Read More

Slide 1 Title Here

Slide 1 Description Here
Read More

Slide 2 Title Here

Slide 2 Description Here
Read More

Slide 3 Title Here

Slide 3 Description Here
Read More

Slide 4 Title Here

Slide 4 Description Here
Read More

Slide 5 Title Here

Slide 5 Description Here

Rabu, 26 November 2014

Catatn dari Darul Aitam

Darul Aitam (17/11), masih serangkain acara Majlis Rosulullah. Acara berlangsung dari pagi hingga siang. Acara ini diisi oleh Hubabah Nur, dan juga alumni Ponpes tarim.
-          Terdapat dua kewajiban yaitu kewajiban mualamah kepada Allah, dan juga muamalah kepada makhluk
-          Siapa yang jalannya menuju ilmu, maka akan dipermudah jalannya menuju surga
-          Ketika melihat ulama, pandanglah dengan baik, perbanyak niat yang baik
-          Ilmu dan amal adalah cara dekat dengan waliyullah
-          Jadikan ilmu seperti garam dan adabmu seperti tepung.
-          Niat itu tempatnya di hati. Melafalkan hukumnya sunnah. Dan niat itu mendahului amal.
-          Maksiat membuat ilmu menajdi susah masuk ke dalam hati
-          Bersyukur adalah cara untuk menjaga nikmat dari Allah
-          Dagangan akhirat adalah amal. Modal utamanya adalah waktu. dan hartanya adalah masa muda. Maka manfaatkanlah dengan baik.
-          Diantara tujuh golongan yang dilindungi kelak di akhirat adalah pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah
-          Dizikir adalah ibadah yang paling tinggi disisi Allah
-          Amal lebih utama daripada puasa sunnah, sholat sunnah, syuhada, sedekah, berdizikir
-          Ramaikanlah waktumu dengan berdizikir
-          Iman seperti bisa yang bisa berkarat, oleh karenanya harus diperbaharui dengan cara memperbanyak berdizikir
Dari Hubabah Khodijah, beliau merupakan besan dari Hubabah Nur, berasalah dari Abu Dhabi yang tak lain adalah muris dari Habib Ali.
-          Pergi ke majlis dengan niat ingin mengambil manfaat lantas mengamalkannya dapat membaut derajat menjadi naik
-          Salah satu perkumpulan/majlis yang penuh barokah adalah, perkumpulan di padang arafah, sholat jama’ah dan majlis ilmu
Ummu Muhammad, berasalah dari New Zeeland,
-          Kelak ketika tiba masanya, kuburan kita akan terbagi. Berkumpulnya waktu kita ketika maksiat, kosong, dan ketika taat. Ketika kita diperlihatkan saat dimana kita senantiasa taat, kita akan bahagia dan penuh dengan cahaya. Ketika diperlihatka, waktu kosong kita didunia, kita akan merasa penuh sesal dan sekeliling kita menjadi gelap. Sedangkan ketika diperlihatkan kepada kita saat dimana kita maksiat, kita akan menangis, dan sekeliling kita menjadi penuh api neraka.
-          Dikisahkan oleh beliau, bahwa Nabi Muhammad ketika duduk di majlis bisa taubat sampai 70x, karena sesunguhnya penyakit maksiat hanya bisa obati dengan banyak beristigfar.
n-anganBetapa ruginya manusia jika waktunya digunakan untuk berangan-angan serta menunda untuk taat.
Kebahagiaan terletak pada keterikatan kita dengan sang pencipta, Allah
 -          Ada tiga sayarat, wanita bolehmembuka mukakanya
1.       Janganlah berbdandan,, termasuk tanpa pacar, tanpa celak, tanpa cincin dsbg
2.       Bukan wanita yang cantik
3.       Yakin tidak dilihat oleh laki-laki
Hak suami atas istri hanya dua, yiatu
1.       Ketika suami minta jima’
2.       Tidak keluar dari rumah tanpa seijin suami
   
Read More

Wasiat Nabi saat haji wada’

Wasiat Nabi saat haji wada’
1.       Pegang sunnah Nabi dan Sahabat
2.       Berhati-hatilah pada ajaran/agama baru, sesungguhnya yang baru dan sesat itu membawa pada neraka. Adapaun cara untuk tahu benar tidaknya ajaran, maka carilah ulama yang sohih sanadnya
3.       Dengarkanlah seruannku, serta amalkan. Sesungguhnya semua manusia memiliki naluri untuk mengenal Allah. 
Read More

Catatan Dari Al Fakhriyah

Dalam serangkaianan acara Majlis Rosullah, rombongan kami mengikuti majlis di Ponpes Al Fakhriyah. Al Fakhriyah merupakan pondok pesantren asuhan Habib Novel Bin Salim Bin Jindan. Terletak di kota tengerang.
Ceramah di isi oleh Habib Umar Bin Hafidz, beberapa point dari ceramah beliau adalah
Jika kita memiliki masalah, membutuhkan pertimbangan dan ingin bermusyawarah. Maka temuilah orang yang senantiasa berdizikir.
Saat ini sebagian orang menghujat nabi, mengabaikan sunnahnya, mengabaikan seruannya. Padahal kelak ketika di akhirat nanti, semua orang memanggil Rosulullah untuk meminta syafaat.


