Simpanlah sebagian dari harta kamu untuk kebaikan masa depan kamu,
karena itu jauh lebih baik bagimu. (Hadis Riwayat Bukhari)
Menabung
adalah investasi masa depan. Investasi itu sendiri menurut kamus besar bahasa
Indonesia berarti, penanaman uang atau modal dl suatu perusahaan atau proyek
untuk tujuan memperoleh keuntungan. Maksudnya dengan kita menabung kita telah
menanam modal yang selanjutnya keuntungan dari modal itu akan kita petik di
masa depan. Dalam pepatah arab sering dikatakan, barang siapa menaman maka ia
akan memanen. Islam sebagai agama yang rahmatal lil alamin, mengatur
umatnya untuk tidak hidup boros juga tidak hidup pelit. Islam mengatur umatnya
agar hidup sederhana, Islam juga menganjurkan umatnya untuk menabung. Anjuran
ini tertuang dalam Al Qur’an dan hadis berikut ini:
1.
"Dan
janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (pelit) dan janganlah
kamu terlalu mengulurkannya (boros) karena itu kamu menjadi tercela dan
menyesal.” QS. Al Isra' (17) ayat 29
2.
“...Rasulullah saw pernah membeli kurma dari
Bani Nadhir dan menyimpannya untuk perbekalan setahun buat keluarga...” Hadis
Riwayat Bukhari
3.
“Simpanlah sebagian
dari harta kamu untuk kebaikan masa depan kamu, karena itu jauh lebih baik
bagimu.” Hadis Riwayat Bukhari
Al
Qur’an surat Al Isra’ diatas secara tersurat meminta umat untuk tidak berlsaya
pelit dan tidak pula berlsaya boros, secara tersirat dapat dipahami bahwa umat
diminta berada ditengah-tengah diantara kedunya, atau dalam artian sederhana.
Kesederhanaan ini bisa terbentuk apabila umat mencukupi kebutuhannya bukan
memuaskan hawa nafsunya. Salah satu bentuk perilsaya hidup sederhana itu adalah
dengan cara menabung seperti yang sudah dicontohkan oleh Rosulullah dalam
sebuah hadis riwayat Imam Bukhari tersebut.
Apakah
benar menabung itu investasi masa depan? Saya jawab dengan yakin iya. Karena
saya sudah membuktikannya sendiri, kisah ini tentang laptop putih pertama yang
saya beli, sebut ia Si Putih. Sebagian uang pembelian ini saya dapatkan dari
hasil menabung sejak SD, sebuah proses menabung yang penuh lika-liku dan Ia
bermula dari sebuah celengan bebek berwarna hijau. Berikut kisahnya.
Hidup
dalam keluarga sederhana, membuat saya terbiasa hidup prihatin. Bapak hanya
buruh mebel tukang amplas dan plitur, Ibu dagang warung kecil-kecilan. Memiliki
anak banyak yang masih kecil-kecil membuat Bapak dan Ibu tidak terbiasa
memanjakan kami. Saya sendiri adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara, dan saya
adalah anak perempuan satu-satunya. Meski boleh dibilang rasa sayang mereka
kapada saya lebih besar, tidak lantas membuat saya dimanja.
Saya
masih ingat ketika dulu masih kecil sekali, saya menginginkan sebuah mainan
boneka barbie dan pasar-pasaran. Saat itu ibu tidak punya uang, dan
hanya menjawab, “Engko ya Nduk Ibu tumbaske nek wes ana duit.” Mendengar
itu saya hanya diam, berjalan kembali mengikuti Ibu disisinya. Sejak itu saya
ingin memiliki sebuah celengan, ya celengan untuk tempat saya menyimpan sisa
uang jajan. Saat itu saya pergi kepasar bersama ibu, sedikit berbisik pada ibu
bahwa saya ingin dibelikan celengan. Langkah kami pun menuju blok penjual
plastik-plastik, saya melihat sebuah celengan berbentuk bebek berwarna hijau
toska. Ukurannya tidak kecil juga tidak terlalu besar. Saya lupa harga pastinya
berapa, mungkin sekitar Rp. 2.500,- dengan hati riang gembira saya meneteng
celengan baru menuju rumah. Sepanjang perjalanan dalam becak, saya membayangkan
betapa asyiknya melihat perut si bebek hijau penuh dengan uang receh. Suaranya
yang nyaring dan berat ketika di goyang membuat semangat untuk menabung saya
semakin tinggi.
Saya
masih ingat saat SD uang saku saya hanya Rp. 500,- biasanya seratus untuk beli
minum es teh satu plastik kecil dan Rp. 250 untuk makan kecil ketika istirahat.
