Read More

Slide 1 Title Here

Slide 1 Description Here
Read More

Slide 2 Title Here

Slide 2 Description Here
Read More

Slide 3 Title Here

Slide 3 Description Here
Read More

Slide 4 Title Here

Slide 4 Description Here
Read More

Slide 5 Title Here

Slide 5 Description Here

Senin, 30 Desember 2013

Semburat Jingga di Hatinya

Alhamdulillah, cerpen ini lolos dalam ajang lomba "Sayembara,I will survive" yang diadakan oleh inspirasi.co dan agen bondan prakoso. Meski tidak masuk dalam karya terbaik dan banyak terkomentari, setidaknya masuk dalam kategori paling banyak di share di media sosial dengan hadiah kaset CD lagu I will survive dan ttd bondan asli. Alhamdulillah.
Read More

Jumat, 20 Desember 2013

Mumu Chan

Sebuah kreasi untuk memenuhi tugas ketika masih bersekolah di SMK Islam Jepara pada jurusan Multimedia. Meniru mimik expresi dikomik Sugar Pot yang aku pinjam di Perpusda. Mulailah aku berkarya, dan dnegan sedikit sentuhan photoshop, taraaaa ..







Read More

Ukiran motif Jepara

Teringat dulu ketika aku masih bersekolah di SMP N 5 Jepara, dimana disitu ada pelajaran ukir. Setiap pertemuan kami diminta untuk membuat gambar ukiran. dan inilah salu satu gambarku, yang kemudian aku warnai melalui Photoshope. Aku pikir ini adalah ukiran motif Jeprara :)


Read More

Minggu, 15 Desember 2013

Pesan dari Kaca Mata Pecah

Aku bukannya orang yang baik. Karena aku sering mengabaikan nikmat Allah, melalaikan kasih sayang Ibu, seringkali aku mengeluh ini itu. peristiwa pecahnya kacamataku pada tanggal 20 Februari menjadi teguran bagiku. Allah sedang menegurku. Aku semestinya tidak terbawa emosi menanggapi pernyataan ibu hingga aku berujar “Mungkin hal yang paling aku rindu adalah ziarah ke makam bapak.” Aku salah. Dari pernyataan ini aku mengisyaratkan bahwa aku tak merindukan orang lain termasuk ibu. Aku mengingkari nuraniku sendiri. Kenyataannya ketika aku marah, lalu ibu tidak tidur sekamar denganku aku rindu padanya aku menyesali kesalahannku. Tapi aku tak meminta maaf duluan, tapi aku tak mengawali obrolan duluan. Aku anak yang durhaka, anak yang jahat. Hanya karena ibu mengingatkanku pada dosa lamaku, maka aku marah. Semestinya aku lebih bisa bersabar, sadar diri mungkin karena ibu tidak tau. Sore itu aku menangis dalam kamar, hingga aku tanpa sengaja menginjak kaca mataku samapi pecah. Pecahnya kaca mataku, berakibat pada pengeluranku yangbesar di bulan ini. Biaya pondok, has, fotokopi buku ditambah kacamata. Uangku ludes. Tapi aku tidak mau meminta uang pada keluargaku, keluargaku sendiri sedang kesulitan dana karena masku akan menikah. Sampai saat ini dengan uang yang tersisa di dompetku apakah aku mampu pulang dengan biaya sendiri tanggal 20 nanti untuk menghadiri pernikahan masku ? entahlah akan seperti apa jadinya nanti, pokoknya aku sudah janji akan pulang. Aku yakin dengan cara-Nya Allah mencukupiku seperti dengan cara-Nya pula Allah menegurku.
Read More

Daun yang Gugur Selalu Melahirkan Daun yang Baru

Daun yang Gugur Selalu Melahirkan Daun yang Baru, merupakan sebuah karya yang pernah saya ikutkan dalam lomba kisah inspirasi yang diadakan oleh inspirasi.co. Namun ketika pada tanggal 15 Desember, saya membuka situs tersebut dan ternyata saya belum beruntung. Saya harus ikhlas. Saya percaya semua ini pasti ada hikmahnya. Walau disaat kondisi keuangan saya saat itu benar-benar mepet. Uang di ATM tinggal 100 dan itu biaya hidup sampai uang BM turun, sedang uang BM turun tidak dapat dipastikan kapan turunnya. Saya belum membayar lunas uang ziarah pondok, saya belum membayar lunas kitab, saya belum membayar lunas ianah madin, dan masih banyak keperluan lainnya.