Read More

Rabu, 19 November 2014

Catatan dari Cidodol #1

Tulisan ini adalah beberapa ilmu yang saya tangkap dari apa yang disampaikan oleh Habib Umar Bin Hafidz dalam acara Khaul Syech Abu Bakar Bin Salim Bin Abdullah atau yang lebih dikenal dengan nama Syeckbu pada hari 16 November 2014 di Cidodol Jakarta.

-          Orang yang arif adalah orang yang mengenal dirinya sendiri. Sedangkan orang yang jahil adalah orang yang tidak mengenal dirinya sendiri.
-          Dinyatakan perang dengan kepada Allah dan Rosul apabila;
1.       Melakukan praktek riba
2.       Memusi para wali
-          Dan sesungguhnya dosa terkecil dari riba sama dengan melakukan zina dengan ibu sendiri
-          Bidah yang paling besar adalah ketika mengatakan sesuatu yang kasar kepada waliyullah dan ketika menyampaikan sesuatu tanpa ilmu
-          Salat witir yang sempurna yaitu = 11 rekaat
-          Salat Dzuha yang sempurna adalah = 8 rekaat
-          Dengan salat dzuha 2 rekaat maka dapat menebus sedekah tubuh yang penuh dosa ini
-          Sesuap sedekah dapat menolak balak. Adapun balak tidak bisa mendahului sedekah.
-            
Read More

Niat Dalam Ta’lim/muta’allilm

Inna a’malu binniatSegala sesuatu berawal dari niat. Memang apa yang kita dapatkan sepadan dengan niat kita. Maka dari itu niat menjadi kunci pertama gerbang pembuka kita dalam beramal.
Tulisan ini merupakan beberapa ilmu yang saya dapat ketika pergi ke acara Pesantren Kilat bertempat di Gedung Darul Aitam Jalan Mas Mansyur Jakarta yang merupakan serangkaian acara Majlis Rosulullah.
Betapa pentingnya perihal niat tersebut, maka dalam ta’lim yang di isi oleh ustadzah Khalimah salah seorang alumnis Tarim Yaman menjelaskan bahwa ketika ta’lim/muta’allilm (belajar/mengajar) hendaklah kita niatkan untuk ;
1.       Mengambil/memberikan kemanfaatan
2.       Mengambil/memberikan peringatan
3.       Saling menganjurkan pada kebaikan
4.       Menunjukkan dalam kebenaran
5.       Mengharap ridlo Allah
6.       Mencari pahala disisi Allah
7.       Mencari kematian yang khusnul khotimah
8.       Mendekatkan diri kepada Allah
Begitulah yang saya tangkap dari dari pembahasan niat tersebut, semoga bermanfaat.
Read More

