membutuhkan pertolongan dan bantuan, seperti fakir miskin, anak yatim, serta orang yang tidak mampu bekerja.”
Masa abad ke-7, di mana Rufaidah hidup perkembangan pengobatan di Arab sebenarnya tidak berbeda jauh dengan pengobatan di negara lainnya. Ibnu ‘Usaibah menyatakan dalam karyanya yang berjudul Tabaqot al-Atba bahwa para tabib bangsa Arab yang bernama al-Haris ibnu kaladah yang memeluk islam pada masa tuanya adalah alumnus sekolah kedokteran di Jundisafur dan ia memperoleh tempat tersendiri dalam disiplin ilmu keodokteran. Disamping itu istilah pengobatan juga sering di sebutkan dalam beberapa hadis nabi, seperti istilah al-Huluq al-Hindi, Kadilun, as-Sana, al-Marzan Jusy, ‘Irqu al-Kalbah dll. Kehidupan Rufaidah sesungguhnya hanya berpangkal pada hadis Nabi Muhammad Saw yang mengisyaratkan perannya dalam perang ahzab; yakni pada saat salah seorang sahabat yakni Sa’ad ibnu Mu’az terluka. Ketika itu Nabi memerintahkan agar Sa’ad di bawa ke tenda Rufaidah untuk dirawat sampai sembuh.
Sebenarnya karya ini merupakan versi novel dari karya aslinya yaitu pementasan drama. Tidak semua tokoh dalam cerita ini nyata, beberapa ada yang fiktif demi mendukung jalannya cerita. Beberapa tokoh rekaan tersebut adalah zhalim ibn Gawi/Rasyid ibn Hafs, khallad ibn al-Jamuh. Meski demikian hubungan peristiwa yang di alami para sahabat masih cukup relevan dengan fakta sejarah, mengingat mereka sama-sama mengalami perang tersebut.
Di kisahkan, pada zaman jahiliyah di negeri Arab terdapat banyak dukun sakti. Kepada merekalah masyarakat meminta kesembuhan dan pertolongan. Sedangkan dukun dukun itu sendiri meminta pada dewa-dewa mereka, Latta,Uzza,Atsaf, Na’ilah dan Gauts. Bani Aslam merupakan salah satu bani di Yastrib yang terkenal dengan kemampuan pengobatannya. Ialah Sa’ad al-Aslamiyah dan putrinya Rufaidah yang meneruskan pekerjaan leluhur mereka. Rufaidah begitu terampil mengobati dan merawat pasien-pasien yang datang. Suatu ketika tunangannya Abdullata pulang berdagang dari Mekah. Abdullata kemudain mengabarkan tentang agama baru yang ada di Mekah. Meski ia belum memeluk Islam. Abdullata mengungkapkan ketidak rasional ajaran leluhurnya tentang penyembahan berhala. Abdullata kemudian mengajak Rufaidah untuk mendengarkan syiar islam yang di suarakan oleh Mush’ab bin Umair. Mendengar pidato Mushab bergetarlah hati Abdullata dan Rufaidah. Mereka kemudian memutuskan untuk masuk islam. Sebelum Nabi hijrah ke Madinah, mereka berdua begitu semangat mensyiarkan islam. Berkoar-koar menyerukan islam merupakan rutinitas biasa bagi Abdullata. Hingga hal ini mengusik salah satu pemimpin-pemimpin kafir di Madinah.  Hingga mereka sepakat untuk membunuh Abdullata, pemuda yang berpengaruh dalam penyebaran islam. Menjelang kematian Abdullata, ia berwasiat kepada istrinya untuk meneruskan perjuangan menyebarkan agama Islam.
Islam datang membawa perubahan di Madinah. Perubahan mejuju sisi yang lebih baik. Kini Rufaidah tidak merawat di kuil yang kotor, beraroma busuk, dengan berhala di tengah ruangan. Kini Rufaidah merawat di dalam ruangan yang selalu dalam keadaan bersih, selalu mencuci tangan sebelum memeriksa kondisi pasien, mengobati dengan madu, melayani dengan keikhlasan dan nasehat yang baik.
Hari itu di alun-alun kota Madinah. Di dekat Masjid Nabawi serombongan perempuan sahabat nabi sedang bercakap-cakap penuh perhatian. Mereka sedang membicarakan tentang perang yang akan terjadi sebagai balasan kaum kafir atas kekalahan pada berang Badar. Perempuan sahabat nabi itu ingin turut serta berjihad. Sepakatlah mereka, mereka akan turut serta berjihad dengan cara merawat pasukan kaum muslimin. Rufaidah sebagai perawat islam pertama akan mengajari mereka ilmu tentang keperawatan. Rufaidah membagi perempuan sahabat nabi dalam beberapa kelompok dengan tugasnya masing. Genderang perang di tabuh. Perang terjadi dengan sengit. Beberapa pasukan muslim ada yang tidak mematuhi perintah nabi, membuat situasi menjadi sulit bagi kaum muslimin. Beberapa tentara ada yang kecut dan hendak melarikan diri. Banyak korban berjatuhan. Dalam kondisi mendesak tersebutlah kelompok perempuan sahabat nabi yang berada di garis terdepan peperangan yang bertugas melindungai Rosullullah dan para panglima harus turun tangan melindungi Rosul agar jangan sampai terluka walau segorespun. Bahkan keberanian mereka mendapatkan pengakuan sendiri dari Rosul.
Di suatu malam yang mulia ketika Rufaidah dan wanita sahabat Rosul sedang berjaga. Rosullullah datang mendekat, Rosul kemudian mengeluarkan sebuah kalung dan memakaikn kalung itu dengan tangannya yang suci di leher Rufaidah seraya berkata, “Barangsiapa mengunjungi orang sakit Allah akan menaunginya dengan 65.000 malaikat. Maka tidaklah ia melangkahkan kakinya kecuali di catat satu kebaikan. Dan tidak pula ia meletakkan telapak kakinya kembali kecuali di hapus kejelekannya, di angkat derjatnya hingga ia duduk di tempat duduknya. Jika ia duduk di samping si sakit, niscaya rahmat Allah akan meliputinya. Hal itu berlangsung terus menerus sampai ia kembali ke rumahnya.”
Seperti telah di jelaskan di atas bahwa penulisan novel ini berdasarkan naskah drama. Maka jangan heran jika bahasa awal tiap bab sangat identik dengan naskah drama. Meski begitu tatap tidak dapat mengurangi amanat yang ingin di sampaikan penulis.
Rufaidah adalah sosok teladan perawat islam. Setiap perilakunya di dasarkan pada ajaran nabi. Ia selalu sabar, ikhlas, telaten, dan berutur kata yang baik kepada setiap pasiennya. Sesuatu yang jarang kita temui pada diri perawat masa kini.