Di sebuah senja ketika hujan turun rintik-rintik, aku berdiri termangu di depan pintu. Menatap kosong kendaraan yang lalu lalang di depanku. Tapi sesungguhnya pikiranku melayang jauh, mengikuti keranda yang membawa jenazah Ayahandaku tercinta menuju ke pengistirahatan terakhirnya.
Ayahandaku di usianya yang memasuki 64tahun meninggal karena tak sanggup lagi bertahan dari penyakitnya, typus dan paru-paru. Kami anaknya berusaha membujuk berkali-kali agar Ayah bersedia memeriksakan diri ke dokter, tapi beliau menolak. Ayah tidak suka obat, Ayah tidak suka ke dokter dan Ayah tidak suka berada di rumah sakit. Hingga suatu waktu di akhir bulan Ramadhan, ketika Ayah usai berwudlu dan hendak mendirikan sholat Isya, Ayah terjatuh. Tubuhnya lunglai, wajahnya pucat pasi, napasnya sulit. Kami segera menghubungi saudara meminjam mobil untuk kami membawa Ayah periksa ke dokter. Sebelumnya Ayah tak pernah mengungkapkan bahwa kondisi kesehatannya buruk. Ayah hanya mengaku kelelahan, butuh istirahat. Selalu seperti itu ketika ditanya. Sakit yang diderita Ayah memang tak begitu lama, semenjak Ayah jatuh hingga pada tanggal 16 Oktober 2008, Ayah menghembuskan nafas terakhirnya. Tapi cukuplah pukulan itu keras mengahantamku. Ayahku yang begitu aku sayangi, Ayahku yang begitu aku hormati, Ayahku yang sebagai pelindungku, Ayahku sebagai penopang hidup kami, Ayahku yang begitu dekat di hatiku, kini telah pergi takkan pernah kembali.

Hujan tak juga berhenti, rintik-rintiknya seolah turut bersimpati terhadapku. Angin berhembus menerbangkan daun-daun tua nan kering dari pohon Mangga sehingga daun-daun tersebut berguguran di halaman rumahku. Ku alihkan pandangan keatas pohon, terlihat bibit daun yang masih muda berwarna coklat. Masih sangat muda. Sebuah hukum kausalitas menyadarkanku. Sebagaimana daun yang gugur itu akan selalu melahirkan daun yang baru, begitu pula dengan sebuah kematian yang akan menimbulkan sebuah kelahiran. Ini sudah sunnatullah. Kenyataan ini pula yang menuntutku untuk tidak lagi terpuruk meratapi kepergian Ayah. Seperti halnya daun yang gugur sudah pasrah dan ikhlas menerima kegugurannya, aku yakin Ayah pun demikian. Seperti halnya daun muda yang baru lahir bersemangat menyambut dunia yang baru, aku pun yakin bayi yang di kandung Mbak Ning pun demikian. Aku tak boleh mematahkan semangatnya dengan keterpurukan diriku. Karenanya, untuknya, bersamanya aku harus bangkit. Akan aku hadiahi kelahirannya dengan senyum termanisku. Tak boleh ada air mata dihadapannya. Kelahiran selalu memunculkan harapan-harapan baru, membangkitkan harapan lama yang tak terwujud, bersama kita akan wujudkannya. 
Read More

Cinta Tak Terkatakan


Bunda
Sejuta cintaku untukmu
Cintaku yang sebagian besar tak mampu tuk terkatakan

Bunda
Melalui engkau aku belajar tentang tulusnya mencintai
Melalui engkau aku belajar tentang ikhlasnya berbagi
Melalui engkau aku belajar tentang indahnya berkorban

Bunda
Engkau rela bangun tengah malam demi diriku yang menangis kehausan
Engkau timang-timang diriku
Engkau dekap aku dalam pelukmu  
Dan engkau kecup aku dalam kasihmu
Bunda meski tak sering aku berkata
Aku sayang bunda
Namun sungguh bunda
Sayangku, cintaku padamu telah membekukan sendi-sendi lidahku
Hanya dengan tatapan lembutmu sudah buatku luluh
Hanya dengan elusan lembut tanganmu di kepalaku sudah buwatku meleleh

Bunda
Meski tak banyak cinta ku terkatakan
Cintaku padamu takkkan pernah sirna
Meski tak banyak cinta ku terkatakan
Cintaku padamu takkan pernah berhenti
Bahkan hingga maut memisahkan aku denganmu

Cintaku takkan pernah padam
Read More

Bunda Maafkanlah Daku



Tersadar aku bahwa jiwamu begitu lembut
Tersadar aku bahwa dalam setiap doamu selalu engkau sebut namaku
Tersadar aku bahwa cintamu padaku begitu murni nan suci

Bunda maafkanlah daku
Maafkanlah daku yang acap kali sakitimu
Lewat bibir ini yang dulu engkau suapi makanan
Lewat tangan ini yang dulu engkau pegangi erat agar tak jatuh
Lewat kaki ini yang dulu engkau tuntun agar berada di jalan yang benar

Bunda maafkanlah daku
Maafkanlah daku
Kan ku tebus segala dosa
Kan ku balas semua jasa
Meski melalui hatimu yang lembut, engkau lebih dulu maafkanku
Meski melalui cintamu yang murni lagi suci, engkau tak harapkan balas jasaku
Aku takkan bergeming
Kan ku tebus semua dosa
Kan kubalas semua jasa

Kan kubuwat engkau bahagia
Read More

Kamis, 05 Desember 2013

About Me

Assalamualaikum w.w.