Rabu, 12 November 2014

Islam di Bumi Papua

Islam di Bumi Papua
oleh 
Musa

Islam di Papua adalah agama minoritas yang dipeluk oleh dari sekitar 16% menjadi 22% hasil sensus 2010 penduduk provinsi ini, dari keseluruhan 2.833.381 jiwa penduduk berdasarkan sensus tahun 2010. Mayoritas umat Islam tersebut adalah dari non-suku asli Papua (439.337 jiwa, atau 15.51%), sedangkan sisanya adalah dari suku asli Papua(10.759 jiwa, atau 0.38%).
Bukti-bukti peninggalan sejarah mengenai agama Islam yang ada di pulau Papua ini, antara lain: (1) terdapat living monument yang berupa makanan Islam yang dikenal di masa lampau yang masih bertahan sampai hari ini di daerah Papua kuno di Desa Saonek, Lapintol, dan Beo di distrik Waigeo, (2) tradisi lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari mulut ke mulut tentang kehadiran Islam di Bumi Cendrawasih, (3) naskah-naskah dari masa Raja Ampat dan teks kuno lainnya yang berada di beberapa masjid kuno, (4) di Fakfak, Papua Barat dapat ditemukan delapan manuskrip kuno berhuruf Arab. Lima manuskrip berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda-beda, yang terbesar berukuran kurang lebih 50 x 40 cm, yang berupa mushaf Alquran yang ditulis dengan tulisan tangan di atas kulit kayu dan dirangkai menjadi kitab. Sedangkan keempat kitab lainnya, yang salah satunya bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadis, ilmu Tauhid, dan kumpulan doa. Kelima kitab tersebut diyakini masuk pada tahun 1214 dibawa oleh Syekh Iskandarsyah dari kerajaan Samudra Pasai yang datang menyertai ekspedisi kerajaannya ke wilayah timur. Mereka masuk melalui Mes, ibukota Teluk Patipi saat itu. Sedangkan ketiga kitab lainnya ditulis di atas daun koba-koba, Pohon khas Papua yang mulai langka saat ini.
Tulisan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari bambu. Sekilas bentuknya mirip dengan manuskrip yang ditulis di atas daun lontar yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia Timur. Masjid Patimburak yang didirikan di tepi Teluk Kokas, distrik Kokas, Fakfak yang dibangun oleh Raja Wertuer I yang memiliki nama kecil Semempe.
Pengaruh Islam terhadap penduduk Papua dalam hal kehidupan sosial budaya memperoleh warna baru, Islam mengisi suatu aspek kultural mereka, karena sasaran pertama Islam hanya tertuju kepada soal keimanan dan kebenaran tauhid saja, oleh karena itu pada masa dahulu perkembangan Islam sangatlah lamban selain dikarenakan pada saat itu tidak ada generasi penerus untuk terus mengeksiskan Islam di Pulau Papua, dan mereka pun tidak memiliki wadah yang bisa menampungnya.
Namun perkembangan Islam di Papua mulai berjalan marak dan dinamis sejak Irian Jaya berintegrasi ke Indonesia, pada saat ini mulai muncul pergerakan dakwah Islam, berbagai institusi atau individu-individu penduduk Papua sendiri atau yang berasal dari luar Papua yang telah mendorong proses penyebaran Islam yang cepat di seluruh kota-kota di Papua. Hadir pula organisasi keagamaan Islam di Papua, seperti MuhammadiyahNahdlatul UlamaLDII, dan pesantren-pesantren dengan tradisi ahlussunah waljama'ah. 


Read More

Memahami Surah Al-Kautsar Ayat 2

Memahami Surah
            Al-Kautsar Ayat 2

oleh Aimah


Di dalam surah Al-Kautsar ayat 2 Allah berfirman:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ.
Artinya: “Maka shalatlah engkau karena Tuhanmu dan berkurbanlah.”
Menurut sebagian ahli tafsir seperti Ikrimah, Mujahid, Qatadah, ‘Atha`, dan yang lainnya, النَّحْرُ dalam ayat di atas adalah menyembelih hewan kurban. Asy-Syinqithi dalam Adhwa`ul Bayan (3/470) menegaskan: “Tidak samar lagi bahwa …. menyembelih hewan kurban masuk dalam keumuman ayat وَانْحَرْ.” Perintah berkurban dalam Surah Al-Kautsar tersebut juga didukung dengan dalil lain, yaitu dalam surah Al-Hajj ayat 34-35 :
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ اْلأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ. الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَالصَّابِرِينَ عَلَى مَا أَصَابَهُمْ وَالْمُقِيمِي الصَّلاَةِ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ.
Artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah). (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka.”
Sementara itu, Allah dalam menggandengkan ibadah berkurban dengan ibadah salat yang merupakan rukun Islam kedua. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah sebagaimana dalam Majmu’ Fatawa (16/531-532) ketika menafsirkan ayat kedua surah Al-Kautsar menguraikan: “Allah memerintahkan beliau untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu salat dan menyembelih kurban yang menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu’, merasa butuh kepada Allah, husnuzhan, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah, janji, perintah, serta keutamaan-Nya.”
Beliau mengatakan lagi: “Oleh sebab itulah, Allah menggandengkan keduanya dalam firman-Nya: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam’.” (Al-An’am: 162)

Jadi, salat dan menyembelih kurban adalah ibadah paling utama yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Beliau juga menegaskan: “Ibadah harta benda yang paling mulia adalah menyembelih kurban, sedangkan ibadah badan yang paling utama adalah salat”. 
Read More