Judul Buku              : Rufaidah
Penulis                     : Ahmad Syauqi al-Fanjari
Penerjemah              : M. Halabi Hamdy
Penerbit                   : Navila
Tebal                        : xxii + 194 halaman
Cetakan                   : 1
Tahun                       : 2010

ISBN                       : 978-979-3065-52-6
Read More

Minggu, 27 April 2014

Siaran Jumat Kliwon

Menulis cerita horor?
Emm, baru pertama kali sih membuat namun tidak mengecewakan banget. Karena Alhamdulillah, lolos menjadi kontributor dalam even horor profesi yang diadakan oleh unsa.

Read More

Paket Alternatif menuju Cita-cita

Sebagai seorang mahasiswa jurusan pendidikan luar sekolah, saya merasa prihatin dengan kondisi pendidikan saat ini. Terutama perhatian yang diberikan pemerintah terhadap pendidikan nonformal. Meskipun dalam UU No 20 tahun 2003 sudah dijelaskan bahwa Indonesia mengakui tiga jalur pendidikan. Yaitu pendidikan formal, nonformal dan informal. Namun kenyataanya perhatian pemerintah baik pusat maupun daerah lebih condong pada pendidikan formal daripada dua jalur pendidikan lainnya. Banyak dari pegiat PNF mengeluhkan hal ini, meski begitu mereka tak menyerah untuk tetap mengabdikan dirinya. Saya berharap dengan pemberian perhatian yang sama dari pemerintah kepada ketiga jalur pendidikan tersebut akan mampu menyeimbangkan dan memajukan Indonesia. Indonesia dengan karakter Pancasila yang dimilikinya. Semoga pendidikan Indonesia lebih baik lagi.
Cerita ini aku persembahkan untuk warga belajar PNF. Tetap semangat dalam belajar.
Read More

Buruh Migran Penerjemah Kitab

Ini adalah kisah nyata, kisah ini terinpirasi dari sebuah berita yang saya baca di situs Nu online. Semoga tulisan ini dapat menginspirasi terutama bagi santri nadliyin..
Read More

Kuliah dan Mondok itulah Pilihan Hidupku ..