Jarang uang saku saya itu kurang, seringnya lebih. Jajan di rumahpun saya tidak
perlu mengambil dari uang saku, cukup ambil jajan di warung atau minta uang ke
Ibu. Dari sisa-sisa uang saku itulah saya kemudian menabung, sedikit demi
sedikit uang koin saya masukkan ke lubang si bebek hijau. Seringkali saya intip
lubang si bebek atau saya kocok-kocok perutnya hanya untuk mendengarkan
bunyinya yang berat. Momen yang paling saya suka adalah ketika lebaran, rasanya
ketika lebaran rejeki saya begitu banyak. Maklum saya anak paling kecil,
perempuan satu-satunya, dan memiliki saudara banyak tak jarang mereka begitu
dermawan dengan sedikit membagi rizkinya kepad saya. Alhamdulillah. Mulai dari
Rp. 2000, Rp. 5000, hingga Rp. 20000 saya masukkan ke perut si bebek hijau. Memang
tak jarang pula, saya mecukil lubang si bebek hijau untuk mengambil uang ketika
saya membutuhkan sesuatu, entah mainan, jajan atau baju. Saya merasa lebih aman
ketika saya memiliki cadangan uang hasil tabungan saya itu. Tak jarang pula
kakak dan ibu saya meminjam uang kepad saya. Hingga saya harus merelakan
membedah perut si bebek hijau.
Memasuki
SMP saya sempat tidak istiqomah menabung lagi. Namun Alhamdulillah, Allah masih
menyadarkanku dan mengembalikanku ke jalan yang benar. Ketika saya SMP kelas 1
semester 2, ada sebuah bank kecil di dekat rumah yang baru berdiri, namanya BMT
Artha Abadi. Maka saya putuskan kembali menabung, dengan target minimal
perminggu saya menabung Rp. 5000. Bersama Ibu, kami menjadi nasabah di sana.
Kadang pergi berdua, kadang saya berangkat sendiri entah dengan menaiki sepeda
atau dengan jalan kaki. Jadwal rutin saya ke bank biasanya hari Kamis, pulau
sekolah mampir ke bank. Kadang ketika ibu memint saya menabungkan uangnya
sementara saya sedang tidak punya uang, ibu berbaik hati memberi uang untuk saya
tabungkan di rekening saya sendiri. Saat SMP uang saku saya Rp. 2000, biasanya hanya terpakai di Rp. 1000,
untuk beli minum dan jajan.
Entah
sudah berapa saldoku dulu tapi yang pasti saldo segitu bagiku sudah sangat
banyak. Sepertinya pernah mencapai Rp. 500.000. rencananya uang itu akan saya
pergunakan untuk membeli sepeda sebagai pengganti seped saya yang sudah butut
dan berkarat, tapi saya harus merelakan uang itu untuk dipergunakan kakak saya
yang lebih membutuhkan. Saat itu kakak saya yang kelima namanya Mas Syukron,
sedang menempuh S1 Akutansi di Unnes semester tua, mungkin tujuh. Waktu itu ia
sangat membutuhkan komputer dan printer. Keluarga pun bermusyawarah, dan
memutuskan mengambil uang tabungan, meminjam uang kesana kemari termasuk
tabungan saya. Alhamdulillah akhirnya bisa terbeli juga komputer dengan
seperangkat alat pendukungnya. Saya turut bahagia. Mas Syukron wisuda bulan
November 2008, satu bulan setelah Bapak meninggal dunia dan saya lulus SMP
bulan Mei 2009. Sedikit menyingung soal
sepeda yang tidak jadi terbeli dengan uang tabungan saya, saya justru
mendapatkan sepeda baru atas wasiat Bapak yang meminta keluarga segera membelikan
saya sepeda dengan uang zakat. Saya ingat itu hanya beberapa hari sebelum Bapak
meninggal, hari itu hari minggu hanya ada satu toko sepedadi kota yang buka
kebetulan juga masih libur lebaran. Saya pun memilih sebuah sepeda polygon
berwarna biru, dan sepeda itu pun menjadi kenang-kenangan terakhir dari bapak
kepad saya sebelum ia pergi.
SMK saya
justru kurang bisa mengistiqohkan menabung, meski uang sakuku bertambah menjadi
Rp. 5000, tapi rasanya kebutuhan juga bertambah. Saya mulai mengenal pulsa,
pembersih muka, handbody, dll. Perjalananku ke sekolah pun kini tidak lagi
jalan kaki atau bersepeda, tapi naik bus otomatis kebutuhan juga bertambah.
Kesibukan di sekolah maupun di luar sekolah juga semakin menyulitkanku untuk
datang ke bank. Meski begitu saya berusaha masih menyempatkan untuk menabung di
bank. Sedikit demi sedikit. Saldo pun bertambah.