Meraih Asa dalam Fakir


Meraih Asa dalam Fakir

Oleh Mukhlisoh

Mentari senja telah kembali ke peraduan. Angin sepoi-sepoi mengelebat jilbab panjang hijau muda Aini. Kelelawar telah hidup, terbang bebas menikmati pekatnya malam. Sinar kecil berterbangan menghiasai malam penuh kabut dingin. Di sepertiga jalan seekor kucing menghambat kayuh semangatnya menggapai asa. Aini tarik pedal rem dengan sekuat tenaga agar kucing itu tak termakan ganasnya ban hitam sepeda tuanya.
Hidup dalam kekurangan, di lingkungan pedalaman, jauh dari kota metropolitan, fasilitas tradisional yang jadi jambalan sehari-hari membuatnya katro. Tapi baginya semua itu bukan penghalang yang berarti. Modal semangat mengayuh roda kehidupan agar senantiasa dalam posisi seimbang. Seimbang sebagai acuan agar senantiasa syukur pada posisi mana pun saat ini. Itu merawat hati agar senantiasa tenang. Meski IQ-nya tergolong rendah, ingatannya selambat sang siput, namun ia punya seonggok hobi yang membuatnya tetap berdiri. Dari hobi yang senantiasa ia istiqomahkan, ia kembangkan hingga menjadi potensi nan profesi yang menjanjikan, menuntun langkahnya menuju gerbang cahaya. Mengubah pesimis jadi optimis. Mengubah bahaya jadi kaya. Mengusung takut jadi salut. Mengangkat rasa jadi asa. Membumbung pinta jadi cita. Ia keMas modal itu dalam wadah tekad yang kuat. Meraih asa bersama imajinasi.
Buat apa kamu menulis semua ini. Buang-buang waktu saja. Apa yang akan  kau dapatkan, terpenuhi nafsumu? Kamu egois. Aini hanya mampu tertunduk mendapat hujaman pertanyaan yang begitu menyayat hati. Aini ingin menyela ucap Bapak, namun ia tak mampu. Tak sepantasnya anak membantah orang tua. Tapi untuk kali ini, pertanyaan Bapak terlalu merendahkan hobinya. Hobi yang diam-diam mampu membantu ekonomi keluarga. Bapak tidak mengerti. Uang lembaran dengan jumlah yang tak sedikit bagi keluarganya, adalah buah dari petikan hobinya. Aini hanya mampu menangis dalam diam. Aini tau Bapak ingin ia  menjadi wanita seperti teman sebayanya di desa. Berkubang dalam kepulan asap, mematangkan karbohidrat pembangkit tenaga, mengubah air mentah menjadi air minum yang sehat. Menjadi wanita yang nantinya hanya mengurus rumah tangga.
Aini mau menjadi yang bapak ingin, namun ia juga punya pilihan hidup yang ia kira bukan hal yang mendatangkan mudharat. Maaf Bapak, meski mulut Aini mengucap kata iya, tapi lakuku tak sejalan ucap yang telah terlontar. Mungkin Ai salah, tapi Aini yakin mampu mengubah hidup kita yang kelam. Ada Allah yang senantiasa menyaksikan usaha hamba-Nya. Aini menunduk setengah tersenyum. Berkata dalam hati penuh keyakinan. Aini melangkah mundur dalam jongkoknya. Meminta izin untuk melanjutkan pekerjaannya. MeMasak. Bapak hanya mengangguk dengan wajah kecewanya.
Gelapnya malam bersama lolongan anjing, dengkrikan jangkrik, dan suara angin yang sesekali terdengar karena hembusan kencangnya. Menyapu wajah Aini yang muram mengingat perkataan Bapak. Menggoyangkan bulu matanya yang lentik damar kanginan. Bibir tipisnya yang selalu menahan tangis kini mulai memerah akibat gigitan kepedihan. Aini duduk berpangku tangan merancang siasat agar mampu pergi ke kota lagi. Ia ingin kirimkan hasil karyanya ke majalah. Jam menunjukkan pukul 23.00 WIB. Saatnya untuk memejamkan mata, meninggalkan pikiran yang mengisi kepala, memanjakan diri dalam buaian jarik ungu lusuh. Berharap fajar ini ia mampu mengubah pengertian Bapak akan hobinya.
Aini ..., suara yang muncul dalam gelapnya ruang membuat badannya menggigil. Siapa kamu? Suaranya tetap menyebut Aini seakan takpeduli akan pertanyaannya. Kini tubuh Aini leMas, melihat sosok inspirasinya yang telah tiada. Zain. Ia menghadap Rab saat menjadi penulis ternama. Menurut banyak orang kematiannya adalah petaka dari goresan tintanya yang ditujukan untuk  pejabat dalam nuansa cerita yang begitu mengena. Aku tau kenapa Mas Zain bersama penanya merangkai kisah itu. Mas Zain ingin perbuatan keji sang koruptor tak terulang kembali. Namun, oknum-oknum licik telah mengadu domba dengan seorang pejabat yang telah memakan harta rakyat. Aku tahu Mas Zain tak mungkin setega itu mengecam satu orang, menjatuhkan martabat, dan harga diri secara terang-terangan. Mas Zain hanya ingin menyuguhkan kisah banyak pejabat khilaf. Ia tak menyebut nama sang koruptor. Apa itu salah? Aku sungguh miris saat membaca surat terakhir Mas Zain. Ia ingin Aini menjadi penulis sepertinya yang berkarya bersama imajinasi, bertegur menasehati dengan kisah. Bukan menjatuhkan namun memberi pelajaran. Dari Mas Zain aku mulai hobi menulis, membaca perihal seluk beluk Indonesia. Aini ingin berpartisipasi untuk negeri dengan inspirasi hati dan ilmu yang digali. Seperti Mas Zain. Namun mimpinya terhalang kabut kecewa Bapak. Hawa dingin yang selalu dihembus kala kuucap kata “Bapak, Aini ingin jadi penulis. Aini terpukul mundur dengan terjangan penolakan Bapak atas cita-citanya. Aini ..., aku yakin kamu bisa. Buktikan pada Bapak, bahwa penulis adalah hal yang tak merugikan. Penulis adalah penjaga sejarah. Bukankah Bapak senang dengan orang-orang yang tak melupakan sejarah? Karena orang yang terarah adalah orang yang takpernah melupakan sejarah.
Mas Zain ..., bulir keringat mengalir deras menyusur pipi. Kerongkongan terasa kering dan kaku. Seluruh tubuh terasa linu. Sungguh terasa nyata perjumpaannya dengan Mas Zain. Aini turunkan kakinya menapak tanah dalam rumah. Mencari sepasang sandal alas kakinya. Melangkah menerjang kegelapan malam menuju kawah air suci. Menyucikan anggota badannya untuk berdialog dengan Allah.
***
Bapak tersenyum melihat Aini yang setia dengan peluh keringat membantu ibunya. Ibunya mengelus lembut jilbab yang membalut kepalanya. Semua terasa indah. Namun, gejolak jiwa masih terus membara. Kebimbangan untuk menggapai citanya semakin membuncah saat Mas Zain hadir dalam mimpinya. Ia baca basmallah mencoba meraih rida orang tuanya. Alhasil kekuatan basmallah meluluhkan hati.
Di bawah terik matahari, Aini menuntun sepeda tuanya menyusur jalan menuju kota. Di kotalah ia mampu merealisasikan mimpinya. Satu persatu karya ia kirimkan pada grup-grup kepenulisan. Takjarang yang taklolos hingga menghasilkan rupiah. Sering pula ia mendapat kecaman atas kritik yang ia olah dalam kisah-kisah. Namun semangatnya takgoyah. Dalam Masjid Jami’ ia berteduh. Merebahkan tubuh yang sehari penuh mengayuh sembari mengais inspirasi di bawah terik matahari. Binatang kecil yang terbang lalu hinggap hendak mencuri darah. Aini sadar meski ia hanya seekor hewan kecil, namun ciptaan Allah bukan hanya manusia. “Biarkan kita niatkan untuk berbagi. Aini berucap dalam hati.
Tak terasa matanya terpejam dalam keteduhan Masjid Jami’. Doa pengantar tidur membawanya dalam mimpi nan indah. Ia menemukan sebuah cahaya dalam gerbang sebuah gedung bercat silver dengan motif secarik kertas nan pena yang penuh cahaya. Hembusan angin sore yang begitu kencang membuatnya terjaga. Tanpa sengaja tangannya menyentuh secarik kertas undangan interview. Inilah makna mimpi barunya. (Mukhlisoh)