Hidup itu pilihan. Kita boleh memilih A juga boleh memlih B, tapi bagaimana jika aku memutuskan bahwa aku memilih A juga memilih B? Sulit memang, banyak konsekuensi-konsekuensi yang harus di hadapi.  Kuliah dan mondok. Itulah pilihanku.
“Hidup itu pilihan. Kamu pilih kuliah saja atau mondok saja. Tidak mungkin kamu bisa melakukan dua-duanya sekaligus, salah satu pasti ada yang dikorbankan. Kalau pengen mondok, nanti setelah lulus kuliah mondok 50 tahun lalu jadi pendakwah wanita. Daripada kamu kuliah malah ngantuk tidur terus sedangkan di pondok kepikiran kuliah. Enggak lulus-lulus 14 semester, kalau luluspun karena dapet kasihan dari dosen. Enggak mungkin mbak kamu bisa dapat dua-duanya, kamu mesti h pilih salah satu. Kuliah saja atau mondok saja. Kalau kamu memang pengen belajar agama, kamu seharsnya di IAIN aja bukannya di kampus ini. Saya tidak bilang kalau kamu mondok itu buruk, tidak itu adalah hal baik. Tapi hidup adalah pilihan mbak.”
Dadaku terasa sesak mendengar pernyataan itu keluar dari salah satu dosenku. Tak terasa air mata mulai merembes dari kedua mataku. Ingin aku menyanggah. Tapi urung kulakukan, nyatanya aku memang suka tidur di kelas dan itu tidak terbantahkan. Aku pun tak ingin masalah ini  menjadi runyam, apalagi aku dikira mahasiswa yang tidak sopan. Biarlah beliau dengan prinsipnya seperti itu dan aku dengan prinsipku seperti ini.
Ya hidup itu memang pilihan, dan salah satu dari pilihan hidupku adalah kuliah dan mondok. Memang tidak mudah, ini penuh dengan tantangan. Bagaimana aku dituntut untuk dapat membagi waktu antara tugas kuliah dan tugas pondok, bagaimana aku dituntut untuk prihatin dengan keadaan pondok, bagaimana aku dituntut untuk tetap amanah dalam mengemban tugas-tugas di pondok. Semunya penuh dengan tantangan dan pengorbanan.
Aku bahagia dapat merasakan nikmatnya di pondok pesantren. Alasan pertama karena mata pelajaran yang aku pelajari di pondok adalah tentang agama. Dimana ilmu agamalah yang wajib pertama kali di pelajari oleh setiap mu’min dan mu’minah. Terlebih ilmu fikih yang berkaitan dengan ibadah kita kepada Allah, selain ada ilmu bermuamalah juga. Pondok sebagai miniatur masyarakat yang memiliki beragam kompleksitas, disanalah aku belajar praktiknya langsung tidak secara teori seperti banyak yang di ajarkan di kampus. Entah dengan materi  teori humanistik, pendidikan multikultural, pendidikan orang dewasa, dll. Aku bersyukur meski aku terhitung kurang cepat dalam belajar, meski ini kali pertama aku mondok tak apa setidaknya Allah masih mengijinkanku mondok. Alasan kedua, aku percaya pada keberkahan yang Allah berikan kepadaku ketika aku di pondok. Sesuatu yang membuat apa yang aku miliki menjadi lebih baik dzahir maupun batin yang kadang sulit untuk di logika. Dengan kita mendapat barokah, hidup akan terasa aman, nyaman, semua di mudahkan Allah. Alasan ketiga, dengan aku mondok aku lebih dekat dengan kiai. Kiai tidak seperti dosen yang hanya menolong ketika bimbingan skripsi, menolong dalam memahami materi perkuliahan. Lebih dari itu kiai dengan ilmunya dengan keberkahannya, InsyaAllah beliau bisa menolong kita dari panasnya api neraka, menolong kita yang tersesat kebingungan di pada mahsyar, menolong kita ketika di hisab, menolong kita fitnah dunia dan fitnah kubur.
Hidup di dunia itu sementara, hanya mampir minum. Buat apa kita membanggakan kesuksesan kita dunia, apa kah sukses kita dunia akan menjamin sukses di akhirat nanti? Memangnya apa definisi sukses? Apakah dikatakan sukses jika kita bergelimang harta? Nyatanya manusia tidak pernah puas dengan apa yang telah dimilikinya. Sukses tidak selalu apa yang terlihat oleh mata. Sukses itu letaknya di hati, ketika kita bersyukur atas apa yang dimiliki saat itulah kita merasa sukses. Itu menurut saya.
Siang itu A3 206 menjadi saksi keteguhan hatiku. Aku ingin membuktikan bahwa meskipun aku mondok dan kuliah itu tidak akan menjadi penghalang bagiku untuk lulus tepat waktu dan lulus di waktu yang tepat, atas izin Allah atas Rahmat Allah bukan karena rasa iba dari dosen. Ilmu itu miliki Allah bukan milik dosen, dosen hanya salah satu penyampai ilmunya Allah.
Maka aku berdoa, “Ya Allah, Engkau tuhan yang maha mengetahui. Engkau Tuhan yang maha berkehendak. Ya Allah tiada Tuhan selain Engkau, hanya Engkaulah tempatku meminta. Ya Allah, berikanlah kepadaku ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat, luluskanlah aku tepat waktu dan di waktu yang tepat. Ya Allah berkahilah ilmuku, rizky ku, hartaku, dan hidupku. Ya Allah sesungguhnya Engkaulah Dzat yang maha melihat lagi maha mendengar. Hanya kepada-Mu lah hamba berpasrah diri, hamba hanya memohon rahmat, rahim serta ridhomu. Aamiin.”
Semarang, 23 April 2014