Perkenankanlah saya untuk bercerita mengenai diri saya.

 Noor Salamah
 PLS
 1201412046

 1. Karakter saya


insyaAllah saya memilki karakter sebagaimana sifat-sifat yang akan saya jabarkan.


Jujur, bertanggung jawab, amanah, dapat dipercaya, intuitive, sensitive, rendah hati,

pemalu, peragu, masalah kepercayaan diri dan kedewasaan saya rasa saya masih labil. Cerdas ? saya rasa belum. Sebenarnya alangkah lebih bijak jika orang lain saja yang menilai karakter saya bagaimana. Semoga allah mengurangi karakter buruk saya dan memperkuat karakter baik saya. Amind..


2. Cita-cita


Saya bercita-cita menjadi seorang guru yang baik dunia dan akhirat yang mampu

memberikan sumbang sih kebaikan bagi orang lain. Saya juga bercita-cita ingin

menjadi seorang penulis. Penulis yang mampu menjadi inspirasi dan motivasi bagi

para pembacanya. Amind..


3. Motivasi kuliah di unnes


Pertama kali saya mengenal unnes dari kakak saya yang alumnus unnes tahun 2009.

Saat itu saya diarahkan untuk masuk Unnes dan kakak saya juga bercerita bahwa

didekat Unnes itu ada Pondok Pesantren. Saya jadi semakin bersemangat untuk

bias kuliah di UNNES.  Kakak saya juga bercerita bahwa kuliah di UNNES itu tidak

terlalu mahal, orang-orang disana sederhana tapi cerdas dan kritis. Jadi kamu tidak

usah minder jika kuliah disana sedang kamu dari keluarga tidak mampu.

 Orang-orang cukup religious jadi kamu jangan takut. Awalnya ibu tidak setuju

dengan alasan terlalu jauh, takut saya terjerumus pergaulan yang tidak benar dan

meminta saya kuliah di Universitas Muria Kudus yang notabene adalah swasta

dengan biaya kuliah yang tentunya lebih mahal. Ibu beranggapan bahwa jika saya

di kudus, jarak lebih dekat dan orang-orang disana terkenal kealimannya.

Tapi alkhamdulillah sekarang ibu sudah ridho dan sudah merasa cukup tenang

karena saya berada di UNNES dan di Pondok Pesantren Durrotu Ahli Sunnah

Waljamaah untuk menuntut ilmu dunia dan akhirat. Semoga bisa menjadi berkah.

Amind ..


1. Hubungan saya dengan teman dan orang tua


Teman : Akhamduillah baik, meski tak dapat dipungkiri tentu ada sebagian yang

membenci saya. Karena dicintai dan dibenci merupakan hal yang wajar.


Orang tua : jujur saja hubungan saya dengan orang masih belum stabil, terkadang

bisa sangat akur dan harmonis tapi tiba suwatu waktu kami menjadi tidak akur,

tidak harmonis, dan saling diam. Terka itu disebabkan oleh masalah sepele dan

kesalah pahaman. Tapi biasanya hal itu tidak bisa berlangsung lama. Jika emosi

kita satu sama lain sudah cukup tenang dan stabil, kami akan akur dan baikan kembali.


4. Hal negative pada diri saya


Saya orangnya peragu, selalu tidak yakin dengan apa yang saya putuskan,

terlebih jika itu menyangkut permasalahan orang banyak. Dibenak saya selalu terpikir,

apakah ini benar ? apakah ini baik ? saya merasa sifat ini sangat menggangu,

menjadikan saya kurang respektif, lamban dalam berfikir dan bertindak, dan membuang-buang waktu.

Saya suka menawarkan tanggung jawab kepada orang lain, jika sekiranya tidak

kepepet. Saya akan membiarkan orang lain mendapatkan itu.

Misalnya saja sebagai ketua. Tapi meskipun secara de facto tidak menjadi ketua,

saya tetap menjalankan kewajiban saya dan peduli pada permasalahan kelompok

 saya. Saya siap membantu jika saya rasa saya memang mampu. Pada dasarnya saya tidak ingin secara de facto memikul tanggung jawab besar yang akan dimintai pertanggung jawabanya di akhirat nanti. Saya masih harus belajar untuk bisa jadi pemimpin yang baik.