Lulus
dari SMK Islam Jurusan Multimedia, hanya ada dua keinginan saya, kuliah dan
mondok atau mondok saja. Alhamdulillah, Allah mengijinkan saya kuliah dan
mondok di Semarang. Tepatnya S1 Pendidikan Nonformal Universitas Negeri
Semarang dan mondok di Pondok Pesantren Durrotu Ahlissunnah Waljama’ah. Alhamdulillah
pula keluarga tidak harus memikirkan biaya pendidikan karena saya berkesempatan
memperoleh Beasiswa Bidikmisi dari pemerintah. Sebuah anugrah dan kenikmatan
tak terkira ketika saya dinyatakan diterima sebagai penerima beasiswa.
Mengetahui itu, Mas Syukron langsung menyarankan saya untuk membeli laptop. Ya
laptop memang sebuah kebutuhan dalam dunia kampus, banyak tugas-tugas kuliah
yang harus diselesaikan dengan laptop. Saya sepakat dengan usulnya, saya pun
melihat saldo di tabunganku tak banyak hanya ada sekitar Rp. 600.000,-an.
Kesedihan datang menghinggapiku tiba-tiba, uangku tak cukup, batinku.
Saya
teringat soal uang tabungan saya dulu yang katanya dipinjam Mas Syukron, meski
berat dan sungkan untuk bertanya, toh saya beranikan bertanya pula soal uang
itu. Barangkali uang itu bisa membantu menutupi kekurangan membeli laptop.
Alhamdulillah, berkat pengertian Mas Syukron dibantu Ibu dan Mas Mansur (kakak
pertama saya) akhirnya bisa terbeli juga laptop pertama saya. Warnanya putih,
merknya Asus, ukuran 14 inchi, tepatnya Asus X401U. Sebuah slimbook, dengan
processor AMD C-60 APU with Radeon(tm) HD Grapihics. RAM
2,00 GB, system type 32-bit operating system. Dengan tanpa dvd player
karena ASUS X401U memang slimbook, harga belinya tak sampai tiga juta.
Sebenarnya
ASUS X401U bukan incaran pertama, tapi dengan pertimbangan harga, stok barang
dan kebutuhan desain grafis Mas Syukron kemudian membelikan saya ASUS X401U
saja. Kenyatannya ASUS X401U cukup tangguh jika saya gunakan untuk desain
grafis, meneruskan hobi saya yang suka mengutak atik corel, photoshop dan
ulead. Si putih begitu panggilan romantisku kepada ASUS X401U, begitu setia
menemani menggapai cita-cita saya. Bergadang malam-malam untuk merampungkan
sebuah tulisan/naskah. Si putih yang sudah tiga terakhir menamaniku, selalu
mengingatkanku bahwa menabung itu penting.
Kisah
saya tentang Si Putih dari Bebek Hjau itu membuat semakin jelas bahwa menabung itu
penting. Menabung sendiri adalah perbuatan yang sangat dianjurkan Islam. Maka
jangan berpikir terlalu lama, mulailah menabung. Sedikit berbagi saya punya
tips untuk memperoleh hasil yang maksimal ketika menabung laksanakanlah 3M ini:
1.
Mau: mau dalam
artian kuatkan komiten dan tekad untuk menabung serta tau orientasi (tujuan)
menabung. Tanamkan pada diri sendiri motivasi menabung, saperti dengan cara
menulis dalam sebuah kertas tulisan. “SAYA AKAN ISTIQOMAH MENABUNG. Karena
dengan menabung saya akan bisa membeli ..... (tulis apa saja yang diinginkan
dari hasil tabungan) atau tidak perlu ditulispun asal sudah termindset di otak
kita seperti itu tak masalah.
2.
Mampu:
kemampuan keuangan tiap orang tentu berbeda-beda, maka kita harus punya target
dalam kurun waktu tertentu minimal kita harus menabung berapa sesuaikan dengan
kemampuan dan harus rasional.
3.
Menyempatkan:
seringkali kita ada uang, ingin menabung dan malas keluar rumah untuk pergi ke
bank. Dengan membuat jadwal rutin ke bank, kita akan terbiasa disiplin pergi ke
bank untuk menabung. Atau bisa juga memanfaatkan jasa penjemputan uang bank,
tentu kita akan sungkan jika petugas datang tapi kita tidak menabung.
Ingat menabung adalah investasi masa
depan, jangan sia-siakan waktu dan uangmu kini secara tidak bijaksana jika
kelak kau tidak ingin masuk dalam golongan orang yang menyesal. Maka mulailah
menabung.
***
Nama : Noor Salamah
Alamat : Jalan H.M Syahid No.
11 Rt 03 Rw V Panggang Jepara
Pendidikan : Mahasiswa S1 Semester 6 Prodi Pendidikan
Nonformal Universitas Negeri semarang, sekaligus santri di Pondok Pesantren
Durrotu Ahlissunnah Waljama’ah.
Pekerjaan : Mahasiswa dan santri
Contak Person:
089668214948