Read More

Kamis, 23 Oktober 2014

Wow Ternyata Saat Kia Tawaf Kita Sedang Memutari Pusat Bumi


Tawaf (طواف / thawaf) adalah suatu ritual mengelilingi Ka'bah (bangunan suci di Mekkah) sebanyak tujuh kali sebagai bagian pelaksanaan ibadah haji atau umrah. Tawaf merupakan rukun dan wajibnya haji.
Ternyata ada fakta unik di balik bangunan kubus ini
Saat jamaah haji/umrah sedang tawaf mereka tidak semata-mata mengelilingi kakbah namun juga mengeliligi pusat bumi.
Secara etimologis, Istilah Ka’bah (bahasa Al Quran) dari kata “ka’bu” yg berarti “mata kaki” atau tempat kaki berputar bergerak untuk melangkah. Ayat 5/6 dalam Al-quran menjelaskan istilah itu dengan “Ka’bain” yg berarti ‘dua mata kaki’ dan ayat 5/95-96 mengandung istilah ‘ka’bah’ yg artinya nyata “mata bumi” atau “sumbu bumi” atau kutub putaran utara bumi. 
Kita tentu tidak asing dengan seorang Astronot Amerika yang begitu terkenal karena ialah yang pertama kali mendaratkan kakinya di Bulan. Ya, Neil Amstrong. Neil Amstrong telah membuktikan bahwa kota Mekah adalah pusat dari planet Bumi. Ketika Neil Amstrong untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil gambar planet Bumi, dia berkata, “Planet Bumi ternyata menggantung di area yang sangat gelap, siapa yang menggantungnya ?.”
Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi.
Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka’Bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite ( tidak berujung ), hal ini terbuktikan ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus.

Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’Bah di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat. 
Prof. Hussain Kamel menemukan suatu fakta mengejutkan bahwa Makkah adalah pusat bumi. Pada mulanya ia meneliti suatu cara untuk menentukan arah kiblat di kota-kota besar di dunia.

Untuk tujuan ini, ia menarik garis-garis pada peta, dan sesudah itu ia mengamati dengan seksama posisi ketujuh benua terhadap Makkah dan jarak masing-masing. Ia memulai untuk menggambar garis-garis sejajar hanya untuk memudahkan proyeksi garis bujur dan garis lintang. 
Setelah dua tahun dari pekerjaan yang sulit dan berat itu, ia terbantu oleh program-program komputer untuk menentukan jarak-jarak yang benar dan variasi-variasi yang berbeda, serta banyak hal lainnya. Ia kagum dengan apa yang ditemukan, bahwa Makkah merupakan pusat bumi

Sudah sejak 1000 tahun terakhir, sejumlah matematikawan dan astronom Muslim seperti Biruni telah melakukan perhitungan yang tepat untuk menentukan arah kiblat dari berbagai tempat di dunia. Seluruhnya setuju bahwa setiap tahun ada dua hari dimana matahari berada tepat di atas Ka’bah, dan arah bayangan matahari dimanapun di dunia pasti mengarah ke Kiblat. Peristiwa tersebut terjadi setiap tanggal 28 Mei pukul 9.18 GMT (16.18 WIB) dan 16 Juli jam 9.27 GMT (16.27 WIB) untuk tahun biasa. Sedang kalau tahun kabisat, tanggal tersebut dimajukan satu hari, dengan jam yang sama.
Tentu saja pada waktu tersebut hanya separuh dari bumi yang mendapat sinar matahari. Selain itu terdapat 2 hari lain dimana matahari tepat di “balik” Ka’bah (antipoda), dimana bayangan matahari pada waktu tersebut juga mengarah ke Ka’bah. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 28 November 21.09 GMT (4.09 WIB) dan 16 Januari jam 21.29 GMT (4.29 WIB).
Allah berfirman di dalam al-Qur’an al-Karim sebagai berikut:
‘Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya..’ (asy-Syura: 7)

Kata ‘Ummul Qura’ berarti induk bagi kota-kota lain, dan kota-kota di sekelilingnya menunjukkan Makkah adalah pusat bagi kota-kota lain, dan yang lain hanyalah berada di sekelilingnya. Lebih dari itu, kata ummu (ibu) mempunyai arti yang penting di dalam kultur Islam.

Sebagaimana seorang ibu adalah sumber dari keturunan, maka Makkah juga merupakan sumber dari semua negeri lain, sebagaimana dijelaskan pada awal kajian ini. Selain itu, kata ‘ibu’ memberi Makkah keunggulan di atas semua kota lain. 
Sekian, semoga tulisan ini bermanfaat menjadikan kita selalu ingat akan kebenaran dan kekuasaan Allah Swt J
Sumber :

Read More

Tahun Baru Islam Milik Semua


Wacana tanggal 1 Muharram menjadi Hari Santri Nasional mulai mencuat kepermukaan menjelang pemilihan presiden republik Indonesia tahun 2014. Saat itu calon presiden nomor urut dua, Bapak Joko Wododo (Jokowi) dalam kampanyenya menjanjikan bahwa tanggal satu Muharram akan ditetapkan menjadi hari Santri Nasional.