Pemalu. Pada dasarnya saya orangnya pemalu. Jika ada orang yang beranggapan

bahwa saya orangnya tidak pemalu, tapi percaya diri dan pemberani. saya rasa itu

kurang tepat. Memang disuatu waktu saya bisa mengabaikan sifat pemalu saya dengan

 lebih menonjolkan sifat cuek dan kenekatan saya. Artinya saya masih belum stabil untuk

 menjaga keberanian dan kepercayaan diri saya.

Cenderung memakai intuisi. Jika saya menghadapi suatu permasalahan dalam hidup

saya, atau saya akan memutuskan suatu hal. Saya cenderung memakai intuisi.

Saya akan merenung, menenangkan diri, melihat perubahan-perubahan yang terjadi

disetiaphari yang saya lalui untuk menunggu petunjukNya.

Imajinative. Saya suka berimajinasi dan berhayal tentang suatu hal. Ini melemahkan

saya. Membuat saya sulit membedakan yang nyata dan yang tidak. Ada dua

kemungkinan jika saya sedang berimajinasi. Pertama saya berimajinasi karena

didorong oleh suatu harapan dan kedua saya berimajinasi karena didorong oleh

ketakutan saya. Jika imaji saya sudah melayang jauh, akan sulit bagi saya untuk

menghentikannya. Mengembalikan pikiran saya kembali ke alam rasionalitas.

Butuh ketenangan dari doa-doa dan fikiran positive untuk hati dan pikiran saya tak

bergejolak lagi.

Sebenarnya masih banyak hal negative lagi yang ada pada diri saya yang tentunya

tak dapat saya jabarkan satu persatu. Maka biarlah waktu yang akan mengungkapkan siapa diri saya dengan kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri saya.


5. Mind Map tentang  diri saya


a. Umur 22

Dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat

Lulus S1 pendidikan luar sekolah  dengan memperoleh  IP dengan cumlaude

Memperoleh pengalaman dari berorganisasi yang dapat bermanfaat dunia
dan akhirat bagi diri saya sendiri, orang lain, agama, bangsa dan Negara.

Menjadi ustadzah yang cakap dan bisa jadi tauladan

Menjadi public speaker yang baik
b. Umur 25

Sudah menjadi guru yang baik, Trainer, Penulis, Public speaker, motivator.

Saya berharap pekerjaa-pekerjaan tersebut dapat menjembatani saya menuju

kesuksesan dunia dan akhirat dengan memperoleh ridho dariNya.

c. Umur 27


Sudah menikah dengan orang pilihanNya, yang saya cintai, yang mencintai saya,

yang mencintai keluarga saya, yang dicintai keluarga saya, yang baik bagi saya,

kehidupan saya, bagi keluarga saya, agama saya, bangsa saya dan Negara saya.

Dan saya baginya adalah seorang wanita yang baik baginya, dicintainya, dan dicintai

keluarganya. Menjadi istri yang sholehah.

d. Umur 34

Mampu menjadi istri dan ibu sholehah. Yang bisa mendidik anak-anak dengan

penuh cinta, iman dan ilmu.


Bersama dengan ibu, dan suami berangkat haji bersama ke tanah suci Makkah.


e. Umur 45


Sukses dengan usaha “Moeslim Modelling School”


Untuk umur selanjutnya saya cuma berharap bahwa keluarga saya bisa menjadi

keluarga yang sakinnah mawaddah warrohmah selamanya sampai maut menjemput,

 melihat anak dan cucu hidup sukses dan bahagia.menikmati peran saya sebagai ibu,

istri, guru dan penulis. Membiarkan karya-karya saya hidup abadi denagn cerita dan

kenangan. Dan tibalah pada waktu saya akan berpulang saya berdoa semoga saya

diperkenankan menjadi salah seorang golongan orang-orang yang beruntung  yang

diperkenankan olehNya memasuki surgaNya. Amind ..











Read More

Senin, 25 November 2013

Cintaku Free Narkoba

Ini dia cerpen pertamaku yang saya buat sewaktu masih duduk di bangku SMP kelas 9. Tepatnya, ini adalah cerpen pertama yang terarsip, sebenarnya ketika masih duduk di kelas 8 saya sudah membuat cerpen, cerita dan temanya masih terbawa masa kanak-kanak layaknya dongeng seorang putri. Guru bahasa Indonesia saya waktu, mengapresiasi karya dengan baik. Sehingga memotifasi saya untuk terus berkarya. Dari pernyataan beliau, saya dianggapnya mampu menjadi penulis cerpen.Saya pernah mencoba mengirimkannya ke Majalah Gaul, tapi tidak lolos. Tepatnya, ini adalah cerpen pertama yang terarsip, sebenarnya ketika masih duduk di kelas 8 saya sudah membuat cerpen, cerita dan temanya masih terbawa masa kanak-kanak layaknya dongeng seorang putri. Guru bahasa Indonesia saya waktu, mengapresiasi karya dengan baik. Sehingga memotifasi saya untuk terus berkarya. Dari pernyataan beliau, saya dianggapnya mampu menjadi penulis cerpen.
Read More