Read More

Selasa, 22 April 2014

Surat Kepada Calon Presiden kami


BUKU TERBIT EVENT SURAT UNTUK CAPRESKU
mulai tanggal 10 April s/d 20 April 2014
========================================
Judul: Kepada Calon Presiden Kami
Penulis: Avet Batang Parana, Risty Arvel, Ocha Thalib,Nenny Makmun, Rutin SEI, Noor Salamah, dkk
Pemerhati Aksara: Risty Arvel
Pewajah Sampul: de A media kreatif
Penata Letak Isi: de A media kreatif
ISBN: 978-602-1203-41-5
=====================
HARGA
Asli: Rp 37,500,- (belum termasuk ongkir)
Kontributor: Rp 30,000,- (belum termasuk ongkir)
=====================

Read More

Antologi Puisi Cinta Dalam Hati

Harga : Rp. 42.000
Penerbit  : Mafazamedia
Read More

Antologi Cerpen JOSH #3


Rp. 48.000
Description your product.............
Judul: Jomblo Sampai Halal #3
Penulis: Kontributor Event
Ukuran: 14 x 21 cm
Genre: Kumpulan Cerpen
Read More

Kamis, 17 April 2014

Tafakur, Cara untuk Lebih Dekat dengan Allah

Kenapa sih berbuat baik itu susah banget?
Kenapa sih hati ini sulit diajak berkompromi?

Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin sering sekali kita alami. Inilah ciri bahwa kita telah mangalami krisis keimanan. Krisis keimanan disebabkan karena kita belum mengenal Allah. Lantas bagaimana caranya kita mengenal Allah? Sehingga kita dapat terbebas dari yang namanya krisis keimanan?

Iman itu sesuatu yang berkaitan dengan kayakinan di dalam hati terhadap sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh mata. Apa sesuatu yang yang tidak bisa dilihat tersebut? Ialah Tuhan kita pencipta kita yang maha sempurna, Allah Swt. Keimanan kepada Allah mendorong kita untuk berimanan kepada makhluknya seperti malaikat, Rosul, kitab, hari kiamat serta qodo dan qodar. Iman tidak saja diyakini dalam hati namun juga harus di ucapkan melalui lisan dan diaplikasikan melalui tindakan. Iman yang sempurna ada ketika kita sudah mengenal Allah. Dengan mengenal kita akan lebih dekat dengan Allah. Pertanyaanya, bagaimana cara kita mengenal Allah?
Tafakur, ya tafakur dapat mendekatkan kita dengan Allah. Tafakur merupakan proses perenungan. Tafakur bukan perenungan biasa, hal yang direnungkan berkaitan dengan hikmah dalam setiap penciptaan makhluk Allah sebagai bukti atas kebesaran Allah juga atas berbagai hal yang telah Allah tentukan di alam semesta ini.
Seperti firman Allah yang berbunyi



Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.(Al Qu’ran Surah Shaad Ayat 27 )
Tafakur tidak dilakukan sembarangan. Tafakur membutuhkan ilmu sebagai dasarnya. Itulah ilmu agama dimana setiap muslim dan muslimah wajiba untuk menuntut ilmu dari buaian hingga ke liang lahat.
***
Tulisan  yang saya tulis di atas merupakan review materi dalam majlis ta’lim binaan Syarifah Alina Al Munawar Semarang, bertempat di kediaman beliau di Srondol Timur Jalan Petrosari No. 26 setiap hari jum’at di minggu pertama dan minggu ke tiga pukul 10.00.
Semoga bermanfaat..


Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Follow

Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Jejak Sajak Salamah | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com