Menanggapi wacana ini, agaknya kita perlu mencermati sejak kapan isu ini ada, alasan, tujuan, dan dampak (manfaat-mudhorot)-nya.. Isu penetatapan hari santri nasional sebenarnya sudah ada sejak tahun 2010. Namun isu ini kembali digagas oleh Gus Thoriq pengasuh PP. Babussalam Magelang ketika bertemu dengan Jokowi pada Jumat, 27 Juni 2014.  Alasannya tanggal 1 Muharram adalah momentum yang tepat untuk berkaca diri dalam mencari identititas sosial seseorang. Tahun baru pada kalender Islam itu, seyogjanya bisa menjadikan spirit dan membawa perubahan yang sangat besar dalam penyebaran Agama Islam. Bukan tahun baru Masehi sebenarnya yang perlu dirayakan besar-besaran. Namun, sebagai orang Islam, 1 Muharram adalah cerminan betapa hari-hari besar Islam saat ini masih banyak yang terlupakan begitu saja. Sedangkan kalangan yang tidak setuju seperti Guz Aiz (Pimpinan Pusat Pencak Silat Nadlatul Ulama) dan KH. Syukron Ma'mun beralasan penetapan hari santri pada tanggal 1 Muharram tidak berdasarkan pada sejarah pondok pesantren dan berpotensi menimbulkan pertikaian serta memecah belah umat Islam.
Tujuan yang dirumuskan Gus Toriq lebih mengedepankan refleksi santri sehingga tidak lupa pada jati dirinnya sebagi santri. Maka perlu dipikirkan kembali pemilihan penetapan hari santri nasional karena kurang tepat jika memilih tanggal 1 Muharram. Mengapa demikian? 1 Muharram adalah tahun baru Islam. Islam tidak saja milik kaum santri. Penetapan 1 Muharram sebagai hari santri nasional agaknya dapat menimbulkan perpecahan. Bagaimana dengan mereka yang beragama Islam tapi bukan santri? Apakah masih boleh merayakan tahun baru Islam di Indonesia. Karena dengan ketetapan seperti itu memunculkan sebuah persepsi bahwa Islam hanya milik kalangan santri. Padahal kan Islam Rahmatal Lilalamin. Jika memang sungguh perhatian pada kalangan santri dan berniat mengadakan penetapan hari santri nasional, lebih baik memilih waktu yang tidak berpotensi menimbulkan perpecahan umat dengan mempertimbangkan   sejarah berdirinya pondok pesantren di Indonesia.
Kita sebagai umat Islam, harus sadar betul bahwa kita hidup dalam lingkungan multikultural.  Jangan biarkan wacana ini memecah belah umat. Tetaplah hargai pendapat orang lain. Toh, seandainya pemerintah memang menaruh perhatian lebih besar kepada pondok pesantren ada hal yang lebih penting dari sekedar penetapan hari santri nasional yang lebih cenderung kepada formalitas dan seremonial belaka. Pondok  Pesantren merupakan lembaga pendidikan nonformal yang diakui dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003. Namun dalam beberapa hal terjadi dualisme kebijakan antara diknas dan depag. Hal ini perlu dibenahi. Output pesantren distandarisasikan dengan output pendidikan formal. Maka yang terjadi adalah pesantren menyesuaikan diri dengan menyamakan materinya dengan pendidikan formal atau lulusan pesantren harus mengikuti kejar paket. Dalam beberapa hal utamanya bagi pesantren salaf Kebijakan tersebut dapat mengurangi kekhasan dan jati diri pesantren  salaf itu sendiri. Ingat Pesantren adalah sistem nasional perguruan asli bangsa Indonesia (Ahmad Baso, disampaikan dalam diskusi di balai litbang kemenag Jakarta).