Janji Kebahagiaan

Puisi Janji Kebahagiaan merupakan satu paket dengan cerpen Ombrophobia. Kamu mungkin akan kebingungan jika hanya membaca puisinya saja, maka dari itu baca juga cerpennya.
Read More

Ombrophobia

Saya menyukai hujan, terlebih gerimis. Maka ketika saya mendapatkan informasi bahwa ada lomba cerpen bertema hujan. Saya tertarik untuk mencoba. Namun sayangnya, partisipasi saya mengirimkan cerpen ini tidak membuahkan hasil. Saya tak berhasil masuk nominasi. Cerpen itu pun akhirnya kembali tersimpan rapi di lapyku tercinta. 
Kesemapatan lain datang dari Ikatan Santri Aswaja Jepara (Iswara), yang menagdakan lomba cipta cerpen puisi satu tema dengan hadiah juara pertama Rp.100.00,00. Cukuplah bagi saya yang sedang mencari pengalaman serta mengukur kemampuan diri. Namun permasalahan lain datang, saya belum menciptakan puisinya. Malam itu dengan meminjam lapy teman karena lapyku sendiri rusak, saya ngebut membuat puisi. 
Read More

PERANG TAMADUN

Puisi ini merupakan salah satu diantara dua karya yang terpilih dalam event Pameran Sejuta Buku yang bertema Buku Sebagai Amunisi Peradaban, diadakan pada tanggal 06-12 November 2013 bertempat di gedung wanita semarang. Meski dibuat secara singkat, sangat singkat malah hanya berkisar kurang dari dua jam. Jadilah puisi seperti ini. Alhamdulillah, atas apresiasi dari dewan juri dan panitia, saya memperoleh tiga buku gratis. Ketiga buku tersebut adalh, Home (Novel), Pulpen (kumpulan cerpen anak SD istimewa) dan Emile Durkheim. Semoga barokah. Aamiin ..

Read More

Minggu, 24 November 2013

Benih yang Sempurna

Cerpen ini awal mulanya saya buwat manakala saya melihat ada lomba menulis cerpen dengan tema Islami. langsung ketika itu sub tema yang terpikirkan dari saya adalah IKHLAS. Entah mengapa ikhlas begitu berarti di hati saya. Jadilah saya merangkai kata demi kata hingga menjadi sebuah kisah. Saya kemudian mengirimkan cerpen saya ke panitia lomba, meski untuk itu saya harus merogoh kocek Rp.10.000,00. Namun cerpen pertama yang saya kirimkan tersebut tidaklah lolos, saya harus ikhlas.
Memasuki bulan Juni, Pondok Pesantren Durrotu Ahli Sunnah Waljamaah mengadakan kegiatan Haflah Akhirussannah. Salah satu diantara sekian lombanya adalah lomba cipta cerpen dan puisi. Awalnya saya ragu mau mengirimkan atau tidak. Hari semakin berlalu mendekati batas akhir pengiriman karya. Hati saya menuntut untuk coba saja mengirimkan, pengecut kamu kalau tidak berani mencoba. Begitulah, saya akhirnya memantabkan hati untuk mencoba meski di hati terbersit rasa takut gagal.Kebetulan tema cerpen pada lomba HAS tahun ini adalah ikhlas. Kembali saya mengirimkan cerpen saya berjudul, "Benih yang Sempurna." Alhamdulillah, pada even kali ini cerpen saya berhasil masuk nominasi. Meski tak mampu menjadi juara. Bagi saya cerpen saya sudah bisa masuk dalam Antologi Asyahdu, saya sudah sangat bersyukur.
Berikut saya posting cerpen saya yang berjudul

"BENIH YANG SEMPURNA"

Hiruk-pikuk suasana pasar baru Jepara pagi itu sesak oleh orang-orang yang berjualan dan berbelanja. Tak jarang sikap ngotot dan suara melengking mewarnai transaksi jual beli.
Ada yang berteriak.
“Serbet buuu serbetnya .. serbet sepuluh ribu tiga.”
Ada juga yang menyeru.
“Ikan… ikan… ikan… murah dan segar, ada bandeng, tongkol, vaname, cumi, silahkan dipilih.”
Tapi ada juga yang sekadar menunggu barang dagangannya laku. Tanpa harus capek-capek berkoar-koar.
Keramaian tidak hanya ada di dalam pasar tapi juga di luar pasar.
Supir-supir angkot, kenek bus, dan becak juga tak kalah sibuk dengan penjual yang ada di dalam pasar.
“Bangsri bangsri.”
“Kudus kudus.”
“Tahunan jepara.”
“Mantingan ngabul.”
“Becak becak.”
Di sebelah timur gerbang masuk pasar nampak segerombolan tukang becak sedang mangkal. Seorang lelaki tua datang mendorong becaknya menuju ke tempat biasa ia mangkal. Senyum sumringah di pagi hari menghiasi wajah keriputnya.
Assalamualaikum.” Lelaki tua itu memarkir becaknya di sebelah becak milik seorang pemuda berkaos hijau dengan rambut agak gondrong berkulit gelap.
Waalaikumsalam. Pak jamal.” Balas pemuda itu sambil sedikit bergeser dari tempat duduknya di sebuah kursi papan kayu panjang mempersilahkan Pak Jamal untuk duduk.
“Terima kasih.” Pak Jamal duduk melepaskan topi baret butut warna coklat yang sudah usang. Pemuda yang baik hati itu kemudian menawari pak Jamal sebotol air mineral, Pak Jamal menolaknya dengan halus.
“Capek ya pak? habis dapet pelanggan dari mana?”
“Iya lumayan, Ton. Itu daerah SD Pengkol situ.” Pak Jamal mengibas-ngibaskan topi baretnya.
Belum lama mereka beristirahat dan bercengkrama bersama, seorang Ibu membawa tas jinjing dengan seorang putrinya datang menghampiri.
“Mas, becak sini-Pamatan berapa ya?”
“Tujuh ribu Bu.”
“Lima ribu apa gak boleh mas?” Si Ibu menawar. Terjadilah tawar-menawar hingga kata sepakat muncul. Tak berselang lama setelah Toni pergi, datang seorang wanita muda yang tengah mengandung sekitar sembilan bulan. Wanita itu memakai gamis berwarna merah hati dengan jilbab besar.
Assalamualaikum wr.wb.”
Waalaikumsalam, ada apa ya buu?”
“Anu pak, bisa minta tolong?”
“Tolong apa bu?”
“Bisa anterin saya ke Rumah Sakit Masyitoh?” Sedikit takut-takut wanita itu menjawab sambil matanya menatap perutnya yang sudah membuncit.
“Oh ya bu bisa. Silahkan naik bu.”
Wanita itu naik ke becak. Becak mulai dikayuh menelusuri jalanan yang cukup lenggang.
¤¤¤
Wanita itu keluar dari Rumah Sakit Masyitoh matanya nampak berkaca-kaca, tangannya memegang Kelly Bag dengan kuat. Senyumnya mengembang, membuat wajahnya menjadi semakin bercahaya dan menambah kecantikannya di wajahnya yang bulat telur.
“Pak bisa minta tolong lagi, anterin saya ke Kauman depan kantor cabang Suara Merdeka?”
Becak kembali dikayuh.                              
¤¤¤
Pak Jamal menghentikan laju becaknya di bawah pohon mangga.
“Sudah sampai bu.”
“Eh iya pak.” Wanita itu turun dari becak dan melangkah menuju pekarangan rumah. Baru beberapa langkah wanita tersebut berbalik menghampiri Pak Jamal yang sedang memutar becaknya. “Pak, bapak bisa menunggu saya sebentar disini? sepertinya saya masih membutuhkan bapak.” Wanita itu tersenyum dan menyerahkan uang lima lembar seratus ribu sambil menunggu jawaban dari Pak Jamal. Pak jamal mengangguk. Wanita itu pun pergi melanjutkan langkahnya masuk kedalam rumah.
Di bawah rindangnya pohon mangga, bersandar busa bangku becak yang tidak terlalu empuk. Pak Jamal mengistirahatkan tubuhnya, pikirannya menerawang. Betapa baik hatinya wanita muda yang jadi penumpangnya itu. Padahal harga sebenarnya yang mesti dibayar hanyalah sepuluh ribu. Uang lima ratus ribu itu lima puluh kali lipat dari harga sebenarnya. Batinnya masih bertanya-tanya? tapi ia mensyukurinya. Pikirannya mengembara kembali ke rumah, mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.
“Dok dok dok.” Suara pintu yang diketuk dengan keras. Belum ada sahutan dari dalam rumah. “Dok dok dok, pak Jamal .. pak Jamal!” Pintu diketuk dengan semakin keras.