Read More

Kontribusi Ibadah Qurban Mengurangi Kesenjangan Sosial


Erang kesakitan sapi, kerbau dan kambing terdengar jelas hampir disetiap masjid di kota. Hewan-hewan Qurban yang telah disembelih itu lantas digantung untuk dikuliti, dipotong, dipilah, ditimbang dan dibungkus. Beratus-ratus daging berbungkus tas plastik hitam-putih bertumpuk di sudut lapangan masjid. Tiba-tiba seorang pengemis datang, ibu dengan bayi dalam gendongan datang meminta daging. Seorang ibu yang tengah membungkus daging tak cukup tega melihatnya lantas memberikannya sebungkus. Pengemis itu pergi. Tak lama datang tiga orang pengemis, lalu datang lagi lima, lalu datang lagi tujuh, hingga takmir masjid sibuk untuk menghalau datangnya para pengemis yang seolah tak pernah habis. Petugas yang jengkel itu akhirnya menutup akses menuju masjid untuk menghindari datangnya pengemis dadakan yang lebih banyak. Ada apa ini sebenarnya? Mengapa sampai demikian? Tiba-tiba saja ada begitu banyak pengemis dadakan? Benarkah tindakan petugas masjid itu untuk tidak memberikan daging bagi para pengemis?
Setiap tanggal 10 Dzulhijah, umat muslim dibelahan dunia manapun memperingatinya sebagai Hari Raya Idul Adha. Pada momen itu dilaksanakan pula suatu ibadah sesuai dengan perintah Allah dalam firman-Nya, “Sesunggguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni’mat yang banyak, maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkorbanlah….”. (QS. Al Kautsar [108]: 1-2).
Qurban yang sebenarnya adalah ibadah ghairu mahdhah, masih banyak dirasakan masyarakat muslim berorientasi kepada pahala semata. Sehingga melupakan dimensi ibadah yang berorientasi fungsional demi kemaslahatan kemanusiaan dan karakter ibadah (amal shalih), baik yang bersifat vertikal ataupun horizontal pada hakikatnya tidak semata berorientasi pahala. Akan tetapi lebih kepada sejauh mana ibadah itu memberikan konstribusi sosial-kemanusiaan.
Secara keuntungan ekonomis daging yang diberikan kepada sesama mungkin tidaklah berdampak besar. Berbeda dengan adanya zakat, infak, dan shodaqoh yang lebih berdampak pada aspek ekonomi. Labih dari itu dengan memberikan daging kepada yang berhak, timbul semacam perasaan emosional antara pemberi dan penerima. Penerima merasa bahwa keberadaanya masih dipedulikan oleh saudara sesama muslim yang kaya. Si miskin merasa tidak dihinakan, tidak dikucilkan namun si miskin merasa ia dengan ketidak mampuannya merupakan bagian tanggung jawab dari saudara muslim yang kaya. Secara serempak semua umat muslim merasakan makan enak, makan daging. Tak peduli kaya atau miskin. Bukankah itu adalah wujud dari pengurangan kesenjangan sosial? Hemm, betapa indahnya Islam dengan segala aturannya.
Momen Idul Adha juga tidak pernah lepas dari fenomena pengemis dadakan dan tindak kekerasan ketika pembagian daging. Tiba-tiba saja ada banyak sekali pengemis yang turun ke masjid, mushola bahkan rumah-rumah. Dari sebuah berita yang dilansir TRIBUNNEWS.COM, Pada 2012 misalnya, setelah tuntas ibadah Shalat Idul Adha di masjid Al-Akbar, sebanyak 40 pengemis dari Krian, Sidoarjo, berhasil mereka jaring dan bawa ke Liponsos. Berdasarkan data Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, dalam sehari, pengemis di Jakarta bisa mengantongi penghasilan sekitar Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta. Namun, untuk yang tingkat kasihannya standar berpenghasilan Rp 450 ribu hingga Rp 500 ribu (merdeka.com). mengherankan bukan? Untuk itulah kita perlu lebih berhati-hati ketika beramal. Bukannya berprasangka buruk, tapi waspada dan berdoa semoga amal kita tepat sasaran J
Berbicara mengenai qurban, benak kita pun tak lepas dari sebuah peristiwa yang sering terjadi di bumi Indonesia. korban luka bahkan tewas saat pembagian daging qurban kepada warga. Korban meninggal bernama Sukiyo, seorang kakek berusia 74 tahun. Ia menghembuskan nafas terakhirnya saat hendak mengantre pembagian daging hewan kurban di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat (liputan6.com).
Lantas bagaimana cara untuk menghindari jatuhnya korban saat pembagian daging qurban?
Mungkin alternatif solusi ini bisa dicoba,
1.      Panitia terlebih dahulu menyiapkan ruangan yang cukup.
2.      Setelah Persiapan pembagian qurban dimulai, panitia membuka pintu masjid seperti biasanya dan menyilakan para penerima qurban untuk menempatkan diri ruang majlis yang telah disediakan. Setiap yang datang duluan akan mempati shof yang terdepan agar manjadi lebih tertib maka yang paling belakang akan diisi oleh orang yang datang terlambat.
3.      Setelah teratur terbentuk shof baru diadakan acara pemberitahun tehnik pembagiannya dan selanjutnya bisa diisi siraman rohani kemudian jika sudah siap dibagi cara pembagiannya, yakni dengan cara menyilakan peserta untuk diam duduk manis di tempat dan panitia akan membagi secara berkeliling menghampiri peserta penerima satu peratu secara berkeliling mulai dari shof terdepan .
4.      Untuk menjaga pemerataan jatah qurban setiap peserta yang yang telah menerima qurban langsung menuju pintu keluar dan dipersilakan celup jari dengan tinta seperti sistim pemilu. Namun jika tidak memungkinkan acara celup tinta ini tidak perlu dilakukan namun bisa diganti dengan menerapkan pembagian kupon terlebih dahulu setelah peserta duduk tertib dan peserta akan dipersilakan duduk tenang menukarkan kupon tadi dengan daging qurban. (dikutip dari http://sosbud.kompasiana.com ditulis oleh Mohamad Ab)
Nah dengan begini insyaallah, ibadah qurban akan lebih bermakna sebagai ibadah sosial, kan tepat sasaran dan diberikan dengan cara yang baik tanpa ada yang terluka. (Noor Salamah)
Sumber :
diakses pada Jumat, 19 September 2014 pukul 23.30
2.      http://www.merdeka.com/jakarta/8-modus-sindikat-pengemis-tipu-warga-jakarta.html, diakses pada Jumat, 19 September 2014 pukul 23.30
3.      http://news.liputan6.com/read/721416/daging-kurban-makan-korban, diakses pada Jumat, 19 September 2014 pukul 23.30



Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Follow

Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Jejak Sajak Salamah | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com