“Iya sebentar .” Pak Jamal dengan masih mengenakan sarung membuka pintu hingga terdengar bunyi decit yang keras. Seorang wanita paruh baya dengan dandanan menor menyelonong masuk, melihat sekeliling sambil mengipas dengan kipas besar merahnya.
“Mana uang kontrakan rumahmu yang sudah nunggak tiga bulan?!” Wanita itu menodongkan tangannya ke arah Pak Jamal tanpa memandang wajah Pak Jamal. “Satu juta lima ratus ribu!”
“Maaf  bu Hani, saya masih belum punya  uang sebanyak itu. Saat ini saya cuma punya uang tiga ratus ribu.” Pak Jamal membuka dompet, mengeluarkan uang sejumlah tiga ratus ribu lalu menyerahkannya pada bu Hani.
“Ingat, pokoknya kamu hanya punya sisa waktu satu minggu untuk melunasi kekurangannmu! Kalau kamu sampai tidak bisa melunasinya pada hari itu. Kamu dan keluargamu mesti pergi dari rumah ini!” Wanita itu keluar dari rumah dengan membanting pintu keras.
“Pyaaarr ..” Terdengar suara gelas pecah dari balik tirai berwarna hijau kelabu. Pak Jamal menghampiri seseorang yang terbaring diranjang. Dari mata wanita itu seolah terpancar permintaan maaf entah minta maaf karena apa.
“Sudah tidak apa-apa bu, semua akan baik-baik saja. Bapak pasti bisa mengatasi masalah ini. Melunasi tanggungan kontrakan kita pada bu Hani, melunasi hutang kita pada pak Cipto dan membiayai biaya pengobatan ibu. Ibu tenang saja, masalah-masalah ini janganlah ibu pikirkan, janganlah menjadi beban bagi ibu.” Pak Jamal menggenggam tangan istrinya, menguatkannya dan meyakinkannya.
Mata coklat itu berkaca-kaca memandang suaminya. Ia yang menderita gagal ginjal tidak bisa melakukan perannya dengan baik sebagai seorang istri. Ia tidak mampu melayani suaminya dengan baik. Bahkan ia senantiasa merepotkan suaminya. Betapa tidak saban minggu ia mesti cuci darah, dan itu tidak gratis. Pak Jamal mesti ekstra banting tulang. Pemasukannya sebagai seorang tukang becak tidaklah seberapa. Apapun pekerjaan asalkan halal akan ia lakukan demi mencukupi kebutuhan keluarga. Dengan usaha seperti itu saja kebutuhan keluarga tetap tidak tercukupi. Ketika waktunya cuci darah Pak Jamal terpaksa menghutang sana-sini yang paling ia sesalkan adalah karena sampai saat ini ia belum mampu memberikan keturunan. Hatinya makin teriris memikirkan semua itu. Ia hanyalah seorang istri yang bisanya cuma merepotkan saja. Selalu itu yang ia pikirkan. Meski kondisi istrinya sudah sedemikian rupa. Pak Jamal ikhlas menjalaninya, ia tidak pernah mengeluh, ia tetap setia pada istrinya. Padahal umur pak Jamal masih 47 tahun, untuk menikah lagi ia pikir tentulah masih ada yang mau dengannya. Perawakannya masih cukup gagah, meski ada uban di sana sini. Itu terlebih karena beban pikiran yang ditanggungnnya. Tapi Pak Jamal tidak menikah lagi. Pak Jamal tetap setia mencintai Bu Fatma. Sehingga membuat Bu Fatma semakin cinta.
Terdengar suara pintu dibanting dengan keras dari arah rumah. Membuat lamunan Pak Jamal buyar seketika. Pak jamal menoleh mendapati penumpangnya tengah jatuh tersungkur di muka pintu rumah. Wanita itu bangkit sambil mengelus janin di dalam perutnya yang besar dan berucap beberapa patah kata. Langkahnya gontai. Darah segar mengalir dibalik gamisnya. Pak Jamal tertegun.
“Bu, ibu pendaharan.”
“Iya saya tau, maka dari itu cepatlah antarkan saya ke Rumah Sakit Masyitoh.” Pinta wanita itu. Wajahnya sudah mulai terlihat memucat. Segera becak kembali dikayuh tujuannya adalah RS Masyitoh. 
¤¤¤
“Ibu baik-baik saja kah? si tuan rumah yang ibu kunjungi tadi apakah memperlakukan ibu dengan kasar?” Tidak ada jawaban. Pak Jamal bertambah cemas. Dia takut kalau-kalau wanita itu sudah meninggal di dalam becaknya. Pak Jamal menepikan becak untuk melihat kondisi penumpangnya. Wanita itu sudah tidak sadarkan diri sepertinya pingsan. Pak Jamal berfikir untuk sampai ke Rumah Sakit dengan becak membutuhkan waktu cukup lama dibanding dengan mobil. Maka pak Jamal mencari mobil yang sekiranya bisa ia gunakan untuk menumpang. Tapi betapa tidak beruntungnya ia, karena jalanan kala itu sepi sekali. Tidak ada mobil yang lewat sepeda motor pun tidak ada. Maka dengan sekuat tenaga walau di kala puasa Pak Jamal mengayuh becaknya.
Sampai di Rumah Sakit Pak Jamal menggotong wanita itu. Beberapa suster dan petugas membantunya.
“Apakah Bapak suaminya?” Tanya sesorang suster bidang administrasi.
“Bukan. Saya bukan suaminya. Saya hanya tukang becak yang kebetulan menolongnya sewaktu pendarahan.”
“Oh, kalau begitu Bapak ikutlah dengan saya untuk mengurus biaya perawatan wanita itu.” Pak Jamal mengangguk dan mengikuti dari belakang. Sampai di teler administrasi Pak Jamal disodorkan sebuah formulir. Di situ tertera biaya awal perawatan adalah Rp. 520.000. Pak Jamal mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya. Uang lima ratus dua puluh ribu itu adalah uang pemberian wanita itu ditambah uang hasil becaknya dua hari ini.
Pak Jamal keluar dari rumah sakit mencari becaknya. Tapi ia tidak menemukan becak yang ia parkir di tempat tadi, mencari di tempat lain pun becak itu tidak diketemukan. Becaknya telah raib dicuri. Akhirnya ia pulang dengan tangan kosong dan berjalan kaki.
¤¤¤
Pak Jamal menaruh karung plastik besar berisi botol-botol plastik disudut ruangan sempit yang hanya berdindingkan kardus-kardus untuk menahan hawa dingin memasuki rumah.
“Maaf Bu, lagi-lagi untuk minggu ini Ibu belum bisa cuci darah. Bapak sudah berusaha mencari pinjaman. Tapi tidak ada yang bisa meminjami. Maafkan bapak bu.”
“Tidak apa-apa pak. Mungkin belum rejeki Ibu untuk cuci darah saat ini.” Bu Fatma tersenyum dan mengelus tangan pak Jamal. Memandang lekat wajah suaminya yang terlihat keletihan seharian memulung. Guratan keriput di wajahnya dari hari ke hari semakin terlihat jelas.
Assalamualaikum.” seseorang di luar rumah menyeru memanggil nama Pak Jamal. Pak jamal beranjak pergi meninggalkan bu Fatma. “Benarkah anda Bapak Jamaluddin Al Anshori?”
“Iya benar, ada apa ya?”
“Ada surat untuk Bapak” Tukang pos itu menyerahkan sepucuk surat untuk pak Jamal. Pak Jamal mengucapkan terima kasih dan tukang pos itu pun pergi berlalu.
“Siapa pak?”
“Tukang pos Bu, katanya ada surat untuk Bapak. Tapi bapak gak tau dari siapa?”
“Coba suratnya Bapak buka dan baca isinya keras. Ibu juga pengen tau isinya.”
Pak Jamal pun membuka surat itu dan dibacanya cukup keras hingga dapat terdengar oleh Bu Fatma yang ada disampingnya.
Assalamualaikum wr.wb.
Sebelumnya perkenalkan nama saya adalah Ikfina Azzahra. Seorang wanita muda yang mengalami pendarahan ketika menjadi penumpang becak Bapak.
Pak Jamal berhenti membaca surat. Pikirannya kembali ke kejadian beberapa bulan lalu. Kejadian yang tidak pernah dilupakannya.
“Pak.” Bu Fatma menegurnya, mengingatkannya untuk kembali meneruskan bacaannya.
Saya sangat berterima kasih atas bantuan bapak kala itu.Sebagai balas jasa atas kebaikan bapak.. Datanglah besok pagi ke rumah sakit Masyitoh pukul sembilan pagi untuk menemui Dokter Habibi dan pengacara saya  Ibu Aira Qanita. Dengan serta membawa surat kuasa atas ginjal, rumah dan anak yang telah saya lahirkan. Berkenaan dengan ginjal saya sudah mengecek kecocokannya dengan ginjal yang dibutuhkan istri bapak.Bapak mungkin kebingungan membaca surat dari saya kejelasan lebih lanjut akan Bapak dapatkan dari Dokter dan Pengacara saya. Percayalah saya bukan orang jahat dan berniat jahat pada bapak.
Terima kasih.
Tangan Pak Jamal melemas, air mata tak mampu ia bendung. Ia tak menyangka hal ini akan terjadi. Ternyata Tuhan punya rencana lain untuknya. Ketika ia ikhlas menerima ujian dari Allah berupa istrinya yang sakit, tidak tercukupinya kebutuhan keluarga, uang hasil becak dan pemberian wanita itu mesti ia relakan demi perawatan penumpangnya, ia juga harus rela kehilangan becak yang menjadi sumber mata pencaharian satu-satunya dan Pak Jamal juga harus tetap ikhlas diusir dari kontrakan karena tidak mampu membayar tunggakan. Dengan kemurahan hati Allah. Pak Jamal justru menuai hasil dari benih dihatinya yaitu niat ikhlas.

Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Follow

Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Jejak Sajak Salamah | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com